Kembali ke Peraduan

1063 Kata
“Kamu istirahat di kamar saja. Saya akan beri tahu mama kalau kamu ada disini, mereka lagi nyanyi-nyanyi di luar”. “Iya, Makasih Sari”. Sari berlalu dan meninggalkan Nirmala seorang diri. Nirmala merebahkan dirinya di kasur empuk yang membuatnya sangat nyaman. Hari ini sangat menguras energy dan emosinya. Pertemuan dengan Budi Harun tanpa sengaja membuat dia terkuras secara emosi. Nirmala baru saja memutuskan kotrak sepihak, membuat semua bergelumbung dan ingin pecah. Bagaimana tidak? Semua begitu mendadak dan tidak mampu berbuat banyak. Sudah selesai urusannya dengan Budi Harun, tidak ada lagi. Uwing akan lebih baik jika pemiliknya dalam keadaan baik-baik juga. “Anak mama bobo di sini. Mau ikut pulang sekarang atau nanti sama Sari” Kata mama tiba-tiba bangunin Nirmala. Nirmala yang setengah terlelap dari tidurnya terbangun. “Aku ikut, Ma” kata Nirmala sembari ngucek matanya. Mencoba untuk mengembalikan tenaganya yang hilang terbawa tidur. “Ayo, pamit”. Acara terlihat mulai sepi, beberapa orang sudah pulang lebih awal. Sari terlihat bercengkrama dengan beberapa keluarganya yang seusia sebaya. “Eh, udah bangun. Tadi aku liat kamu tidur nyenyak banget. Tidak tega mau gangguin, sekarang udah langsung mau pulang”. “Iya, ketiduran tadi. Nyaman banget kasurnya”. “Ini kenalin keluarga aku”. Mereka saling memperkenalkan diri dan Nirmala sekalian minta diri. Nirmala dan Mama bersama menuju kerumah dengan mobil, Nirmala masih oleng, enggan berbicara. Kejadian tadi di kafe terhapus sedikit, kini kembali lagi. Dia bertemu dengan seorang yang seharusnya tidak ditemui mulai ari ini sampai nanti, malah bertemu. Membuat dia benar-benar cangung dan tidak bisa bergerak dengan bebas, bhkan bernafas saja sulit baginya. Beberapa kali dia mengundurkan diri namun di tolak, akhirnya terjebak d perasaan serba salah selama dua jam. Masih saja terngiang-giang kejadian hari ini yang membuat Nirmala sangat tidak nyaman. “kamu baik-baik saja?” “iya, Ma” Jawab Nirmala pendek. Kepalanya menoleh kearah jendela, memandang dengan hampa. Ada sisa yang tidak pernah selesai di masa lalu menjadi kerikil kecil di sepatunya saat ini. Tentu sangat menganggu untuk berjalan. “Lebih baik memang tidak tidur habis ashar”. Nasehat mama pada putrinya yang masih terlihat ling-lung. “Iya, Ma tadi lelah banget, ngak sengaja sambil nungguin Sari di kamar malah ke bawa tidur” “Ok”. Kata Mama pendek seakan menerima penjelasan putrinya. Mereka terdiam lagi tidak ada yang perlu dibicarakan oleh keduanya. Hanya diam membawa kedekatan dan menyatukan jiwa mereka yang merasa asing untuk bersama dan menerima keadaan. Mereka sudah memasuki area perumahan, terlihat dari jauh rumah mereka. Donat juga sudah menanti di rumah untuk di makan bersama. “Gimana donatnya?” “Alhamdulillah, sudah menunggu, Ma”. “Tadi aku lihat di rumah Sari, duhh enaknya. Langsung pengen pulang”. Hahahah “Iya, Ma. Enak Banget donatnya, padahal sudah lama tidak buat donat” Mereka memasuki garasi dan memarkir kendaraannya. Keduanya berjalan beiringan memasuki rumah. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Mereka menuju ke kamar masing-masing untuk menaruh benda-benda yang dibawanya, menyimoan dengan rapi serta menganti pakaian dengan pakaian rumah agar lebih santai dan rileks. Tidak berapa alam kemudian, Nirmala keluar kamar dan kembali ke dapur untuk menyiapkan cemilan, donut yang telah dibuatnya tadi. Setelah menyiapkan donat, dia mulai memasak untuk makan malam untuk sang ayah yang akan kembali dalam waktu dekat. Nirmala dan Mama sudah makan di rumah Sari dan masih cukup kenyang untuk sampai malam. Nirmala akan memasak sayur bening dan akan megoreng ikan Bandeng yang telah siap di kulkas. Tidak perlu lama, akhirnya makanan telah siap dan donat juga sudah siap. Mama juga sudah duduk di salah satu kursi sembari menonton TV secara acak, tidak benar-benar menyimak acara tv hanya sekedar menghidupkan lalu sekali-kali melihat berita terbaru dari beberapa artis yang memang suka tayang di TV. Tidak berapa lama kemudian Papa telah kembali dari kerja, setelah berganti pakaian dia pun bergabung bersama mereka, menikmati donat dan makan malamnya. Mereka berbicara apa saja tentang hari ini, yang membuat mereka hidup dan merasakan kebahagiaanya. Mereka bercerita tentang aisan dan kejadian-kejadian yang ada di arisan. Tidak terkecuali kejadian yang membuat tidur di rumah Sari. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. “Ma, Pa. saya memutuskan untuk tidak mengambil dana dari Cakrawala group”. Hening. Menunggu kelanjutan dari perkataan yang pertama. “Aku tidak bisa, Pa”. Papa dan Mama hanya diam, menyimak alasanya namun, tidak juga keluar. “Kamu sudah pikirkan baik-baik. Jangan sampai kamu menyesal nantinya. Start-up seperti milikmu butuh dana yang besar, ruang lingkupnya juga besar. Jangan sampai kamu tidak mampu mengelola dana dan kamu berhenti di jalan”. Papa berusaha menyakinkan keputusan yang diambil Nirmala benar. “Coba kamu bicarakan baik-baik dengan teman kamu. Ini tidak mudah bagi kamu”. Mama menambahkan “Mereka sudah tahu”. Jawab Nirmala pendek, seakan tidak ingin melibatkan mereka dalam keputusan ini. Nyatanya keputusan ini sangat besar dampaknya kepada mereka “Mama dan Papa hanya bisa dukung kamu, kamu sendiri yang menentukan semua arah hidup kamu karena hidup kamu itu milik kamu. Bukan milik kita”. Kata Mama menenangkan “Coba kamu kaji dulu mengenai keputusan kamu, karena papa lihat hanya Cakrawala Group yang bisa tangani pendanaan ini. Itu sudah lumayan bagus kalau kamu memiliki koneksi kesana dan bisa bekerja sama”. Papa masih kurang setuju dengan keputusan Nirmala Nirmala hanya diam, teryata keputusannya tidak sesuai dengan ekspektasinya, walaupun kedua orang tuanya masih menghargai keputusan yang telah dibuat. Sayangnya, keputusan ini perkara lain. Tidak bisa dipaksa sesuai kehendak diri. Memang ada benarnya juga perkataan Papa, Hanya saja ini terlalu sulit untuk dipahami oleh semua orang. Kesempatan ada di depan mata, namun di tolak dengan alasan luka lama yang belum kunjung sembuh. Ini perkara hati yang terluka dan belum sembuh dan kembali terluka saat melihat semua terulang kembali di episode yang berbeda. Semua kembali dalam ingatan yang masih baru. Hening “istirahatlah, ini sudah larut dan tentu saja kamu lelah. Semoga besok menjadi lebih baik”. Kata Mama menutup pembicaraan yang memanas Nirmala diam, lalu melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Mereka menyelesaikan pembicaraan dan kembali ke peraduaan untuk beristirahat. Semua akan berlalu tanpa ada yang mengetahui dengan pasti kemana arah kehidupan yang akan berlaku. Jangankan mengetahui, memahami saja sangat sulit bahkan, dalam pengambilan keputusan tentu saja akan semakin sulit. Keputusan ini yang akan berdampak terus menerus untuk kehidupan selanjutnya yang tidak bisa dilihat dari sisi terang atau gelap. Semua samar untuk saat ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN