Sesuai dengan Kebutuhan

950 Kata
“Belum ada tante”. Jawab keduanya berkoor. “Bolehlah nanti cumi-cumi tante diganti dengan sebongkah berlian”. Canda tante Ida. “Belum ada, tante. Tuh, Nirmala menolak uang milyaran rupiah”. “Beneran?”. Tanya Tate ida pada putrinya “Apaan sih. Orang ngak ada kontrak yang deal”. “kalau beneran, nanti mama bantuin. Bantuin ngabisin uangnya”. Hahaha “Tuh kan, Tante aja semangat terima milyaran rupiah, kamunya menolak”. “Ngak. Ngak ada uang sama sekali”. Kata Nirmala sembari menyilangkan tangannya. “Kamu tata dulu makanannya. Sebentar lagi Papa kamu datang”. Kata tante Ida menyudahi pembiyaraan uang milyaran rupiah yang masih ilusi. Emak-emak kalau bicara uangpaling semangat untuk menghabisi. “Assalamualaikum” Suara berat dari arah luar terdengar jelas. “Waalaikum salam warahmatullah”. “pada ngumpul ya semua. Apa kabar kalian semua?”. “Baik, Om”. “Om, masuk dulu. Bersih-bersih. Oh, ya. Om tadi dengar milyar-milyar. Uang siapa itu? kalau masalah uang, telinga Om masih sangat peka”. Hahahaha. Sama semua. Kalau masalah uang selalu cepat untuk dibicarakan. “Papa, bersih-bersih dulu. Nanti saya kasi bocoran lengkap”. Kata tante Ida sambil terus menyiapkan makanan “Ok deh”. Om Rahman berlalu. Memasuki kamarnya. Hidangan sudah lengkap tertata. Sembari menunggu Om Rahman, mereka ngobrol lagi seputar makanan yang lagi hits di kota mereka. Begitu banyak restoran yang unik-unik mulai membanjiri pasar kuliner, memanjakan lidah-lidah yang selalu tidak pernah puas. Selalu menerima dengan suka hati setiap menu yang terbaik. Tetap saja, menu makanan keluargalah yang terbaik untuk dinikmati. “Siapa calon milyader ?” Sapa Om Rahman, membuat semua orang menengok kepadanya “Harusnya Nirmala, sayangnya, Nirmalanya belum mau jadi”. Jawab Rudi sekenanya. Mereka tahu ini adalah sebuah omong kosog yang tidak diketahui ujungnya. Nyatanya uang tersebut belum ada di tangan mereka. Hanya harapan, lebih baik cepat kaya dari pada cepat miskin “Ohhhh. Tidak mau. Tidak apa-apa. Papa dari muda sampai sekarang masih pengen jadi milyader. Tapi belum juga”. Om Rahman pun menduduki kursi yang masih kosong, mereka telah siap untuk makan malam. “Kita makan dulu biar kuat, biar siap jadi milyoner”. Akhirnya mereka bersiap untuk makan, memilih menu-menu yang tersedia dan mengisi piring-piring mereka. Ada sayur Sop, cumi-cumi asam manis, sambal tomat dan bakwan serta kerupuk yang selalu sedia di meja makan. Mereka makan dengan tenang. Menikmati setiap suap yang dikunyah. Ada rasa lezat yang beragam yang membuat mereka semakin hening dan menikmati semua makanan mereka. Kelezatan dari makanan membuat hati dan pikiran menjadi tenang dan sangat menikmatinya. Terasa jelas dari kebahagiaan yang terlihat dari mereka. Akhirnya mereka selesai juga makan, menikmati makanan yang telah tersedia dengan rasa syukur yang tidak cukup terlukiskan hanya dengan ucapan. Mereka makan dengan lahap. Setelah selesai, mereka pun mulai bercengkrama sembari menikmati makanan penutup. Makanan yang sengaja disajikan terakhir berupa pudding. “Mama tadi buat pudding, tidak sengaja lihat tutorial buat pudding di TUTUB. Kayak enak, ini jadinya. Ayo dicoba”. Mereka menikmati makanan penutup “enak kok, Ma. Rasanya pas”. “Kapan masakan Mama tidak enak, dari dulu sampai sekarang selalu enak. Masakan mama yang buat pap gendut”. Hahahaha. Om Rahman memang selalu suka memuji, menyenagkan orang lain dengan candaan kecil-kecil untuk menghangatkan suasana. Tante Ida hanya senyum-senyum, menerima pujian dari suaminya yang tidak pernah habis. Selalu saja ada cara untuk memuji dirinya. “Kalian bertiga sudah besar, harus memilih calon sesuai dengan kebutuhan bukan hanya kesenangan. Kalau kita hidup butuh pasangan yang baik. Pilihan yang baik dengan cara kalian menjadi baik terlebih dahulu”. Nasehat Om Rahman “orang baik jodohnya dengan orang baik”. Imbuh tante Ida Mereka bertiga yang masih muda hanya diam saja menerima tawaran untuk diri mereka sendiri. Ketiganya selalu diwanti-wanti untuk memilih pergaulan yang baik. Jangan sampai membuat mereka sedih dan melukai diri sendiri. Setelah selesai makan, Om Rahman beristirahat di runag tengah mendengarkan berita hari ini yang disiarkan oleh TV nasional. Sedangkan Nirmala dan Ibunya sibuk membersihkan dapur. Rudi dan Setyawan bergabung dengan Om Rahman yang juga mendengarkan siaran TV. Semua terlihat bersantai. "Kalian sudah ada calon atau ada yang sedang didekati?" keduanya hanya diam, merasa sungkan untuk membicarakan hal ini "Kalau memang belum, tidak ada masalah. Setiap orang memiliki fokus masing-masing. Kalian menikmati dulu masa kalian, kalau memang sudah ada keinginan bolehlah mulai mencari pendamping hidup". Setelah selesai memberisihakan dapur, Nirmala dan Ibunya bergabung bersama mereka bertiga. Pembahasan masih seputar pemilihan pendamping hidup. "Menikah adalah sebuah kepastian dan memang kita memiliki keinginan untuk kesana, diri masing-masing yang perlu disiapkan. Tidak ada pasangan yang sempurna". Semua akan memiliki pasangan masing-masing karena itu adalah kodrat dari Tuhan. Tuhan memang menciptakan semua makhluknya berpasang-pasangan, hanya Allah sendir yang maha Tunggal. Memperbaiki diri adalah kunci untuk menemukan pasangan yang lebih baik, baik untuk kita, baik untuk pasangan, baik untuk keluarga dan baik untuk masyarakat umum. Kalau sudah baik, Insya Allah jalan kehidupan lebih mudah. Mudah untuk memiliki hal-hal yang baik. Sejatinya kebaikan adalah menolak kejahatan. Jenis kejahatan memang sekarang sudah banyak dan beraneka ragam bentuknya, kita harus lebih berhati-hati. Berhati-hati dalam artian mempertimbanagn setiap pikiran dan tindakan. Semoga kesuksesan selalu bersama kita. Waktu sudah larut, akhirnya Rudi dan Setyawan meminta undur diri untuk beristirahat. "Om ini sudah larut, sebaiknya kita semua istirahat. Kami pamit dulu". Kata Setyawan "Kita lagi santai-santai saja disini. Kami senang kalian mau berkunjung". "Terimakasih atas jamuannya. Masakannya sangat enak". "Mampirlah kalau ada waktu". "Iya, terimakasih banyak. Assalamualaikum". Nirmala dan keluarga pun berjalan ke garasi mengantarkan mereka. Bagi mereka yang suka silaturhmi, maka setiap silaturahmi menghapus dosa-dosa dari keduanya. Ada bahagia yang menemani hati mereka saat bersama.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN