Sembilan

990 Kata
Seperti biasa setelah makan malam Tasya bersama keluarganya selalu berkumpul di ruang tengah. Si kembar baru saja tidur. Jadilah suasana terasa sepi tanpa ocehan mereka yang bicaranya sudah lancar. Hanya ada Tasya, Mama dan Papanya. Mereka asyik menonton tayangan On the Spot. " Ma, ini ada surat dari sekolah." Tasya memberikan surat yang tadi siang ia terima. Kedua orang tua Tasya tampak kaget mendengar kata surat. " Sini Papa yang lihat. Bukan surat panggilan lagi kan?" Dany merebut surat dari tangan Tasya yang baru saja hendak diberikan kepada Heni. " Iih Papa suudzon aja. Itu tuh surat pemberitahuan acara camping Pramuka bukan panggilan dari BP." Tasya mengerucutkan bibirnya. Nih Papa emang selalu aja curiga. Sang ayah lalu membaca isi surat ditangannya. " Tasya boleh ikut ya." Gadis itu meminta izin. " Hah!? serius Kakak mau ikutan?" Heni setengah tidak percaya dengan apa yang ia dengar.  Sejak si kembar lahir Tasya resmi mendapat gelar panggilan Kakak " Bukannya kamu paling males ikut camping." Sang Mama lagi-lagi menyangsikan. " Ini wajib Ma. Makanya Tasya ikut." Tasya beralasan. " Tapi ini kan jauh di Bogor." Dany malah seperti kurang setuju. Rasa khawatirnya terhadap Tasya begitu tinggi. " Kakak yakin mau ikut?" Sang Mama bertanya memastikan. " Iya Ma. Tasya ingin merasakan gimana rasanya camping tidur di tenda. Tasya kan belum pernah." Gadis itu merajuk manja. " Erik ikutan ga?"  Tanya Dany. " Dia ga ikut pramuka, ya ga ikut lah. Please ya Ma, Pa. Tasya kan udah gede. Bulan depan 16 tahun lho" Tasya terus memohon. " Oke deh Papa kasih izin. Nanti kita bakalan jenguk." Dany setuju. Ia ingin memberikan pengalaman untuk Tasya. " Cuma semalam Papa. Ga usah dijenguk segala. Sabtu siang berangkat besoknya udah balik lagi. Persami..." Tasya mengerutkan keningnya. Masa sih pakai acara jenguk-jengukan segala kaya anak pramuka siaga yang sedang camping aja. Kalau teman-temannya tahu kan malu. " Pokonya kita mau jenguk.  sekalian aja kita juga mau nginep di Villa. Jaraknya lumayan dekat kan ke perkemahan paling 30 menitan. Kalau ada apa-apa kita kan bisa jemput." Keukeuh Dany.  Saking khawatirnya Dany tiba-tiba membuat rencana dadakan. Katakanlah dia benar-benar seorang ayah yang tingkat overprotektivnya tinggi terhadap anak gadisnya. " Oke. Makasih udah izinin Tasya. I love you all." Tasya memeluk mereka. Mengenai rencana Dany, Tasya sih terserah mereka saja yang penting dia bisa ikutan camping. Kalau dipikir-pikir lucu juga sih. Masa iya aja camping ditemani orangtua dari tempat berbeda. " Mulai dari sekarang siapin barang-barang. Jangan sampai ada yang ketinggalan. Semua peralatan dan obat-obatan." Perintah Dany. " Nanti mama bantu ngepack perbekalan." Sang Mama juga siaga. " Berangkatnya masih lama Ma.. Tenang aja. Tolong ditanda tangani aja dulu suratnya." Tasya tersenyum ke arah Dany sambil menagih kertas yang masih dipegang ayahnya. *** Hari Minggu yang mendung. Langit terlihat gelap. Musim hujan membuat udara terasa dingin.  Beberapa saat lagi mungkin turun hujan. " Pa aku mau belajar kelompok dulu ya di rumah Alin." Tasya mendekati Dany yang sibuk mencari kunci mobilnya. Akhir-akhir ini kunci mobilnya sering menghilang. Pelakunya pasti Dhifa. Anak itu memang paling senang memainkan kunci mobil. " Kenapa ga disini. Sama siapa aja?" Dany malah bertanya. " Biasa Gina dan Silvi." Jawab Tasya. " Rumah Alin di mana? Jauh ga. Ini mau hujan." Dany cemas. "Deket kok.  Di belakang sekolah." Jawab Tasya. " Ya udah Papa yang anter. Sekalian nganterin Mama ke rumah Oma." Dany akhirnya memberi izin. Sebetulnya Tasya lebih suka diantar Pak Ading. Pak Ading ga akan sebawel Papanya yang sering nanya ini itu. " Oke. Tasya siap-siap dulu." Ia lalu ke kamarnya untuk mengambil perlengkapan. " Papa, nih kuncinya ketemu ada di bawah bantal di kamar si kembar." Heni menyerahkan kunci mobil yang baru ditemukannya. " Siapa ni...h yang ngumpetin?" " Aku.." Dhifa yang berada dekat Mamanya mengaku. " Jangan diumpetin lagi ya...ntar kita ga bisa pergi ke rumah Oma." Ujar Dany sambil mencium pipi gembil Dhifa. " Kakak, ikut ga ke rumah Oma?" Tanya sang Mama begitu melihat Tasya sudah memegang Tasnya. " Ga ikut, Tasya kan mau kerja kelompok di rumah Alin." Jawabnya. Sebetulnya itu modus Tasya aja biar bisa main ke rumah Alin. Hanya di hari libur ia bisa bermain ke rumah temannya. Kalau pulang sekolah mana bisa jadwal les dan ekstrakurikuler membuatnya selalu pulang sore. " Ntar lain kali kalau kerja kelompok di sini aja." Saran sang Mama. " Bosan Ma. Mereka udah sering ke sini sementara Tasya jarang main ke rumah mereka." Jawab Tasya. Tasya mulai pandai berdusta. " Ya udah kamu bekal makanan ya. Kue-kue yang di meja bawa aja semua. Sayang ga kemakan." Perintah Heni. Urusan makan wanita itu memang ahlinya. Ia sangat memperhatikan hal yang satu itu. " Iya Ma" Tasya mengiyakan. Kemudian ia turun menuju dapur meminta bantuan Ajeng ARTnya mengemas kue-kue. Mama Tasya memang paling pengertian. Kemana pun pergi ia selalu mengingatkan membawa bekal. Katanya sih biar tidak bikin repot tuan rumah. *** Pukul setengah sembilan Tasya tiba di sebrang sebuah warteg sederhana milik orang tua Alin. " Di sini aja, Udah nyampe Pa." Tasya memberi instruksi kepada Dany untuk menghentikan laju mobilnya. " Oke hati-hati. pulang jam berapa? jangan terlalu sore ya. Besok kan ujian." " Iya Pa. Dah Dhifa.. Dhira..." Tasya memcium kedua adik kesayangannya. " Ikut..." Dhira tidak mau ditinggal Tasya. " Nanti ikutnya ya cantik, sekarang Kakak ke rumah teman dulu." Tasya membujuk Dhira. Untung Dhira anaknya nurut tidak seperti Dhifa yang pastinya menjerit-jerit bila menginginkan sesuatu. " Nanti kakak beliin permen Yupi yang banyak ya" Janji Tasya. Tentu saja adiknya senang. " Jangan banyak-banyak. Nanti sakit gigi." Mamanya tidak setuju. " Dah Mama." Tasya turun dari mobil. Mobil yang dikendarai Dany berlalu dari hadapan Tasya. Gadis itu berdiri hendak menyebrang. " Tasya.." Terdengar suara seseorang memanggil namanya. Tasya kenal betul suara itu. " Kak Rangga.." Rangga telah berdiri di samping Tasya hendak menyebrang juga. **** TBC Akhirnya bisa update cepat. Terima kasih buat yang udah baca part ini. Ga terasa udah sepertiga cerita. Semoga Tasya dan Rangga cepat jadian ya...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN