Nayla diam membisu mendengar penuturan Maya. Tapi aneh, ia malah merasa kasihan pada adik iparnya itu. Tidak ada lagi rasa benci dan kesal di hatinya. Perlahan ia mendekat dan duduk disamping Widi. Maya memalingkan wajah melihat Widi merangkul pundak Nayla. Ada marah di hatinya, tapi tidak tahu marah pada siapa. Sebenarnya ia juga bahagia melihat kakak lelakinya itu menikah lagi, tapi mengapa harus dengan Nayla? Memgapa tidak mencari wanita lain? "Mas, aku ingin bicara empat mata denganmu!" pinta Maya. Nayla menarik napas dalam, "Aku kekamar dulu ya, Mas. Mau lanjut ngetik." ujarnya membawa laptopnya beranjak. Widi mengangguk. Sepertinya ia memang harus bicara empat mata dengan Maya agar adiknya itu tak lagi uring-uringan dengan pernikahnnya dengan Nayla. "Apa yang ingin kamu bic