Itu namanya sukuisme. Tasya sedih dengan ucapan Mamanya semalam yang melarang dirinya berhubungan dengan Rangga karena alasan beda suku. Hanya karena masalah pribadi masa lalunya. Mamanya berpikiran sedangkal itu. Padahal sebelumnya Tasya berharap mendapat dukungan dari sang Mama. Kalau curhat sama Papanya kan mustahil.
Apapun yang terjadi Tasya tetap mencintai Rangga. Hanya dia yang ada di hatinya.
***
" Ma Tasya pergi dulu ya." Tasya pamit kepada ibunya.
" Iya hati-hati." Heni melepas kepergian putrinya yang akan berangkat sekolah. Seperti biasa diantar sopirnya yang bernama Pak Ading. Heni sendiri baru akan pergi ke Tripple N Cake and Bakery nanti siang pukul 9.
Pekan ini dapat dikatakan siswa siswi sedang bebas KBM dan menunggu pembagian Raport. Keadaan sekolah tetap ramai diisi dengan aktifitas masing-masing. Ada yang berlatih olah raga. Membaca di perpustakaan. Banyak juga yang mojok atau nongkrong di kantin sekolah. Sementara guru-guru sibuk di kantor mengurus nilai raport yang akan dibagikan hari sabtu.
Tasya lebih memilih berada di ruang sekretariat Mading. Membersihkan dan menata ruangan itu. Ia resmi menjadi wakil ketua Mading. Sementara jabatan ketua dipegang kelas XI.
" Ehm..kayanya hubungan kamu sama si Beruang kutub makin dekat aja." Silvi sahabat Tasya yang juga aktif di Mading berkata samvil mendekati Tasya yang sibuk mengelap meja.
" Namanya Rangga bukan Beruang, Tahu darimana?" Tasya melotot. Tidak suka dengan julukan yang diberikan Silvi kepada Rangga.
" Jangan panggi Silvi kalau tidak bisa mengungkap sebuah kasus atau rahasia besar." Ujarnya sombong.
" Idih gayanya..belagu" Tasya mencibir.
" Ayo ngaku. Udah jadian ya?" Silvi mendesak sahabatnya.
" Belum. Kalau udah pasti aku kasih tahu." Jawab Tasya jujur apa adanya. Sejauh ini hubungan Tasya dan Rangga baru PDKT.
"Lama banget. Ntar keburu ada yang nikung. Kamu maju duluan aja. Sekalian tembak dia." Silvi memberi semangat.
" Apaan sih malu tahu." Tasya menolak. Menurutnya, normalnya pria yang menyatakan cinta duluan.
" Jaman sekarang mah bebas, cewek berhak nyatain cinta duluan. Ga perlu gengsi." Tandasnya. Sedikit membuat Tasya terpengaruh. Tasya faham betul seperti apa sosok Rangga. Ia memang tampak pemalu dan kurang agresif dalam menghadapi cewek.
" Tapi aku lagi punya masalah serius. Mama melarang aku pacaran sama Kak Rangga." Curhat Tasya. Ia membayangkan kembali obrolan malam itu dengan sang Mama.
" Hah? Kenapa. Mungkin karena dia kerja di toko Mama kamu ya. Mama kamu gengsi kali punya calon mantu karyawannya." Silvi menduga-duga.
" Bukan. Mama ga suka karena dia orang Minang. Mama takut orang tua Kak Rangga berbuat seperti orang tua Papa aku. Tidak merestui hubungan anaknya. Bahkan sampai tidak mengakui cucunya sendiri." Tasya terlihat sedih. Sampai detik ini ia tidak mengenal keluarga ayah kandungnya.
" Mama kamu tuh lebay. Tidak semua orang seperti itu. Jangan melihat seseorang berdasarkan golongan atau suku bangsa. Keluarga Papa kamu begitu bukan berarti disama ratakan semua orang Minang berbuat demikian." Silvi mengemukakan pendapatnya.
" Jadi aku mesti gimana?" Tasya bingung. Ia butuh saran.
" Maju terus pantang mundur! Kalian bisa pacaran sembunyi-sembunyi. Di sekolah aja." Silvi yang berpengalaman berbagi ilmu dengan Tasya yang masih pemula.
***
Hari ini acara pembagian raport semester 1. Dany dan Heni sengaja datang ke sekolah memenuhi undangan pihak sekolah. Kebetulan Bu Ratih dan Pak Yusuf yang menjadi wali dari Erik berhalangan hadir sehingga Dany bisa sekaligus mewakili. Selain itu kedua orang tua Tasya merupakan tamu kehormatan di sekolah itu.
" Selamat ya sayang kamu juara 1." Dany memberikan ucapan kepada Tasya. Sesuai harapannya gadis cantik itu mendapat peringkat terbaik di kelasnya.
" Mama bangga deh sama kamu." Heni mencium kening putrinya.
" Katakan, kamu mau hadiah apa dari Papa?" Sambil berbisik Dany memberikan tawaran.
" Iya, bilang aja asal jangan minta mobil karena usia kamu masih 16. Lagian nanti mau di taruh dimana. Garasi kita kan ga cukup." Ujar sang Mama.
" Tasya mau liburan ke Bali aja. Terus satu lagi hadiahnya dede bayi aja" Jawab Tasya polos.
" Ha..ha..." Heni tertawa.
" Udah jangan berisik sekarang giliran pengumuman peringkat kelas XII. Ma" Tasya tidak mau melewatkan momen itu.
Ada perasaan bahagia ketika mendengar nama Rangga dipanggil. Selain mendapat Rangking 1. Ia kembali menjadi juara umum. Beberapa prestasinya di semester ini pun telah diraihnya.
" Kamu kenapa senyum-senyum." Tanya Heni.
" Ga knapa-napa." Tasya berbohong.
" Rangga itu kan kasir di toko Mama ya." Ujar Dany ketika melihat Rangga di atas panggung. Beberapa kali ia sempat bertemu pemuda itu.
" Iya." Jawab Heni.
Tiba-tiba nama Dany dipanggil ke atas panggung ,untuk memberikan trophy kepada Rangga. Dany sudah menjadi donatur dan juga toko istrinya menjadi sponsor semua kegiatan sekolah sehingga ia menjadi tamu kehormatan.
"Keren juga tuh anak. Jenius" Dany memuji Rangga ketika ia kembali lagi ke tempat duduknya.
Rangga yang dipuji tapi kenapa Tasya yang jadi geer.
Sementara Heni diam. Ia tidak berkomentar. Heni tahu Tasya memang naksir anak itu. Tidak. Ia tidak mau Tasya berhubungan dengan anak itu.
Acara pengumuman peringkat dan pembagian raport usai pukul 12 siang. Erik juga menjadi juara 1. Terbaik ke 2 setelah Rangga. Kini Heni, Dany, Tasya dan Erik berada dalam satu mobil menuju perjalanan pulang. Mereka hendak mampir ke restauran untuk makan siang.
" Selamat ya Erik, kamu hebat." Heni memberi ucapan.
Di mata keluarga Erik adalah sosok terpuji yang santun, dewasa dan bertanggung jawab. Walaupun usianya masih sangat muda.
" Makasih Tante." Erik yang duduk di jok belakang samping Tasya berterima kasih kepada tantenya.
" Hari Senin kita liburan ke Bali ya. Kamu ikut." Dany memberitahukan rencananya.
" Wah seru kayanya. Aku pasti ikut." Erik tampak antusias.
Dia memang senang berwisata. Ia senang mengambil gambar-gambar tempat dan pemandangan yang indah. Salah satu hobinya adalah fotography.
" Sekalian aja ajak Oma sama Opa." Usul Tasya.
" Pasti. Kita sekalian kumpul keluarga di rumah Om Dimas." Seru Dany.
" Ya udah habis makan siang kita bahas rencana ini dengan Mami." Heni juga setuju.
Sebenarnya ada maksud lain di balik rencana liburan keluarganya Dany kali ini. Sementara keluarga berlibur. Mereka berdua akan bulan madu.
***
TBC