Wanita Gila!

1054 Kata
Setelah selesai mandi, Angela yang masih memakai jubah mandi mencari-cari keberadaan Leo. Ternyata pria itu masih di dapur. Seketika Angela merasa lega karena rupanya Leo mudah diatur. "Belum selesai juga?" tanya Angela yang tiba-tiba berdiri di samping Leo. Dengan kondisi Angela yang masih memakai handuk membuat Leo menelan ludahnya dengan cepat. Jubah mandi itu sialnya tidak bisa menutupi tubuh Angela dengan sempurna. Leo dapat dengan samar melihat sesuatu yang tak seharusnya. Ditambah rambut basah yang sangat menggetarkan Leo. Sebagai pria normal … ingin rasanya ia langsung membawa wanita itu ke kamar. Buang pikiran itu jauh-jauh, Leo! Leo juga tak bisa berkonsentrasi memasak. Sedari tadi hanya membolak-balik telur saja. Pikirannya kacau tak menentu. "Sebaiknya kamu pakai baju terlebih dahulu. Untuk apa ke sini?" Leo sedikit gugup. "Leo, yang benar kalau menggoreng telur. Sini … biar aku yang selesaikan.” Tiba-tiba Angela merebut sudip yang sedang Leo gunakan. Otomatis tubuh wanita itu semakin dekat, membuat Leo bisa merasakan harum sabun yang semakin menyeruak ke dalam indra penciumannya. Leo tak bisa berbuat apa-apa. Sungguh, Leo sedang sebisa mungkin harus menahan jangan sampai tergoda. Imannya juga harus kuat menghadapi Angela. Setelah Angela selesai dan menaruh telur itu ke piring, ia kemudian membawanya ke meja. "Angela, aku harap kamu memakai baju terlebih dahulu." "Bagaimana aku bisa memakai pakaian milikimu?! Semuanya pakaian laki-laki dan itu kebesaran," jawab Angela kesal. "Dari mana kamu tahu pakaianku kebesaran?" "Anak TK juga tahu kalau ukuran tubuh kita berbeda. Pasti pakaianmu tak ada yang seukuran dengan tubuhku." "Iya juga, ucapanmu cukup masuk akal. Aku kira kamu membuka-buka lemariku." "Ah, sebenarnya itu juga, sih. Awalnya kupikir ada pakaian yang cocok untukku, tapi ternyata tidak ada," jawab Angela tanpa sedikit pun merasa berdosa. Tanpa merespons, Leo langsung bergegas ke kamarnya. Betapa terkejutnya ia melihat pakaiannya yang berhamburan ke mana-mana. Benar-benar kamar ini layak disebut kapal pecah. Leo yang kesal langsung kembali ke ruang makan. Ia semakin kesal saat melihat Angela yang sedang menyantap telurnya tanpa sedikit pun merasa berdosa. Leo mengutuk mengapa Angela bisa seberani itu hanya berbalutkan jubah mandi di  tubuhnya. Apa wanita itu tidak takut diperkosa? "Kamu ini gila, sangat gila! Kamarku berantakan seperti itu," ucap Leo. Namun, Angela malah diam saja. Tetap memakan telur dan nasi dengan santainya. "Hei wanita gila … kenapa diam saja?!" tanya Leo lagi, ia sangat kesal. Lagi, Angela masih tidak menjawab. Sampai pada akhirnya ia sudah menghabiskan makannya. Mengambil minum yang ada di sampingnya, lalu tanpa ragu meminumnya. Setelah itu, Angela meletakkan gelas kembali dengan sangat elegan. "Katanya, tidak baik berbicara saat sedang makan. Kamu tak sopan sekali mengganggu orang sedang makan," ucap Angela membuat Leo tercengang. Bisa-bisanya Angela menjawab hal seperti itu. Seharusnya Angela meminta maaf. "Terserah. Kamu benar-benar gila. Kamu membuat kamarku seperti kapal pecah!" "Hm, 128 atau 129, ya. Aku lupa. Ah … mungkinkah 130?" Angela malah membuat Leo semakin bingung dan tak mengerti. "Apa maksudmu?" "Maksudku, kamu orang ke 128 yang bilang bahwa aku gila. Tapi aku juga belum tahu pasti, mungkin 129 atau bahkan 130," jelas Angela yang berhasil membuat Leo semakin naik pitam. Andai saja Angela sebuah kertas, pasti sudah ia robek-robek dari tadi. Sungguh, baru kali ini Leo menemui wanita seperti Angela. "Kamu—" ucapan Leo terpotong saat bel rumahnya berbunyi. Leo pun bergegas membuka pintu untuk melihat siapa yang datang, "tunggu di sini, biar aku saja yang membuka," lanjutnya masih dengan nada kesal. "Oke. Memang sudah seharusnya kamu yang membuka pintu." Leo berusaha memasang ekspresi biasa saja, siapa tahu tamunya adalah orang penting. Sebenarnya Leo tak menyangka di dunia ini ada wanita yang sikapnya segila Angela. Andai saja Angela adalah cabai, sudah Leo ulek dari tadi. Setelah yang Leo pikir adalah tamu itu pergi, akhirnya Leo kembali menemui Angela. Ternyata Angela malah sedang bersantai di ruang TV. Betapa Leo yang ingin marah malah tak jadi marah saat melihat Angela yang sedang  menonton TV. Dengan kesal Leo melemparkan beberapa paperbag ke dekat Angela, membuat wanita itu kegirangan melihatnya. Rupanya itu adalah paket pakaian pesanan Angela yang jumlahnya tidak sedikit. "Bagaimana caranya kamu bisa memesan sebanyak ini?!" "Kamu meninggalkan ponsel di kamar. Sebelum aku mandi, aku iseng berbelanja di online shop langgananmu. Kabar baiknya OS itu sudah tahu alamatmu … jadi aku yang tidak tahu alamat ini bisa memesannya dengan sesuka hati. Tanpa perlu transfer karena sistem pembayarannya cash on delivery," jawab Angela sambil terus memeriksa isi paperbag itu dengan kegirangan. Bukannya meminta maaf malah bertingkah semakin gila. “Benar-benar ekspres, ya … sampai dalam waktu kurang dari tiga jam. Keren. Layak untuk berlanggan di toko itu.” "Apa kamu tahu berapa nominal yang harus kubayar untuk membayar semua pesananmu?" "Tidak tahu dan tidak mau tahu karena yang terpenting aku sudah punya pakaian sekarang. Apa kamu tega melihatku hanya memakai handuk saja?" Leo menarik napas mencoba menenangkan pikiran. Leo tak bisa berkutik terlebih melihat tubuh Angela. Selain itu, wajah Angela benar-benar mengingatkan Leo terhadap seseorang. "Kamu!" ucap Leo sambil menunjuk tepat di wajah Angela, menahan emosi. "Kenapa? Mau marah? Kamu tidak ada hak marah." "Kenapa?" "Aku di sini tamu, dan kamu tuan rumah. Apa kamu tak pernah mendengar istilah bahwa tamu adalah raja?" "Aku sering mendengar pembeli adalah raja. Bukan tamu," sanggah Leo. "Ya sudah, biasakanlah untuk mendengar bahwa tamu juga raja. Aku tamu di sini dan aku ratu. Kamu tidak perlu aneh-aneh. Kamu hanya perlu turuti keinginanku." Teori macam apa itu? Leo benar-benar menyesal telah terlalu baik menolong Angela. Jika tahu akan begini, ia pasti akan membiarkan saja wanita itu di pinggir jalan. "Baik, kamu bilang aku tuan rumah dan kamu tamu?" tanya Leo memastikan dan Angela mengangguk untuk menjawab pertanyaan Leo. "Berarti aku punya hak untuk mengusirmu." "Tidak juga," balas Angela santai. "Memangnya kenapa?" "Karena mulai hari ini aku adalah kekasihmu. Mana mungkin kamu mengusir kekasihmu sendiri?" Leo tersentak saat mendengar ucapan Angela. "Tidak, aku tidak mau menjadi kekasihmu," tolaknya. "Harus mau. Kamu harus ingat tamu adalah ratu," ucap Angela dengan penuh penegasan. "Tidak, mana mungkin kekasihku gila?!" "Oh begitu, ya. Tunggu, apa kamu punya kekasih?" tanya Angela. Leo pun menggeleng. "Bagus, itu artinya kita sudah resmi pacaran. Pria jomlo tak boleh menolak wanita cantik dan seksi sepertiku. Asal kamu tahu, di luar sana jutaan pria mengantre untuk menjadi kekasihku." Leo bersiap menyanggah semua ucapan Angela, tapi dengan gesit Angela langsung memotong pembicaraan yang bahkan belum Leo lontarkan. Ditambah lagi, Angela berani makin mendekat sehingga berhasil membuat Leo semakin tidak bisa berkutik lagi. "Tidak ada alasan lagi. Kita pacaran dan sekarang tunggu di sini. Aku akan memakai salah satu dari sekian banyak pakaian ini," ucap Angela kemudian berlari ke kamar Leo. Leo hanya menatap Angela dengan tatapan penuh rasa kesal. Mimpi apa ia bisa bertemu wanita gila seperti Angela?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN