Part 44

1609 Kata

“Bian tadi malam tidur dimana?” tanya Nayla mengusap puncak kepala Bian. “Tidur di hotel sama papa,” ujar Bian menoleh papanya tersenyum. Arman membalas senyuman Bian. Walau pikirannya kusut, ia tetap berusaha menyembunyikannya dari Bian. Nayla tertegun. Perlahan ditolehnya Arman yang berdiri tak jauh di depannya. Widi mengernyitkan dahi, ia tidak menduga adik kecilnya sekejam itu. Dia tahu, sejak dulu Maya memang keras kepala dan egois, tapi ia tidak menyangka kalau Maya tidak punya rasa empati pada orang lain, bahkan pada suaminya sendiri. “Maafkan mama Maya, ya. Mungkin mama Maya sedang banyak pikiran. Papi janji, nanti papi akan tegur mama Maya,” ujar Widi membungkuk, mensejajarkan posisi dengan Bian. Bian diam saja. Ia menoleh mama dan papanya bergantian. “Duduk, Nay,” ujar

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN