Sementara dua sejoli yang sudah berada di dalam Apartemen itu sedang memadu kasih itu belum juga turun. Empat jam berlalu tanpa terasa bagi mereka yang tengah di mabuk cinta.
Hingga akhirnya Jay keluar dari apartemen penyanyi papan Atas yang juga tengah di gandrungi kawula muda saat ini. Dengan menggunakan kacamata hitam dan penutup kepala serta masker dari syal yang terlilit di lehernya guna menyamarkan identitasnya sebagai Public Figure negeri ini.
Dia tampak berjalan menunduk menuju lift yang membawanya terus menuruni lantai demi lantai gedung tersebut, hingga membawanya ke lantai bassement tempat mobilnya terparkir.
Dia berjalan terburu-buru takut jika ada yang memergokinya tengah berada di apartemen tersebut.
Sampai akhirnya dia membuka pintu mobil dan memasuki mobilnya dengan terburu-buru tanpa menunggu di bukakan pintu.
Jay duduk di kursi belakang dengan nafas terengah-engah emosinya langsung memuncak ketika melihat tingkah sopir barunya itu yang masih fokus menyanyi lagu Jhon Legend dengan suara lantang dan nada yang lari kemana-mana. Lebih pantas di sebut teriakan daripada bernyanyi. Karena sama sekali tak bernada, hanya kebetulan hafal lirik saja.
Dan semakin menjadi-jadi, tidak terkontrol, suaranya memekakkan telinga siapapun yang mendengar, andai memiliki pilihan, lebih baik tidak usah mendengar suara Kanaya bernyanyi, karena memang suara gadis cantik yang mandiri itu tergolong cempreng dan dirinya buta nada.
Karena saat ini dia merasa berada di dalam mobilnya sendiri, maka dia dengan semangat empat lima menguatkan suaranya, tanpa malu, bahkan semakin menjadi-jadi dengan dia permanis menggunakan atraksi dan penghayatan ala-ala konser. Dengan mata sesekali terpejam, atau tangan yang sesekali mengarah ke dadanya, seolah dirinya adalah penyanyi profesional. Mungkin dia terbawa gaya nyanyi sang majikan. Hingga membuatnya tak menyadari kehadiran sang majikan yang tengah menahan amarah melihat tingkahnya.
Kekesalan hatinya semakin bertambah. Maklum saja dia salah satu orang yang kehadirannya tak pernah di abaikan, sebagai orang ter TOP negeri ini, yang di puja-puja semua orang. Yah, kita harus makum sih.
Dan setelah lagu berakhir, Jay menyadari gelagat sopir barunya bakalan melanjutkan lagunya, dan sontak tangannya mengambil majalah yang bersampul foto dirinya, dengan geram dia memukul sang sopir dari belakang.
Bughhhh!
" Aduh!” Keluhnya antara terkejut dan kesakitan sembari menoleh kearah pelempar.
Niat hati ingin memberontak, tapi begitu mengetahui sang pelempar adalah sang majikan, Kanaya otomatis mengubah posisi duduknya, dari bersandar santai menjadi duduk tegak.
" Heh! Ondel-ondel! Lo kate mobil gue ini tempat karaoke buat lo? Dasar udik ya gini. Kaga bisa liat sesuatu yang mewahan dikit aja udah lupa daratan, buruan jalan!”
Omelan sang aktor sekaligus penyanyi itu membuat Kanaya menggerakkan bibirnya komat-kamit meniru tuannya.
Yaelahh. Ni majikan aku, udah mirip emak-emak hamil tujuh bulan gak sih? Lagian jadi cowok kok pendendam banget, apakah ni orang PMS versi cowok?
" Mm-maaf Tuan…oh, ya. Tujuan kita selanjutnya kemana Tuan?” Tanya Kanaya sembari menoleh ke belakang dengan senyum termanis yang di milikinya, agar sang majikan tak terus menerus marah.
" Gue ada shotting iklan di Senayan buruan!” Ujar sang aktor masih judes.
" Siap Tuan. Kita meluncur ke Senayan..." Kanaya memutar mobilnya ke Senayan sesuai alamat yang di minta sang majikan. Kanaya melirik dari spion mobil, ternyata sang majikan telah menyandarkan tubuhnya dan menggunakan penutup mata.
Mata Kanaya yang jeli, tanpa sengaja melihat tanda lipstick tertempel di baju sang majikan. Kanaya tersenyum sembari geleng-geleng kepala melihat majikannya.
Anak muda zaman now, kalau pacaran kudu berstempel, hmm. Kay! Bukannya lo anak muda juga? Oh,iya. Ahh sudahlah, jangan dibahas.
***
Kanaya tiba di Senayan, dan memarkirkan mobilnya, matanya menatap beberapa orang yang tadi di stasiun televisi tampak telah menunggu kehadiran mereka dengan wajah tegang.
Kanaya membangunkan Jay. Dan Jay segera menemui sang manager yang tampak menunggunya dengan serangan omelan bertubi-tubi, karena memang kedatangan Jay melebihi waktu yang di targetkan.
Karena malam semakin larut, sehingga pengambilan gambar di gesa oleh sutradara. Dan Jay segera berjalan menuju lokasi dengan penampilan yang sudah cerah dengan pakaian yang telah berganti.
Dua jam berlalu, akhirnya shotting iklan yang melibatkan Jay akhirnya selesai dengan sempurna. Tampak semua kru bersiap mengemasi perlengkapan mereka. Sedangkan sang manager telah bersiap di dalam mobil beriringan dengan mobil yang di kendarai Kanaya meninggalkan lokasi shotting. Hingga mereka berpisah di perempatan jalan sesuai dengan tujuan masing-masing.
Malam semakin larut, dan mata Kanaya telah terasa berat, tapi demi gaji yang besar dia memaksakan diri untuk tetap tampil segar.
Di tengah perjalanan Jay teringat sesuatu lalu ia seperti cacing kepanasan di bangku belakang, sehingga membuyarkan konsentrasi Kanaya yang sedang mengemudi.
" Tuan sedang nyari apa? “ Jay menoleh ke arah Kanaya lalu menepok jidatnya.
" Yaelah! Pasti ketinggalan di apartemen Moli nih pasti. Atau ini kode keras bahwa aku harus menemaninya terus…” Senyum mengembang di wajah sang penyanyi.
“ Ehh! Kadal. Kita balik ke apartement yang tadi, buruan. Takut keburu tidur cewek gue…”
Kanaya yang berubah nama panggilan menjadi Kadal itu menjawab
" Baik Tuan. Kita meluncur puter balik..."
Lalu Kanaya memutar balik mobilnya menuju aprtement sang kekasih majikannya.
Emang sih gaji gede. Cuma lumayan ribet kerja ma ni orang, untung aja gajinya gede, kalau gak, udah aku tinggalin dia di gelap malam gini, mana belum makan lagi, kaga ada basa-basi apa ni orang, nanyain kek. Udah makan belum. Ahh mimpi!
Kanaya mencibirkan bibirnya. Tiga puluh menit kemudian mereka sampai di apartement milik kekasih Jay.
Tanpa basa-basi kepada sang sopir, Jay kembali keluar dari mobil dengan peralatan penyamaran lengkap. Dan menaiki lift menuju unit apartement sang kekasih tinggal.
Jay membayangkan bagaimana Molina dengan mesra menyambutnya karena bahagia di kunjungi olehnya hingga dua kali dalam sehari, hal yang jarang di lakukannya.
Bayangan Molina dengan manja bersandar dengannya di atas ranjang sembari membelai dadanya pun menari indah di kepalanya membuat Jay tak kuasa menutupi senyum di wajahnya.
Dengan santai dia membuka pintu apartement yang telah dia hafal paswordnya. Perlahan dia masuk, sembari mengedarkan pandangan ke sekeliling dan tak mendapati sang kekasih. Lalu Jay memutuskan untuk melangkah menuju kamar, dimana dirinya dan sang kekasih memadu kasih.
Dengan langkah mengendap-endap dan menahan tawa, Jay membuka ointu kamar perlahan.
Seketika binar mata Jay meredup, karena niatnya yang ingin mengejutkan sang kekasih ternyata berbalik arah. Matanya terbelalak lebar melihat apa yang ada di hadapannya.