“Jangan membuatku marah, Raisa,” ancam Radika. “Kamu marah? Hanya karena aku menemui Indari? Dia teman kuliahku, suka-suka aku donk jika mau ketemu dengannya,” kata Raisa. “Aku bosan menjadi bayangan kamu, Dika, kamu tidak pernah sekali pun melihatku, bahkan berpaling melihatku saja tidak pernah, kamu mau aku sabar bagaimana lagi, ketika temanku adalah wanita yang kamu cintai, bukankah aku harus memberikannya peringatan bahwa kamu milikku?” Raisa bersedekap membuat Radika menahan amarah, ia tidak ingin marah dan nantinya akan menjadi pertengkaran hebat. “Aku memang salah, Raisa, aku paham kesalahanku, aku sangat paham itu, namun aku tidak bisa memaksakan perasaanku pada kamu, aku sudah mengakhiri segalanya ketika aku sampai di Indonesia dan kamu tetap bertahan, berarti kamu memang ingin