Bongkahan Hitam

949 Kata
Nirmala menghapus air matanya. “Bertemulah dengannya”. Itu hal yang tidak mungkin dia lakukan. Bertemu dengan seorang lelaki yang mencampakkan. Bagi Nirmala, dia pergi karena dia mau pergi. Hanya itu saja. Tidak perlu ada yang dibicarakan. Tentu saja hati perempuan tidak bisa menerima hal kejam seperti itu. Tiada angin, tiada gelombang. Hanya kepergian yang membuat semua menjadi sebuah rasa yang tertinggal. “Ma, saya tidak ingin”. “Ok. Kalau kamu tidak mau bertemu dengannya. Sebaiknya kamu tidak menangis lagi dan menerima semua”. “Saya butuh waktu , Ma”. “Lima tahun tidak cukup bagimu. Ok”. Hening. Semua menjadi nyata, ternyata lima tahun tidak cukup bagi Nirmala menerima semua dengan lapang d**a. Lima tahun telah berlalu tanpa ada kata yang pernah ada untuk mengungkapkan perasaannya. Tidak ada kata sakit, marah, sedih dan sekarang muncul dengan semaunya tanpa ada kontrol darinya. Mama meninggalkan Nirmala dikamarnya sendiri. Memberikan ruang agar bisa memberi keputusan yang terbaik untuk dirinya sendiri. Semua harus terjadi atas kehendaknya masing-masing tanpa ada perasaan tertekan. Dan Nirmala tertekan akan hal semua ini, yang datang dari perasaannya sendiri. Nirmala pun beristirahat. Membaringkan badannya yang telah lelah sehariaan. Di tangannya terdapat n****+ yang ingin dibacanya. n****+ yang telah dibeli sebulan yang lalu, namun tidak pernah selesai dibacanya. Baginya membaca n****+ akan membawa dirinya pada kehidupan yang berbeda, suasana berbeda dan akan melupakan masalahnya, bahkan bisa mengantarnya ke alam mimpi. Tentu saja itu akan membantu dia menghadapi hari-hari sulit yang tengah dihadapinya. Baru saja membaca beberapa halaman, Nirmala lelah. Memberikan tanda pada akhir bacaanya dan meletakkannya di sisinya. Kantuknya telah menghampirinya dan akan membawa dirinya pada kehidupan yang lain. Kehidupan yang akan membuat dia beristirahat sejenak. Meninggalkan masalah-masalah, rasa-rasa dan beragam kata yang hendak diucapkan. Semua tersimpan dalam tidur siang yang akan membuat dirinya meninggalkan semua untuk waktu sedikit, dapat dikatakan sebagai jeda dari kehidupan yang terus meminta perhatian darinya. Nirmala terbangun dengan suara sumbang diluar sana yang dikenalinya. Dia pun mengkerjapkan mata untuk memahami isi pembicaraan. Suara itu berasal dari temannya, Rudi dan Setyawan. Untuk apa mereka datang kesini? Dengan wajah penuh kantuk pun dia menampakan dirinya. “Hi, aku baru bangun tidur”. Sapanya kepada temannya. Dia pun meletakan diri pada kursi yang ada. “Kalian darimana?” Sambungnya. Dilihat dari wajah temannya terlihat gugup, gagap dan ingin mengatakan sesuatu. Ditahanya perkataan itu. “Kami tadi dari sekitaran sini, kebetulan lewat jadi sekalian mampir. Kamu baik-baik sajakan?” Tanya Rudi. Kata baik-baik saja tentu mengarah pada keputusannya tentang dana bukan tentang kondisi dirinya yang sedang mengantuk. “Iya, semua baik-baik saja”. Seakan tidak percaya dengan jawabannya. Mereka hanya diam, menunggu penjelasannya lebih lanjut dari kata baik-baik saja semuanya. “Gimana rapat kalian?”. “Kami datang untuk itu, La”. Nirmala diam menunggu kelanjutannya namun tidak dilanjutkan “Saya mengundurkan diri”. Kata Nirmala “Cakrawala tidak menerima hal itu, La. Mereka minta kita bertiga datang lagi untuk membicarakan lebih lanjut”. “Mereka?” kata mereka tetu saja merujuk kepada orang banyak. “Semua sudah sampai pada rapat direksi dan Uwing telah disetujui dalam pendanaan besar. Budi Harun tidak menerima kami. Itulah kami datang untuk meminta kamu maju dalam penerimaan pendanaan ini”. “Aku tidak bisa ikut”. “La”. Kata Rudi memantapkan diri untuk meyakinkan Nirmala bahwa semua harus sesuai kesepakatn di awal, bahwa pendanaan dibutuhkan untuk mengembangkan start-up mereka. “Aku tidak kuat, Rudi”. “Ada kami, La”. “Mereka memberi waktu dalam jangka sebulan untuk menyelesaikan semua ini”. Sebulan. Bukan waktu lama. Jika mereka mengiyakan semua ini. Bererati mereka akan bekerja ekstra untuk ini. Maju terus tanpa adalagi sakit dan hati yang merajai mereka. “Ini semua demi kebaikan kita semua”. Rudi terus meyakinkan bahwa ini adalah jalan yang baik. Ini memang tidak mudah untuk kita dan kita harus bisa untuk ini karena kita yakin untuk ini. Kita yakin, kita bisa untuk terus melangkah mendapatkan semua ini. Uwing telah ditunggu dan keputusan Nirmala menentukan semua. “La, semua bergatung dengan keputusan kamu. Kami hanya jalan saja sesuai dengan kesepakatan bersama”. “Bagaimana pendapat kalian?” Tanya Nirmala, penuh bimbang. Semua terjadi seakan tanpa rencana dan diluar dugaan. Saat dia sudah menghentikan pertarungan, mereka malah menantangnya untuk berduel. Tentu saja itu membuat Nirmala kekurangan persiapan dan mental yang mumpuni. Semua harus dipersiapkan agar semua bisa membuat menjadi lebih muda dan tenang. “Kami siap bantu kamu, La”. “Saya percaya sama kalian. Saya beri kepercayaan sepenuhnya kepada setyawan untuk semua ini. Kamu yang akan menangani semua”. Kata Nirmala sembari menatap setyawan. Setyawan pun menatap kembali kea rah Nirmala, seakan tidak yakin dengan keputusan ini. “Sebaiknya kamu yang pegang kendali, La”. Kata Setyawan meyakinkan keputusan nirmala agar berubah. “Kalau saya, saya tidak bisa”. Kata Nirmala Rudi sedari tadi bersemangat meyakinkan Nirmala harus mendengar semua. Dia berharap, Nirmala mempercayakan Uwing kepadanya. Sayangnya, Nirmala memilih Setyawan tanpa berdiskusi sebelumnya. Ada kesal yang menjalar kedalam lubuk hatinya, ada sesal yang menjadikan bongkahan menghitam bersemayam begitu saja dihatinya. Ada cemburu juga diantara pertarungan alot ini, begitu mudahnya Setyawan mendapatkan kepercayaan Uwing. Ya, Uwing jatuh begitu saja dari Nirmala kepada setyawan. Sesal itu tidak Nampak dan tidak dinampakan. Semua terkejut dengan keputusan Nirmala tetapi diterima dengan sigap sebagai beban yang harus dipikul bersama. “Kita tahu ini berat dan kita bisa terima untuk ini”. Kata Rudi. Hatinya telah diselimuti kabut atas keputusan yang tidak pernah dia duga sebelumnya. Setelah membuat keputusan tersebut. Mereka bercengkrama mengenai Hal yang perlu dipersiapkan dari mereka untuk Cakrawala grup. Semua terjadi karena keputusan telah
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN