Pangeran Liu Xie tertegun dan kehabisan kata-kata setelah mendengar kata-kata yang dibisikkan oleh Cao Jie. Matanya terbelalak dan alisnya mengerut seperti bulan sabit, seakan tidak percaya dengan apa yang barusan didengarnya itu.
Wajahnya memerah seakan menahan amarah, hingga mulutnya sudah gatal ingin mengeluarkan kata-kata.
“Kau tadi bilang apa? pangeran adalah laki-laki lemah yang hanya duduk di dalam istana, tidak tau seni bela diri, dan bahkan dia lebih cantik dari wanita?” Pangeran Liu Xie hampir meledak.
Cao Jie mengangguk seakan setuju dengan semua kata-kata pangeran Liu Xie, kata-kata yang tentu saja sama dengan apa yang ia bisikkan tadi di telinga sang pangeran.
Pangeran Liu Xie meraung, “Kata-katamu tadi salah besar soal pangeran, dia adalah laki-laki yang…”
Belum sempat pangeran Liu Xie melanjutkan pembelaannya, Cao Jie sudah dipanggil oleh adik bungsunya yang sedari tadi mencarinya.
“Aku pergi dulu yah tuan muda, mungkin kita tidak akan bertemu untuk ketiga kalinya.” teriak Cao Jie sambil melambai ke arah sang pangeran.
Pangeran Liu Xie tersenyum mengingat bagaimana polosannya Cao Jie tadi. Menghina pangeran adalah sebuah kejahatan besar, itu sama saja seperti menghina keluarga kekaisaran. Tapi entah kenapa, pangeran Liu Xie justru merasa terhibur dengan sikap naif dan polos sang nona muda dari keluarga Cao itu.
“Kalau kakakku sampai melihat perilakunya tadi, dia pasti sudah memenggalnya.” Pangeran Liu Xie kembali tersenyum.
*/
1 minggu berlalu
Seperti dugaan Cao Hua sebelumnya, Cao Jie benar-benar lolos seleksi pertama, sedangkan Cao Hua dan Cao Xiao tidak. Alasan mengapa Cao Hua tidak lolos tidak perlu dipertanyakan lagi, tentu saja karena kemampuan akademiknya yang kurang. Sedangkan Cao Xiao tidak lolos karena usianya yang terpaut cukup jauh dengan sang pangeran. Dan yang paling memenuhi syarat untuk lolos ke tahap final adalah Cao Jie.
“Selamat kakak kedua.” Cao Hua meledek.
“Adik pertama, aku senang akhirnya kau bisa menikah dengan pangeran.” kata Cao Xiao tulus.
“Ayah senang sekaligus bangga padamu.” Panglima Cao tidak bisa menahan rasa bahagianya.
Sementara Cao Jie hanya bisa diam dan menghela nafas panjang melihat keluarganya sedang menabur garam diatas ketidakbahagiaanya itu. Kemungkinan Cao Jie untuk menjadi keluarga kaisar semakin besar, padahal sebelumnya dia sudah berusaha tidak tampil maksimal dalam seleksi pertama.
*Hari seleksi terakhir pemilihan calon istri pangeran Liu Xie*
“Kakak kedua, ayo bangun! Kau akan terlambat!” kata Cao Hua.
“Aku sedang tidak enak badan.” kata Cao Jie.
Tentu saja semua itu hanyalah tipuan murahan yang dibuat oleh Cao Jie. Tidak mungkin dia sakit setelah tadi malam menyantap daging sapi panggang kesukaannya. Cao Xiao dan Cao Hua datang dengan sukarela untuk menjadi ibu peri Cao Jie. Dengan beberapa pelayan yang membawa banyak perhiasan dan hanfu, mereka siap mendandani Cao Jie yang akan pergi untuk seleksi tahap akhir.
“Bangunlah, kami akan membantumu.” kata Cao Xiao dengan suara lembutnya.
Dengan raut wajah terpaksa, Cao Jie bangun dan bersiap-siap. Kedua saudarinya membantu mendandani Cao Jie. Dengan tangan lembut Cao Xiao dan tenaga Cao Hua, Cao Jie di sulap menjadi seorang gadis anggun yang memakai hanfu berwarna pink muda.
Kereta kuda mewah sudah menunggu Cao Jie di halaman rumah. Bersama pelayan setianya MianMian, Cao Jie siap berangkat menuju istana Weiyang. Di sepanjang jalan hatinya dipenuhi kecemasan yang tak beralasan, dia benar-benar takut akan terpilih menjadi istri pangeran yang nyatanya diidamkan oleh semua gadis di negeri Han ini.
/*
*Istana Weiyang*
Persiapan di istana telah dilakukan. Hari ini akan menjadi hari penting pangeran Liu Xie. Ada yang aneh dengan sikap pangeran hari ini, dia nampak senang dan gembira. Padahal sebelumnya dia hanya bisa cemberut karena ingin dinikahkan oleh kakaknya. Sambil menatap papan pengumuman kelulusan peserta seleksi, senyuman terpancar dari wajah tampan sang pangeran. Kaisar yang melihat kelakuan adik laki-lakinya ini merasa penasaran, kaisar pun menghampirinya.
“Xie Xie kau kenapa tersenyum? Apa ada hal yang bagus?” Tanya kaisar.
“Tidak kak, aku hanya senang saja.” kata Pangeran Liu Xie.
“Katakan, wanita mana yang berhasil merebut hatimu?” Kaisar bertanya sekali lagi.
Pangeran Liu Xie memerah, “Tidak, tidak. Aku hanya..”
Kaisar menepuk pundak pangeran Liu Xie, seolah-olah dia sudah paham dengan kemauan adiknya itu.
Kaisar Shao, pangeran Liu Xie, beserta para pejabat istana sudah berkumpul di aula istana. Hari ini adalah hari seleksi akhir yang akan menguji pemahaman para calon kandidat. Tema soal yang akan diuji kan tidak ada yang tahu, karena Kaisar dan pangeran sendiri yang akan memberikan pertanyaannya.
Sebuah tirai pembatas berwarna putih memisahkan antara peserta seleksi dan penguji soal yang dalam hal ini adalah Kaisar dan pangeran Liu Xei. Tidak akan ada yang bisa melihat wajah para gadis itu, hanya lewat suara lah mereka akan berkomunikasi.
Dengan perasaan tegang bercampur panik, Cao Jie duduk ditempat duduknya. Kedua kandidat lainnya terlihat cukup percaya diri, mereka bersolek dan sibuk merapikan riasan mereka. Sedangkan Cao Jie hanya duduk diam sambil memegang ping shan di tangannya yang sudah mulai berkeringat dingin.
Cao Jie gugup bukan karena ia takut akan soal yang mungkin nantinya sangat sulit, kemampuan intelektualnya bahkan sudah sangat diakui. Yang ia permasalahkan adalah bagaimana jika ia nantinya benar-benar terpilih dalam seleksi ini. Cao Jie takut menikah dengan sang pangeran yang bahkan belum pernah dilihatnya. Pernikahan bagi Cao Jie bukanlah masa yang akan dijalani selama satu atau dua hari saja, tapi pernikahan adalah tentang sebuah komitmen untuk saling menjaga, menghormati, dan mencintai selama-lamanya.
“Kaisar dan pangeran Liu Xie memasuki aula!” suara kasim istana menggema.
Semua orang di aula berdiri dan membungkuk untuk memberi hormat. Pangeran Liu Xie yang berjalan di belakang kaisar melihat tiga wanita yang merupakan peserta dari perjodohan kekaisaran ini. Sang pangeran hanya bisa melihat punggung ketiga wanita itu, tapi wajahnya tersenyum ketika melihat Cao Jie yang nampak gelisah. Hanya dengan melihat punggungnya, pangeran Liu Xie bahkan sudah bisa mengenalinya.
“Aku mengucapkan terima kasih pada kalian semua. Kalian adalah perempuan yang hebat dan aku jamin kalian akan bahagia bersama adikku, pangeran Liu Xie” Kata kaisar.
Sambutan ramah dari sang kaisar itu tak berlangsung lama, hanya beberapa kata dan babak pengujian pun dimulai. Sejumlah pertanyaan diajukan oleh kaisar dan pangeran Liu Xie. Mulai dari persoalan yang dialami rakyat, hingga masalah pemerintahan yang cukup kompleks menjadi topik soal.
“Bagaimana pendapat nona Cao Jie tentang permasalahan pemerintahan saat ini?” pangeran Liu Xie mengajukan pertanyaan.
Cao Jie merasa suara sang pangeran sangat familiar di telinganya. Suara ini tak asing dan pernah ia dengar. Fokusnya sedikit teralihkan karena suara lembut itu, tapi pada akhirnya dia tetap menjawab pertanyaan dengan baik. Cao Jie memilih melupakan egonya dan menjawab pertanyaan dengan sangat apik, atau dia hanya akan mempermalukan sang ayah yang juga panglima perang.
Pangeran Liu Xie tersenyum saat mendengar jawaban Cao Jie. Sejujurnya dia sudah tahu kalau gadis yang berada dibalik tirai adalah gadis pemberani yang ia temui tempo hari di pasar dan di taman istana. Sang kaisar juga sama, dia tertawa saat mendengar jawaban Cao Jie, sang kaisar tampak puas dengan jawaban putri panglima itu.
“Kaisar, aku sudah memutuskannya” kata pangeran Liu Xie.
“Benarkah? Secepat ini? Apa kau yakin pangeran?” Tanya Kaisar.
Pangeran Liu Xie tersenyum, Kaisar yang sudah tahu maksud hati sang adik tidak membuang banyak waktu. Seketika ia langsung berbicara “ Pangeran Liu Xie adalah seseorang yang bijak. Dia adikku yang tidak pernah mengecewakanku. Aku percaya pada pilihannya. Aku akan menerima pilihan dari Pangeran Liu Xie. Ha ha ha ha.”
Cao Jie semakin gugup, matanya tidak berhenti bergetar saat mendengar sang pangeran akan memilih sang calon istri.
“Semoga bukan aku, semoga bukan aku. Dewa aku bersalah, aku akan menebusnya asal aku tidak terpilih.” Cao Jie bergumam di dalam hati.
“Proses seleksi ini memang berlangsung sangat cepat. Tapi aku yakin, proses yang cepat ini tidak akan mengurangi ketelitian dari para tetua istana. Dan hari ini aku melihat secara langsung tiga peserta yang berhasil lolos. Dari sinilah aku bisa tau kalau mereka adalah putri yang tidak hanya cantik dan lahir dari keluarga bangsawan, tapi mereka juga putri yang pintar dan bijaksana. Dari ketiga gadis yang anggun ini, aku hanya akan memilih satu orang. Dia adalah putri kedua panglima perang Cao Cao, nona Cao Jie.” Ujar sang pangeran.