Suasana SMA Angkasa Raya tampak sepi. Hanya terlihat petugas kebersihan yang sedang melaksanakan tugasnya. Pak Joko-sang penjaga gerbang pun belum menampakan wujudnya. Wajar saja. Ini baru pukul 06.00 pagi. Siapa yang cukup gila untuk berada di sekolah di jam ini. Tentu saja Adira.
Kalau biasanya tokoh utama dalam sebuah cerita datang terlambat namun lain dengan Adira. Ia malah datang pagi-pagi buta.
Setelah memarkirkan kendaraan roda duanya, Adira memutuskan untuk berkeliling. Menghindari dirinya tersesat nantinya.
Langkah kakinya terhenti di kebun belakang sekolah. Sebuah pohon besar nan rindang menarik perhatiannya. Adira mendekati pohon tersebut dan merebahkan dirinya di bawahnya.
Udah sepi, sejuk, sinar matahari gak panas. Nikmat Tuhan mana yang kau dustakan.
Adira hanya ingin memejamkan matanya sebentar saja tetapi berujung ketiduran.
Sinar matahari menusuk matanya yang membuatknya terbangun. Ia terduduk dan melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Sudah menunjukan pukul 08.00. Adira terlonjak.
Astagaaa bodohnyaaa.
Adira segera bangkit dan berjalan cepat menuju ruang kepala sekolah. Lorong yang ia lewati sudah sepi.
Tok…tok…tok
“Silahkan masuk!” seseorang berseru dari dalam ruangan.
“Oh! Kamu anak baru yang didaftarkan Adam ya? Akhirnya kamu datang juga,” ucap Pak David-si kepala sekolah
“Mari ikuti saya.” Adira mengekor dibelakangnya. Kelas demi kelas ia lewati, sampai akhirnya si Pak David terhenti di ujung lorong.
Pak David tampak berbincang dengan Bu Rosa sambil sesekali menunjuk ke arah Adira. Bu Rosa kemudian mengangguk.
“Nah Adira kamu selanjutnya saya serahkan pada Bu Rosa. Saya duluan ya.” Adira tak lupa mengucapkan terimakasih sebelum Pak David meninggalkannya dengan Bu Rosa.
Bu Rosa mengisyaratkan Adira untuk menunggu di luar sebelum dipanggil.
“Baik anak-anak hari ini kita kedatangan satu siswi baru. Baik silahkan masuk.”
Begitu Adira memasuki kelas disambut dengan teriakan meriah. Mereka bersorak sorai.
“Cantik banget gilakk!”
“Body goals uhuy!”
“Dia gak bawa tas cuy! Keren juga nih cewe.”
“SUDAH SUDAH DIAM!” suara Bu Rosa begitu lantang. “Silahkan perkenalkan diri kamu.”
“Perkenalkan nama gue Adira. Salam kenal semuanya.” Begitu tegas dan singkat perkenalan Adira.
“Begitu saja? Singkat padat dan jelas ya. Apa dari kalian ada pertanyaan?” tanya Bu Rosa pada penghuni kelas lainnya.
“Nama panjang kamu siapa sayang?”
“Kamu udah punya pacar belum?”
“Kamu pindahan dari mana?”
“Minta nomor kamu dong cantik.”
Adira yang ditanyai bertubi-tubi mulai jengah.
“Yang pertama, nama panjang gue silahkan liat absen. Yang kedua, gak usah dijawab. Yang ketiga, gue pindahan dari kota sebelah. Yang keempat, nomor gue cuma satu, gak bisa dibagi.”
Suasana kelas pun mendadak hening.
Adira menoleh kepada Bu Rosa, “Apa saya sudah bisa duduk bu?”
“Silahkan duduk di bangku yang kosong.” tunjuk Bu Rosa pada beberapa bangku kosong di posisi belakang.
“Terimakasih, Bu.” Adira melangkahkan kakinya mendekati bangku yang berada di pojok kiri. Seorang gadis duduk disana.
“Boleh gue duduk disini?” tanya Adira.
“E-enggak. Kamu pindah di sebelah aja.” Jawab gadis itu ragu-ragu
Adira yang tidak menerima penolakan pun langsung menempati kursi disebelah gadis itu. Alhasil gadis tersebut tidak dapat berkata apa-apa.
Adira menyodorkan tangannya ke arah si gadis, “Nama gue Adira, nama lo siapa?”
“Nama aku Carissa,” jawabnya malu-malu “Kamu sebaiknya pindah duduk aja.”
“Kenapa?” Adira keheranan. Pasalnya sudah dua kali Carissa mengusirnya.
“Aku pembawa s**l, Ra. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa.” entah mengapa Carissa senang sekali menundukan kepalanya.
Adira mengangkat dagu Carissa, “Nasib gak ada yang tau Sa, kalo terjadi apa-apa sama gue bukan salah lo.”
Adira menyukai Carissa. Gadis yang imut nan lugu. Bagaimana bisa gadis seimut ini disebut pembawa s**l.
“Oh iya Sa, itu kursi disebelah pada kemana?” tunjuk Adira pada lima bangku kosong disebelahnya
“Paling mereka bolos Ra, kamu jangan bergaul sama mereka ya. Mereka nyeremin.” Carissa menunjukan wajah serius. Adira pun terkekeh. Seserius apapun wajah Carissa ia masih tampak imut.
Dasar duo gorilla. Awas aja ya nanti.
---
“Ra? Dira? Udah jam istirahat nih. Kamu gak mau ke kantin?” Adira merasakan seseorang mengguncang pundaknya. Rupanya selama pelajaran tadi ia tertidur. Padahal ia ingin menunjukan kesan siswi rajin, tetapi pelajaran yang sangat-sangat membosankan mengalahkan egonya.
“Eh udah jam istrirahat ya? Ayolah kebetulan juga gue lagi laper.”
Mereka beriringan menuju kantin. Adira merasakan tatapan tajam yang ditujukan pada Carissa. Sedangkan Carissa terus menundukan kepalanya.
Adira merangkul bahu Carissa dan berbisik ditelinganya, “Jangan nunduk Sa, lo gak pantes buat nunduk.”
Begitu sampai kantin Adira mengedarkan pandangannya pada seisi kantin.
Gak ada juga, mereka dimana?
“Eh Dira, kamu cari tempat duduk aja biar aku yang pesen makanannya. Kamu mau apa?”
“Nasi goreng ada gak?” ucap Adira tanpa memperhatikan Carissa. Ia masih mencari-cari seseorang.
“Ada kok. Kamu tunggu aja ya.” pinta Carissa dengan senyum yang merekah.
Astaga damagenya gak nguatin.
Adira berjalan menuju bangku kosong yang berada di tengah kantin. Sebenarnya ia tak suka berada ditengah. Baginya ditengah sama dengan menjadi pusat perhatian. Dan benar saja.
Saat Adira dan Carissa tengah asik berbincang dengan makanan yang masih berada di mulutnya beberapa orang menghampiri meja miliknya. Tepatnya menghampiri Carissa.
“Wah wah wah si Carissa punya temen baru nih.”
“Malem ini lo free gak? Temenin gue gih. Lumayan kan lo jadi dapet job.” seorang laki-laki tampak menggoda Carissa.
“Ih Troy sayangg ngapain sih kamu nyewa cewek ginian. Mending sama aku aja.” Seorang gadis yang tampak seperti tante-tante menggandeng tangan Troy mesra. Adira dibuat bergidik dengan tingkahnya.
“Kali aja dia ikutin ibunya sayang. Kan kata pepatah buah tak jatuh dari pohonnya.” Troy tertawa merendahkan. Sedangkan Carissa hampir menitikan air mata. Adira geram dibuatnya.
“Ibu aku gak kaya gitu Troy.” ucap Carissa lemah.
“Apa? Gue gak salah denger nih?” Bella-pacar Troy tertawa terbahak-bahak. Entah apa yang menurutnya lucu.
“Sekali p*****r tetep pelacur.” Bella menumpahkan jus yang dibeli Carissa tepat diatas kepalanya. Carissa tak mampu melawan, ia hanya menangis sesegukan.
Adira masih berusaha menahan emosinya.
Calm Dir. Masih hari pertama.
“Mau lo apa?” tanyanya dengan nada ketus.
“Mau gue? Mau gue ini.” Bella membentangkan kakinya pada seorang laki-laki yang lewat disebelah meja Adira
BRAKK
Makanan yang ia bawa tumpah mengenai Carissa.
Emosi Adira tak dapat terbendung lagi.
BRAKK
Adira menendang meja sekuat tenaga. Meja yang tidak salah apa-apa pun menjadi pelampiasan Adira.
“Ho ho ho ada yang nantangin lo nih Troy, mentang-mentang gak ada si lima sekawan.” sindir Bella
“Aduh Tante Bella gue tuh gak suka lawan cewek.” Adira jijik dibuatnya.
“Cowok kok modal bacot doang. Gak malu sama ‘itu’?” Sindiran Adira membuat seisi kantin tertawa. Troy pun berang. Ia tak terima harga dirinya diinjak-injak.
“Kasi cewek ini pelajaran.” perintahnya pada kawan-kawannya.
Carissa menjadi khawatir. Teman se-geng Troy berbadan besar, jumlahnya 4 orang pula. Sedangkan Adira sendirian. Adira yang melihat raut wajah Carissa memberi isyarat agar tidak usah khawatir.
Mereka berempat maju bersamaan. Posisi mereka mengitari Adira. Dilihat dari mana pun Adira tidak akan bisa kabur. Siapa juga yang mau kabur?
Adira menunjuk mereka satu persatu, “Karena gue gak tau nama lo, gue panggil pane nomor aja ya,”
“Satu, dua, tiga, empat, dannn…” tangan Adira mulai mengarah ke Troy, “Lima.”
Tentu saja mereka bertambah emosi setelah diremehkan begitu.
Nomor satu meraih pergelangan tangan Adira. Dengan cepat Adira langsung membantingnya ke lantai.
Seisi kantin terkejut. Belum sempat mereka membalas serangan mereka bertiga sudah terbaring di lantai berkat pukulan dan tendangan Adira.
Semudah itu. Yap semudah itu.
Kini Adira sudah berada di depan Troy. Troy tak mampu menguasai dirinya. Tangannya gemetar melihat kejadian beberapa detik lalu.
“L-lo j-jangan macem-macem ya!” Ancam Troy
Adira hanya tersenyum sinis dan beralih pada Carissa.
“Lo gak papa kan Sa? Ayo bangun.” Adira mengulurkan tangannya pada Carissa.
“Lo harus ganti baju. Ikutin gue.” Saat Adira hendak meninggalkan kantin Troy memanggil Adira.
“Heh cewek bang*at!” teriaknya. Begitu Adira berbalik hendak memaki. Troy melayangkan tinjunya. Adira terdorong mundur.
Ia meraba pipinya pelan. “Ho ho ho, berani juga ya. Baru mau gue ampunin.” Sorot mata Adira berubah. Matanya berkilat-kilat marah.
Tarik nafas, tahan, hembuskan. Harus sabar, harus sabar, harus sabar.
“AYO MAJU! TADI BERANI HAH!” suara Adira menggelegar. Beberapa siswa yang berada di kantin mencoba memanggil guru. Mereka tidak ingin ada yang dibantai.
Adira maju mendekati Troy. Saat Adira sudah semakin dekat, Troy melambungkan tinjunya kembali. Berusaha mengenai wajah Adira. Namun tangan Adira lebih cepat. Adira menangkap tangan Troy.
“Yang tadi cuma kebetulan.” Ucap Adira sinis. Adira kemudian menghantamkan tinjunya mengenai wajahnya. Troy terjatuh. Pipinya seketika lebam. Ia merasa seperti dipukul dengan bata.
Saat hendak bangkit Troy kembali ditendang oleh Adira.
“Jangan,”
“Ganggu,”
“Carissa,”
“Lagi.” Ucapnya sambil terus menendang Troy. Darah sudah mengalir dari hidungnya, namun Adira belum puas. Ia masih kesal. Sangat-sangat kesal.
“Dira! Jangan lagi! Nanti dia mati! Aku gak mau kamu masuk penjara!” ucap Carissa tersedu-sedu. Adira pun sadar. Ia meraih tangan Carissa dan mengajaknya pergi.
Hah kelepasan lagi. Maaf komandan.
“Lo bawa baju ganti Sa?” Carissa menggeleng dengan air mata yang belum kering. Adira menghela nafasnya.
“Lo duluan Sa. Tungguin gue di UKS. Jangan.kemana.mana.” Adira menekankan tiap katanya.
---
Suasana UKS sepi. Bahkan sang petugas kesehatan pun menghilang. Apa mungkin karena ini jam istirahat. Carissa melangkahkan kakinya mendekat ke arah cermin. Pantulan dirinya tampak berantakan. Nasi disela-sela rambutnya. Parahnya lagi, telur setengah matang yang tadi ia pesan sebagai teman nasi gorengnya tampak mengenaskan. Kuningnya menempel.
“Jadi begini ya penampilanku.” gumamnya. Carissa menundukan kepalanya dan terisak pelan.
“Udah gue bilang lo gak boleh nunduk kalo sama gue Sa,” Ucap Adira lembut. Ia menangkupkan wajah Carissa dan mengusap air matanya.
Adira menarik kursi ke arah wastafel. Carissa didudukannya disana.
“Mau ngapain?”
“Udah diem aja.”
Adira meletakan kepala Carissa ke wastafel. Ia menghidupkan kerannya dan mulai membasuh rambut Carissa.
“Kayak main salon-salonan ihh.”
Adira kemudian mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah sampo sachet.
“Jadi kamu beli itu tadi,” tunjuk Carissa pada sampo yang dipegang Adira. Adira hanya tersenyum dan memainkan alisnya. Carissa tertawa melihat senyum Adira yang terkesan lucu.
Adira membersihkan rambut Carissa dengan telaten. Carissa pun dibuat kagum olehnya. saat hendak mencari handuk Adira kebingungan. Ia kemudian membuka satu persatu lemari UKS. Berharap ada handuk didalamnya.
Namun yang ada didalam hanya selimut dan seprei. Adira menghela nafas kasar. Tak mungkin ia membiarkan Carissa kembali ke kelas dengan rambut basah dan pakaian yang kotor. Sebuah ide terlintas dibenaknya.
Adira mengambil selimut yang ada di lemari yang kemudian digunakan untuk mengeringkan rambut Carissa.
“Apa gak dimarah nanti?”
“Sshh diem aja Sa.”
“Tadaa.”
Rambut Carissa sudah bersih. Sekarang tinggal bajunya.
Adira kemudian membuka seragam miliknya dan memberikannya pada Carissa. Kini ia hanya memakai baju kaus hitam dan celana olahraga. Adira heran mengapa dirinya sebaik ini memberikan miliknya pada orang lain. Tetapi ia menikmati hal ini.
“Terus kamu pake apa, Ra? Kamu gak ke kelas?”
“Engga deh. Lo aja. Gue mau tidur.” Adira menghempaskan tubuhnya ke ranjang UKS yang menimbulkan bunyi derit yang nyaring.
Maklum ranjang UKS.
Begitu tubuhnya menyentuh ranjang Adira sudah tertidur. Dia memang tipe manusia yang cepat tidur di mana saja. Bahkan ia tidak mendengar ucapan Carissa saat meninggalkannya di UKS.
---