Mansion Keluarga Buana
“Kami pulang!”, Marcel menyapa orang-orang didalam rumah.
“Nenek!!! Tadikan, tami tadi main kuda-kuda, putal-putal, cama mobil-mobil! Papa juga tadi beli esklim”, cerita Selena saat bertemu neneknya, Ribka.
“Beneran? Seru banget!”, Ribka ikut senang dengan Selena yang bercerita dengan sangat bahagia. Ribka menatap Marcel dan Mikaela bergantian dengan bahagia.
“Kalau beginikan, semuanya senang. Kalian bisa memulai semuanya dari awal. Lihat hal-hal baik dalam diri pasangan kalian dan jangan egois. Lama-lama kalian akan saling membutuhkan dan cinta akan hadir diantara kalian”, ucap Ribka dengan senang.
“Iya, bu. Saya juga sudah lelah mau istirahat”, Mikaela undur diri dan pergi ke kamarnya untuk mandi dan istirahat.
“Nenek! Malam ini matan apa?”, tanya Selena pada Ribka.
“Eumm… kita buat kesukaan Selena yuk!”, ajak Ribka dan mengajak Selena ke dapur. Marcel cukup senang karena melihat Selena bahagia hari ini. Dia pun berjalan menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Tapi, saat akan ke kamarnya, Michelle mencekal tangannya.
“Mas! Kita perlu bicara”, pinta Michelle.
“Ada apa?”, tanya Marcel sambil melihat ke kanan dan kiri takut-takut seandainya ada Michael disini.
“Kita… keluar aja. Mas pasti takut kalau Michael melihat, bukan? Dia baru saja mandi tadi, tapi kita keluar saja biar aman”, ajak Michelle keluar dan diikuti oleh Marcel. Mereka pun berjalan menuju taman di mansion itu sampai ke tempat yang agak sepi. Tiba-tiba, Michelle memeluk Marcel dengan erat. Dan Marcel? Dia tidak menolak wanita itu, dia hanya diam membiarkan wanita itu memeluknya. Tentu saja, Marcel merindukan Michelle, wanita yang sangat dia cintai dan bersamanya selama 3 tahun belakangan ini.
“Mas! Apa kita gak ada kesempatan, hiks?! Apa kita hiks... harus berakhir?”, tanya Michelle sedih sambil mengisak karena sedih dengan nasih cintanya.
“Maaf… mas tidak berdaya”, Marcel lagi-lagi hanya meminta maaf pada Michelle. Tangisan Michelle makin keras dan air matanya mengalir semakin deras.
“Mas, saat ini bagiku Michael hanyalah masa lalu. Aku membantunya hanya demi kamu, mas! Supaya kamu tidak terus tenggelam dengan rasa bersalah terhadap Michael. Saat keadaan sudah lebih baik, dia pasti mengerti. Apalagi, aku lihat dia sangat menyayangimu kamu mas”, ucap Michelle lagi menuntut agar dia bisa kembali bersama Marcel.
“Masalahnya bukan hanya pada Michael. Tapi, mas membuat kesalahan besar sebelum kita menikah. Itulah alasannya Mikaela ada disini sebagai istri sahnya mas”, kata Marcel membuat Michelle terdiam. Dia sebenarnya berpikir bahwa keberadaan Mikaela hanyalah untuk menjaga image keluarga Buana karena batalnya pernikahan Marcel dan Michelle 3 tahun yang lalu. Dan, Selena? Michelle berpikir itu hanyalah anak angkatnya Mikaela. Michelle tidak tahu apapun, tentu saja.
“Kesalahan macam apa?”,. tanya Michelle membuat Marcel mau tak mau harus menceritakan apa yang terjadi sebenarnya 3 tahun lalu.
Flashback
“Michelle? Kemana saja kamu? Hik! Kenapa kamu tidak percaya padaku?”,gumam Marcel pada dirinya sendiri sambil berjalan sempoyongan menuju apartemennya. Selama 2 minggu teakhir ini, itulah yang selalu dia lakukan. Minum-minum sepulang kerja sampai mabuk. Dia membuka pintu apartemennya, tanpa menyadari ada seseorang yang tengah berdiri di depan pintu apartemennya. Tiba-tiba orang itu menghampiri Marcel, tapi penglihatan Marcel masih kabur dan berpikir itu hanya bayangan-bayangan tidak jelas karena efek kemabukannya.
“Bagaimana kau ini? Pernikahan tinggal seminggu lagi dan kau hanya diam sambil minum-minum? Dasar bodoh! Aku tidak mau jadi janda diusia 24! Aku juga masih perlu menata karir dan tidak mau menyia-nyiakan masa mudaku menjadi istri pria yang tidak mencintaiku”, ucap orang itu tanpa memperhatikan keadaan Marcel yang tengah mabuk berat. Marcel membuka pintu apartemennya tanpa memedulikan rentetan kalimat yang diucapkan Mikaela.
“Marcel! Dengarkan aku! Kau ini…!!”, geram orang itu sambil menatap tajam mata Marcel. Tiba-tiba, Marcel melihat bayangan Michelle yang seakan sedang memarahinya dan kecewa akan pernikahannya yang sebentar lagi akan terjadi.
“Jangan tinggalkan aku, Michelle…kumohon…”, Marcel mulai mencengkram kedua sisi bahu wanita itu. Tentu saja, dia berontak.
“Kau gila, hah!”, teriak wanita itu lagi. Tapi, Marcel memilih membungkam mulutnya dengan ciuman. Wanita itu terus menolak dan berontak tetapi Marcel memaksanya menerima ciuman yang dia berikan.
‘PLAK!’
“Kau pikir aku ini Michelle? Kau mabuk, dasar bodoh!”, teriak gadis itu lagi yang adalah Mikaela. Marcel tak peduli, dia membawa Mikaela dalam pelukannya walau gadis itu terus memukuli dadanya. Sebenarnya, itu tidak berpengaruh sama sekali untuk Marcel.
“Maafkan aku. Aku- aku akan menebus semuanya hik! Kamu gak boleh ninggalin, mas. Kita sudah janji , kan? Hik!”, ujar Marcel di tengah kemabukannya. Marcel pun menarik Mikaela dan melempar gadis itu ke ranjangnya.
“Apa yang kau pikirkan? Aku bisa membunuhmu sekarang juga!”, teriak Mikaela lagi. Tetapi, Marcel mengabaikannya dan berusaha menahan gadis itu untuk tidak bergerak. Tentu saja, tenaga Marcel berkali-kali lipat lebih kuat dalam keadaan tidak sadar diri ini.
“Michelle, aku akan hik! Membuktikan rasa cintaku padamu! Kamu… hik! Gak boleh pergi dari aku!”, gumam Marcel sambil melucuti pakaian Mikaela.
“Jangan!! To-tolong lepaskan aku! Marcell!!”, teriak Mikaela tapi tidak dipedulikan oleh Marcel. Sampai Marcel dengan tidak tahu dirinya melakukan persetubuhan dengan Mikaela.
“Hen…hentikan! Ku-kumohon! Ini menyakitkan! Hiks…”, Mikaela menangis sambil terus memohon agar Marcel menghentikan kegiatan ini. Tubuhnya sudah tidak berdaya dan serasa terbelah dua. Ini pertama kali baginya dan menyakitkannya lagi dia diperkosa oleh pria yang sama sekali tidak dia cintai.
“Ssshhh…tenanglah, sayang! Jangan berteriak, kita akan sama-sama menikmatinya”, bisik Marcel pada Mikaela yang dikiranya Michelle.
“Tidak!!! Hiks…! Hu…hu…hu…sakit!!”, Mikaela terus menangis karena ulah Marcel. Dan Marcel? Dia hanya akan melakukan apa yang dia mau sampai dia puas.
Paginya, Marcel terbangun di ranjangnya. Kepalanya sangat sakit dan dia tidak tahu apa yang terjadi. Tapi, dia melihat sekitarnya dan menemukan darah dibalik selimutnya. Dia juga terkejut melihat pakaiannya berserakan di lantai. Marcel lalu berusaha mengingat semuanya, tapi kepalanya malah sakit tak karuan.
‘CEKLEK’
Pintu kamar mandi terbuka. Marcel pun mengalihkan perhatiannya ke situ dan sangat terkejut dengan keberadaan Mikaela disini dan dalam keadaan yang sulit dijelaskan seperti sekarang. Otak Marcel mulain menghubungkan keadaan sekitar dan keberadaan Mikaela disini. Apalagi, dia melihat mata Mikaela yang merah dan bengkak saat keluar dari kamar mandi.
“Apa kita…”, Marcel terbata dan tidak sanggup melanjutkan perkataannya.
“Lupakan saja. Anggap tidak terjadi apapun. Aku akan pergi”, Mikaela berkata dengan nada datar.
“Kita menikah saja”, ucap Marcel dengan nada sendu dan penuh penyesalan. Dia sama sekali tak membela diri karena sadar akan kesalahan yang dia buat.Marcel merasa dirinya adalah pria terbrengsek di dunia.
“Aku tak butuh rasa kasihanmu. Aku bisa mengatasi semuanya dengan bersih. Kau tenang saja. Kejar saja si Michelle itu dan anggap saja ini tidak pernah terjadi. Lagipula, aku tak mau menikah tanpa cinta. Itu sama saja menciptakan nerakaku sendiri. Banyak pria lain yang bisa mencintaiku, lantas untuk apa aku menghabiskan seumur hidupku dengan pria yang jelas-jelas mencintai orang lain?”, balas Mikaela berkeras tak mau menikah dengan Marcel. Mendengar itu, Marcel hanya diam. Tapi dia tidak menyangka Mikaela akan memilih untuk mencoba melupakan apa yang terjadi. Tidak mudah untuk seorang wanita melupakan kejadian seperti ini dalam hidupnya.
‘Apa aku harus melepaskan, Michelle? Aku harus menebus kesalahanku pada Mikaela’, tekad Marcel dalam hati.
“Maafkan aku Mikaela”, Marcel berucap sendu.
Semenjak itu, Marcel berusaha menerima keadaan bahwa dia akan menikah dengan Mikaela. Dia tidak lagi menelpon, chatting ataupun mengirim surat untuk Michelle. Dia bukannya menyerah, tapi merasa tidak pantas untuk Michelle. Dia merasa laki-laki terbrengsek di dunia. Marcel pun bersiap menggunakan pakaian pengantin prianya. Dia ingin bertanggung jawab atas kesalahannya pada Mikaela. Tapi, tiba-tiba sebuah panggilan masuk ke Handphonenya. Dan itu dari Michelle. Keadaan ini kembali membuat Marcel menjadi bimbang.
“Michelle!! Bagaimana kabarmu? Kenapa beberapa minggu ini kamu gak mau menemuiku? Aku akan jelaskan semuanya”, Marcel langsung mengakat teleponnya dan menanyakan kabar Michelle. Dia memang sangat merindukan gadis itu.
“Ini hari pernikahanmu, aku hanya ingin memberi selamat”, Michelle berucap send dari sana. Keadaan ini membuat Marcel semakin ragu untuk melanjutkan pernikahannya. Dia benar-benar tidak mau menyakiti hati Michelle.
“Jangan begitu Michelle. Setelah lama menghindariku, kamu menelponku hanya untuk mengucapkan itu. Kamu tahu aku tidak ingin menikah karena aku tidak mencintainya”, balas Marcel lagi dengan penuh kesedihan.
“Kalau begitu batalkan pernikahanmu dan nikahi aku!”, pinta Michelle membuat Marcel terkejut. Marcel harus membuat pilihan saat ini. Antara cintanya atau rasa bersalahnya. Dan akhirnya, pria itu membuat keputusan yang menjadi pilihannya.
“Kenapa? Mas keberatan? Aku gak mau dicap pelakor kalau sampai kamu bercerai untuk menikahiku. Maka nikahi aku sekarang juga mas”, lanjut Michelle lagi menuntut keseriusan dari Marcel.
“Dimana kamu sekarang? Kita akan pergi dari sini dan hidup bersama tanpa gangguan siapapun”, Ucap Marcel sebagai keputusannya. Ya, dia memilih Michelle karena dia sangat mencintai wanita itu.
Marcel pun segera menghampiri ruang rias Mikaela. Dia ingin meminta maaf kepada Mikaela karena tidak bisa melanjutkan pernikahan ini. Tapi, Mikaela benar-benar tidak mau bertemu dan mendengarkannya sama sekali. Wanita itu bersikap seperti ini semenjak kejadian malam itu. Tapi, dengan reaksi Mikaela yang seperti ini, tidak mungkin bagi Marcel melanjutkan pernikahannya. Marcelpun pergi karena Mikaela tidak mau mendengar apapun darinya. Padahal, kalau seandainya Mikaela memohon padanya untuk tetap tinggal, dia akan melakukannya karena rasa tanggung jawabnya. Dengan begini, semakin jelas bagi Marcel untuk memilih Michelle.
End Of Flashback
“Ja-jadi kamu dan Mikaela? A-aku tidak menyangka mas! Hiks…! Kamu jahat! Kamu b******k! A-aku bisa merasakan rasa sakit yang dialami Mbak Mikaela! Dia memang pantas membencimu, hiks! Dan ternyata, Selena itu putri kandungmu! Mas terlihat sangat menyayanginya. Itu jelas! Hiks…”, Michelle tidak menyangka kebenaran akan sepahit dan sekejam ini.
“Aku tidak bisa meninggalkan Selena. Mikaela juga tidak mungkin melepas Selena semudah itu. Kalau mas meninggalkan mereka, mas rasa mas gak bakal bahagia. Mas akan dihantui perasaan bersalah seumur hidup mas. Pada Mikaela, pada Selena dan juga Michael”, jelas Marcel membuat Michelle semakin sedih.
“Michelle, mas ini b******k! Mas gak pantas buat kamu. Michael... dia sangat sayang sama kamu. Coba terima kembali dia. Kamu berhak bahagia”, lanjut Marcel berusaha membujuk Michelle untuk menerima Michael.
“Mas… kita pacaran selama setahun. Jujur waktu itu hiks… aku belum benar-benar melupakan Michael. Tapi saat hiks! Kamu menunjukkan keseriusanmu untuk memilihku, aku semakin yakin akan cintamu. Kita bersama selama 3 tahun, kita lalui semuanya dari nol dengan cinta. Apa bagi kamu semudah itu menyerahkanku pada Michael? Jawab jujur, mas! Katakan kalau kamu rela! Jawab!”, Michelle menuntut jawaban Marcel.
“Tidak, tentu saja tidak! Tapi, mas akan berusaha merelakanmu! Ini demi kebaikan kita bersama”, Marcel jujur pada perasaannya bahwa dia tidak merelakan Michelle semudah itu.
“Aku juga sama, mas! Aku gak rela kamu bersama Mikaela. Aku gak rela kamu bahagia dengan dia sementara aku terus menekan perasaanku. Mencari pelarian tidak semudah itu, mas. Kalaupun Michael kujadikan pelarian, rasa sakitnya akan tetap ada apalagi saat aku mengingat kebersamaan mas dan Mikaela”, ungkap Michelle sejujurnya.
“Posisi kita sulit. Dan kesempatan untuk kita kembali bersama seakan tertutup rapat karena banyaknya penghalang. Mungkin sejak awal, kita tidak ditakdirkan bersama”, Marcel berkata penuh sesal.
“Takdir itu tidak ada mas! Kita sendiri yang menentukan jalan kita. Dan mas sudah menentukan jalan mas untuk meninggalkan aku demi keluarga mas. Baiklah mas, aku akan wujudkan kemauan mas. Mas akan lihat dengan kepala mata mas sendiri, apakah mas bahagia dengan melihatku bersama Michael… atau tidak”, ucap Michelle sambil berdiri dan meninggalkan Marcel. Saat wanita itu pergi, Marcel meneteskan air matanya.
“Itu akan sangat menyakitkan! Bagimu dan terlebih bagiku. Tapi, tidak ada pilihan saat ini”, gumam Marcel pada dirinya sendiri sambil mengusap air matanya. Dia pun berdiri dan masuk ke mansion untuk makan malam. Dia khawatir yang lain akan mencari dirinya. Tanpa sadar, ternyata Mikaela melihat mereka berdua sedari tadi. Wanita itu tadinya sedang membuang sampah keluar, dan dia terkejut melihat Michelle dan Marcel berpelukan di taman depan mansion.
“Sudah kubilang, kau tidak akan bisa bertahan dalam hubungan palsu ini, Marcel. Kau akan semakin tidak rela saat melihat Michelle dan Michael”, gumam Mikaela pada dirinya sendiri. Mikaela juga bergegas masuk ke dalam untuk makan malam.
“ Mikaela, kamu juga terlambat? Darimana saja?”, tanya Ribka melihat Mikaela yang baru datang.
“Iya bu, tadi saya membuang sampah sebentar”, jawab Mikaela sambil duduk di sebelah Selena.
“Selena sayang, kamu suka lauk masakan nenek?”, tanya Mikaela pada putrinya dibalas anggukan oleh Selena.
“Cuka! Enakkk banget, mama!”, jawab Selena dengan nada celatnya yang lucu.
“Bilang apa sama nenek?”, tanya Mikaela lagi pada Selena.
“Maacih, nek. Tencyu”, Selena berterima kasih dengan dua bahasa membuat semuanya gemas.
“Lucu banget cucu nenek”, Ribka berujar gemas.
“Cucu kita memang lucu. Dia adalah seorang Buana. Darah daging keluarga kita. Dia sangat mengingatkan kita pada Marcel kecil ya, sayang”, tambah Elmand memuji Selena.
“Iya, dia persis seperti papanya”, Ribka mengangguk setuju membuat Marcel tersenyum tipis sambil memandangi Selena.
“Selena, mama rasa kamu harus mengurangi bicara celat. Supaya kamu cepat bicara jelas kayak mama”, kata Mikaela pada putrinya untuk mengalihkan perhatian.
“Okay ma.”, Selena mengangguk mengiyakan saja permintaan mamanya.
“Oh iya, Mike. Ini tadi masakan aku. Kamu mau cobain, gak?”, Michelle mulai menyodorkan sendok untuk menyuapi Michael. Semua yang disitu hanya melihat tindakan Michelle dan tetap diam.
‘Dia pasti sengaja membuat Marcel cemburu.’, pikir Mikaela remeh. Sementara itu, Michael menerima suapan Michelle dengan mesra. Michael tersenyum senang sambil membalas menyuapi Michelle lagi.
“Sekali lagi aaa”, suruh Michael dibalas wajah cemberut Michelle yang lucu.
“Okay… tapi habis ini minum obatmu, hm?”, pinta Michelle pada Michael.
“Kan kamu obatku. Kamu disini aku langsung sembuh”, jawab Michael dengan nada gombal.
“Gombal ih”, kesal Michelle dibuat-buat. Ribka sejujurnya senang melihat putranya, Michael sudah lebih baik dan bahagia semenjak keberadaan Michelle disini. Padahal wanita itu baru 3 hari berada disini. Tapi disisi lain, dia melihat wajah Marcel yang muram dan jelas sekali putranya tengah sedih saat ini.
‘Ya Tuhan, demi putra bungsuku aku melukai putra sulungku. Maafkan aku! Ini semua salahku’, batin Ribka menyesal dan merasa sedih melihat muramnya wajah Marcel. Tak lama, Marcel berdiri mungkin karena tidak tahan.
“Saya sudah selesai”, ucap Marcel.
“Papa! endong! Celena mau cama papa”, Selena meminta Marcel menggendongnya. Pria itu tersenyum dan langsung menggendong putrinya itu.
“Selena… mulai besok belajar bilang ‘S’ yang benar. Masa menyebutkan nama sendiri jadi Celena? Nanti jadi celana, lho”, tegur Mikaela lagi pada putrinya.
“Baik, ma”, Selena mengangguk saja.
“Sudahlah mbak, anak kecil jangan dipaksa”, tegur Michelle membuat Mikaela melirik tajam tak suka.
“Eum…saya juga sudah selesai makan. Selena, malam ini mama bobo bareng Selena ya”, ucap Mikaela mengabaikan ucapan Michelle.
‘Apa hak wanita ini menegurku? Selena itu putriku, bukan putrinya’, kesal Michelle dalam hati sambil pergi bersama Marcel dan Selena untuk menidurkan putri mereka. Marcelpun membacakan dongeng sampai putrinya tertidur. Saat hendak keluar, Marcel masih bingung karena Mikaela tidak ikut beranjak dengannya.
“Kamu… tidak tidur?”, tanya Marcel.
“Kamu tuli atau gak dengar? Aku bobo sama Selena. Wajar sih, mungkin kecemburuan kamu pada Michelle dan Michael benar-benar mengalihkan perhatianmu. Kamupun hanya memerhatikan mereka dan mengabaikan Selena. Kita lihat Marcel, siapa yang bisa bertahan dalam pernikahan palsu ini. Kau atau aku?”, ejek Mikaela pada Marcel.
“Saya… ke kamar dulu”, Marcel benar-benar tidak mau ribut dengan Mikaela. Sebenarnya, dia kesal dengan sindiran Mikaela, tapi yang dikatakan wanita itu memang benar.
“Hei, Marcel! Kunci pintu kamar! Jangan sampai wanita itu naik ke ranjangmu! Besok itu akan menjadi berita besar”, tambah Mikaela menyindir Marcel lagi.
“Apa maksudmu?”, kesal Marcel dengan ucapan Mikaela.
“Tadi kalian berpelukan, bukan tidak mungkin kalian saling menghangatkan diatas ranjang mengingat kamu juga sangat merindukannya, kan? Kalian bersama selama 3 tahun, rasa itu apa tidak pernah hadir?”, sindir Mikaela lagi membuat Marcel geram. Dia mencengram bahu Mikaela tapi wanita itu membalas dengan mendorongnya kasar sampai cengkramannya lepas.
“Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu itu, Marcel! Jangan buat aku semakin membencimu! Aku sudah cukup berusaha menerima semuanya. Jadi, keluar dan lakukan sesukamu! Begitu juga aku!”, marah Mikaela sambil menutup dan mengunci pintu kamarnya.
‘Kau sudah kelewat batas, Marcel! Kau membuatnya marah lagi! Tapi, dia tadi melihatku dengan Michelle, dia pasti semakin membencimu, Marcel! Aku memang laki-laki b******k’, Marcel membatin pilu dan merasa bersalah karena sudah kasar pada Mikaela. Sementara itu, Mikaela menekan handphonenya lalu menelpon seseorang.
“Besok bisa bertemu?”, tanya Mikaela pada orang yang di telponnya.
“Besok aku ibadah di Gereja Protestan. Selesai ibadah saja, bagaimana?”, balas orang disana.
“Ah, jadi kamu ibadah disitu juga? Kita jumpa disana aja”, ucap Mikaela lagi setelah mendengar balasan orang disana.
‘Aku berhak untuk kebahagiaanku!’, batin Mikaela.