Gugup adalah sebuah rasa

1014 Kata
Di ruang tersebut, terlihat Nirmala langsung pamit ke teman-temannya akan ke toilet sekaligus melaksanakan sholat duhur. Sedangkan teman-teman Nirmala, Rudi dan Setyawan memilih menikmati hidangan sekaligus bercengkerama ramah dengan Ika, sang asisten dari dari Budi Harun. Hatinya hancur, Nirmala menangis dalam isak. Tidak menyangka bahwa hari ini akan bertemu dengan Budi Harun, lelaki laknat. Lelaki yang pergi tanpa hati, hatinya mungkin sudah dimakan oleh dirinya sendiri. Yang tidak diketahui, mengapa lelaki itu sangat mempesona, mencuri hatinya dan membawanya pergi. Untuk apa semua rasa jika hanya disakiti seperti ini. Semua ada kadarnya, namun rasa itu masih saja ada. Hatinya hanya menyimpan kenangan manis, saat di awal usia menuju dewasa dia bertemu dengan lelaki itu, lelaki yang membuatnya sangat bahagia, sekaligus lelaki itu pula yang menghancurkan kebahagiannya. Setelah tenang, Nirmala menuju mushalla kantor, menenangkan diri sebentar lalu mengambil wudhu. Belum ada orang sama sekali, di mushalla tersebut. Akhirnya Nirmala membenamkan diri dalam dzikir untuk menguatkan perasaannya yang sudah tidak karuan. Persentasi Uwing yang dijanjikan kepada cakrawala menghilang, ditelan masa yang menyedotnya pada kenangan masa lalu. Sudahlah, Uwing tidak baik bekerja sama dengan Cakrawala, investasi cakrawala yang menjanjikan. Sudahlah, biarkan semua berjalan dengan sebenarnya dan semaunya. Tidak lama kemudia terdengar suara adzan berkumandang, seperti basanya Nirmalapun menjawab panggilan adzan tersebut, setelah itu menunaikan shalat dua raka’at sebelum shalat duhur. Kesedihannnya masih saja menyeruak dari dalam hatinya, kejadian yang berlalu belum saja move dari hatinya. Setelah lima belas menit, sang imam memimpin shalat berjamaah yang diikuti oleh para makmum. Dalam khusyuk, doa yang terpanjat. Ada rasa tenang dalam hati setiap insan yang mengingat tuhannya. Setelah shalat, segera nirmala bergabung dengan Rudi dan Setyawan yang masih stay di ruang Kenari, Nirmala mengambil hidangan yang sudah disiapkan, Ayam mozzarella. “La, kamu baik-baik saja, saya tidak pernah melihat kamu seperti itu sebelumnya”. Tanya setyawan khawatir “Saya pikir kamu mau pingsan tadi, aku udah siap-siap tadi”. “Gugup aja tadi, sekarang sudah baikan”. “atur ulang persentasi kamu, sayang kalau nggak dapat invest kesini”. “Iya, saya mengerti. Saya makan dulu, ya? Lapar banget nih”. “Oh, tadi kamu lapar ya sampai nggak bisa fokus”. Canda Setyawan “Tau aja”. Jawab Nirmala sambil terus menikmati hidangannya. Di ruangan kerja, setelah meninggalkan rang rapat ruang Kenari. Budi Harun, merasa tertekan. Ada himpitan di dadanya. Wanita itu, terlihat cerdas namun masih saja membuat dirinya tidak mampu menghandle perasaanya. Dia duduk di laptopnya dan mencari tahu tentang Uwing, start-up yang menjanjikan sesuai dengan rekomendasi pamannya. Apa yang membuat pamannya merekomendasikan Uwing, jika dilihat semua tidak menguntungkan. Nirmala, perempuan itu masih saja dikepalanya. Baiklah, saya akan melihat bagaimana kedepannya? Ia pun pergi meninggalkan ruangan untuk shalat duhur di mushalla dan perempuan itu disana. Perempuan dikantor ini memang jarang yang shalat di awal waktu, tidak salah perempuan itu Nirmala. Perempuan yang taat kepada tuhannya. Setelah selesai shalat, Budi Harun memilih untuk kembali ke ruangannya, mengecek hasil rapat dan portofolio dari ketiga kliennya. Masih sangat baru, belum ada akar yang kuat. Tidak ada atap yang kuat. Memamg benar, start up seharusnya membuat kolaborasi yang kuat agar bisa saling membantu dan mampu meluncurkan produk unggulan sesuai minat pasar. Setelah selesai memeriksa portofolia dan membuat catatan besar untuk membuat tindakan lanjutan, Budi Harun pun menuju ke ruang Kenari untuk melanjutkan meeting. Yang ditemuinya hanya seorang wanita yang sedang makan, dia pun masuk. “Makan?” Tawar perempuan itu “Terima kasih, silahkan dilanjutkan”. Nasinya tinggal sedikit, dua temannya pergi keluar untuk ke toilet sebelum melanjutkan meeting. Ada aura cangung diantara keduanya dan Nirmala berusaha untuk tidak peduli dengan keadaan ini. Tetap melanjutkan makannya yang tinggal sedikit lagi Tidak lama, kemudia Rudi dan Setyawan datang dan bergabung bersama mereka. Nirmalapun menyelesaikan makannya dan bergabung dan bersiap untuk rapat lanjutan. “Terima Kasih semua, kita akan menyelesaikan rapat lanjutan kita, saya telah melihat portofolio kalian dengan baik dan melihat banyak hal positif yang bisa menjadikan landasan kerja sama kita. Di sini saya berharap Uwing tetap bisa maju bersama kita. Secara garis besar saya menyukai ide dan gagasan Uwing, sangat dinamis. Tentu tidak jauh beda dengan Rudi dan Styawan keduanya bergerak di bidang berdagangan hasil pertanian, itu sangat bagus dan saya tertarik untuk bergabung”. “Saya butuh waktu untuk merevisi ulang Uwing dan mengatur jadwal ulang persentasi”. Kata Nirmala dengan segan, hatinya berkata “saya sama sekali tidak ingin bergabung bersama dengan mnusia seprti anda”. “Tentu saja, itu akan menarik, saya harap Anda bisa lebih siap”. Kata Budi Harun. Meetingpun diselesaikan dengan kesepakatan akan bertemu dua pekan ke depan, Tempat dan waktu akan di konfirmasi kedepannya. “saya akan mengantar kamu pulang”. Bisik Rudi kepada Nirmala “Terimakasih”. Mereka bertiga meninggalkan kantor di pusat perkotaan menuju rumah masing-masing. “saya ingin segera pulang dan istirahat”. Kata Nirmala pelan tanpa ada jawaban dan ia pun tidak menginginkan jawaban apapun. Hanya ingin istirahat “Nir, apakah kamu pernah ketemu dengan Budi Harun sebelumnya?”. “saya pernah berteman dengan orang bernama Harun, saya tidak tahu nama lengkapnya siapa”. Nirmala tahu bahwa dirinya mengenal Harun adalah Budi Harun, namun rasa sakit yang tertinggal membuat dia malas mengenal orang itu kembali. Untuk apa? Harunlah yang membuat dia merasa special sebagai wanita, sayangnya lelaki itu berubah, saat rasa dihati sudah mulai membesar. “Apakah mirip?” “agak beda, saya tidak lama berteman dengannya, saya tidak mengingat secara detail. Sudah lama juga itu, awal masuk kuliah”. “kamu sangat gugup tadi”. “Saya tidak ingin melanjutkan perkara ini dengan Cakrawala group. Saya tidak bisa”. Kata Nirmala dengan panas “kamu kenapa?” “saya ingin istirahat, Rudi”. Setelah tenang beberapa saat, nirmala mulai menceritakan bahwa Harun yang ia kenal adalah Budi Harun. Mereka bertemu beberapa kali dan Nirmala sangat menyukai Harun. Harun adalah pria yang lembut, menyanjungnya dan memberikan perhatian berlebih. Nirmala merasa nyaman dan menginginkan sebuah hubungan yang lebih baik, namun yang ada Harun acuh. Harun menghilang meninggalkan sisa sakit yang tidak diobati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN