Pagi hari, akhirnya pun tiba. Saat ini Langit dan Zeon pun langsung pergi dari apartemen untuk menuju ke rumah mereka. Mereka pun berpisah dan nanti akan bertemu kembali di SMA mereka. Saat ini pun mereka sudah berada diperjalanan untuk menuju ke rumah mereka masing-masing. Setelah beberapa saat, akhirnya Langit pun sampai juga di rumahnya. Namun ia sedikit heran karena rumahnya sepi.
Tapi karena ia sangat terburu-buru akhirnya ia pun menghiraukan itu semua. Ia pun langsung naik ke kamarnya dan mandi. Setelah sudah mandi ia langsung berganti baju dan mengambil tasnya yang hanya berisikan satu buah buku dan bolpen saja. Setelah itu, Langit pun langsung berjalan keluar dan turun ke bawah.
"Bi... Ih ini masa sih Bi Narsih dari tadi udah dipanggil juga kenapa ga nyaut-nyaut sih. Sebel deh. Kemana sih Bi Narsih itu" ujar Langit dan ia pun memanggil Bi Narsih dengan berteriak lebih kencang lagi. Namun yang datang malah Pak Marno.
"Gimana Mas Langit? Mas Langit butuh apa?" tanya Pak Marno tersebut.
"Bi Narsih kemana sih? Argh udah lah nanti aja. Udah telat" ujar Langit yang langsung beranjak keluar menggunakan motornya tersebut dan berangkat ke sekolahnya. Padahal Pak Marno baru saja akan mengatakan tentang Bi Narsih yang ijin akan pulang kampung dan juga tentang Kejora yang akan menggantikan Bi Narsih tersebut. Namun karena Langit sudah pergi, Pak Marno pun akan mengatakan tentang hal itu nanti. Saat ini, ia pun sudah melihat Langit berangkat.
"Hoalah Mas Langit itu bikin kaget aja. Ya wis lah nanti aja aku bilang ke Mas Langit. Lagian juga Kejora datangnya nanti kok. Kan Kejora sekolah juga" ujarnya.
Setelah itu Pak Marno kembali bekerja menata tanaman dan mencuci mobil. Sementara itu, Langit sedang mengendarai motornya dengan ugal-ugalan. Entah mengapa ia saat ini sangat malas sekali untuk mendapatkan ceramah atau hukuman karena nanti ia telat. Maka dari itu ia pun berusaha untuk tidak telat berangkat.
Dan akhirnya ia pun bisa melakukannya. Satu menit sebelum bel berbunyi, motor gede Langit sudah bertengger cantik di parkiran motor SMA ALEXANDRIA. Ia pun langsung berjalan menuju ke kelas karena sepertinya Zeon sudah terlebih dahulu masuk ke dalam kelas. Di perjalanan banyak sekali yang memanggil namanya, tapi ia tak menghiraukan mereka semua. Karena Langit yakin, jika mereka tau tentang Langit yang sebenarnya, mereka semua akan menjauh dari Langit. Ia yakin sekali.
"Wahh gila lo Lang, beneran dan masuk lo. Wahh ini mah pencapaian terbesar deh kayaknya bisa liat lo di kelas di jam kayak gini gila. Bel aja baru semenit yang lalu berbunyi tapi lo dah sampe aja di kelas. Berarti lo ga telat" ujar Zeon sangat cerewet. Karena memang hanya Zeon saja yang berani seperti itu kepada Langit. Yang lainnya mungkin beberapa dari mereka masih bisa mengobrol dengan Langit. Namun hanya sekadar obrolan biasa saja, itu pun hanya beberapa orang yang berani mengajaknya.
Dan beberapa orang itu salah satunya adalah Lalisa yang merupakan cewek yang sangat menyukai Langit dari dulu. Namun anehnya, Lalisa ini adalah musuh dari Arumi. Jadi jika kebanyakan cerita cinta seperti ini ada saudara yang mendukung orang yang menyukai saudaranya, berbeda dengan Arumi. Ia sangat tidak menyukai jika Langit bersama dengan Lalisa. Bahkan ia sangat membenci jika hal itu terjadi.
Dan untung saja juga Langit tidak menyukai Lalisa. Langit pun juga seringkali heran dengan Arumi yang sangat membenci Lalisa tersebut. Dan setelah diselidiki ternyata mereka berdua sempat rebutan cowok yang mana cowok itu bukan berasal dari sekolah mereka. Maka dari itu Lalisa dan Arumi pun menjadi musuhan seperti ini. Bahkan saat ini jika mereka bertemu, mereka akan saling melemparkan tatapan mengajak ingin perang. Arumi pun paling bisa membuat Lalisa meradang karena memang jika dibandingkan dengan Arumi yang saat ini sebagai saudara tiri dari Langit, maka Lalisa tidak ada apa-apanya. Arumi pun seringkali merasa menang.
"Hai Langit, kok tumben banget sih kamu udan berangkat? Kami pasti udha berangkat karena kamu kangen sama aku ya. Hehhee. Iya kok aku emang ngangenin banget. Btw kamuu.... " ujar Lalisa belum selesai sudah ditinggalin oleh Langit.
"Loh Langit kamu mau kemana eh aku belum selesai bicara" ujar Lalisa itu.
"Dah lah La, lo udah duduk disini nunggu guru. Tuh Langit juga mau duduk nunggu guru dateng. Lo sekarang mending keep silent ya. Lo ga liat apa dari tadi anak kelas tuh keganggu gegara suara lo yang cempreng banget itu" ujar Zeon yang membuat Lalisa cemberut tapi akhirnya ia pun menuruti Zeon untuk duduk disana.
Langit saat ini sudah duduk ditempat duduknya dan saat ini ia membuka handphonenya. Ia saat ini sedang melamun dan memikirkan tentang hal yang kemarin ia alami itu. Hal yang sepertinya terdengar sangat mustahil sekali untuk terjadi. Namun Langit merasa bahwa hal itu benar-benar terjadi dalam hidupnya. Ia pun masih bingung apakah kemarin itu nyata atau hanya halusinasinya saja.
Saat ini, Zeon pun masih menatap heran ke arah Langit yang sedari tadi hanya diam saja dan terlihat sedang melamun. Ini seperti bukan Langit yang biasanya. Ia pun menjadi takut jika ada yang terjadi dengan Langit dan ia tidak mengetahuinya. Ia pun akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada Langit, tentang keadaannya itu.
"Lang... Lang.. Woy. Lo kenapa sih? Lo sakit ya? Atau gimana heh? Ga panas kok. Tapi kenapa lo ngelamun" ujar Zeon yang akhirnya membuat Langit menjadi tersadar dari lamunannya itu. Akhirnya ia pun saat ini menatap ke arah Zeon.
Apa gua harus bilang ke Zeon? Apa gua harus cerita dan minta pendapat ke dia? Tapi apa nanti dia bakalan percaya sama gua? Batin Langit dengan menimbang itu.
"Lang, lo kenapa sebenarnya sih? Ada masalah?" tanya Zeon lagi kepadanya.
Ga. Gua ga boleh ngasih tau ini. Ini ga nyata Lang. Lo harus inget itu. Kalo lo ngasih tau ke Zeon yang ada lo bakalan diketawain sama dia karena lo udah ngomong ngawur dan ga masuk di akal. Ya kali ada kayak gitu di dunia ini. Ga bakalan ada. Pokoknya ini semua cuman halusinasi gua aja. Kemarin gua kayaknya kebanyakan make deh. Batin Langit meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia yang salah.
"Ga papa Lang. Gua cuma agak pusing aja" ujar Langit kepada Zeon yang akhirnya Zeon pun percaya. Karena yang memang make sense jika Langit pusing, toh kemarin dia juga kebanyakan memakai barang haram tersebut ke tubuhnya.
"Ya udah lah lo tiduran aja dulu. Ntar kalo guru dah masuk baru deh gua bangunin. Makanya jangan banyak-banyak Lang. Bahaya" ujar Zeon menasehati nya.
Saat ini Langit pun sudah menelungkupkan tangannya untuk dijadikan bantal kepala. Ia pun saat ini sudah memejamkan kedua matanya dan berlarian di alam mimpi. Ia pun saat ini tampak mengenakan baju putih dan di tempat yang juga semuanya serba putih. Langit pun heran dimanakah saat ini ia berada. Karena tempat ini terlihat sangat bagus dan juga suci. Tak lama kemudian ada satu sosok yang menggunakan baju serba hitam mendatanginya. Sosok tersebut persis dan sama seperti sosok yang kemarin pagi mendatanginya tersebut. Ia pun terkejut.
"Lo sebenarnya siapa? Kenapa lo kemarin datang tiba-tiba dan pergi juga tiba-tiba? Lo beneran setan ya? Atau lo yang mau jemput gua?" tanya Langit padanya.
"Sudah saya bilang. Kamu tidak perlu tahu siapa saya. Dan yang terpenting, kamu harus ingat bahwa nanti sepulang sekolah kamu akan bertemu dengan jodoh kamu dan sesuai keinginan kamu, kamu akan tinggal bersamanya selama 8760 jam. Kamu harus ingat kata-kata saya. Kamu masih memiliki kesempatan untuk selamat, tapi itu pilihan kamu nantinya. Nantinya akan ada beberapa rintangan yang bisa kamu pilih untuk mengetahui takdir kamu setelah 8760 jam terlewati" ujar Malaikat itu yang langsung pergi saja meninggalkan Langit padahal masih banyak sekali pertanyaan yang ingin Langit tanyakan kepadanya karena ia masih bingung dengan semua yang terjadi pada dirinya ini. Ini semua seperti mimpi yang sangat mustahil.
"Woy tunggu gua belum selesai" teriak Langit membuat seluruh kelas pun menatap ke arahnya. Langit pun terlihat baru bangun tidur dan terbangun karena mimpi pastinya. Karena tadi mereka mendengar Langit yang mengigau tersebut.
"Lo ga papa kan Lang? Lo mimpi apa gimana sih? Bikin kaget anak kelas aja lo. Untung aja Pak Edo belum masuk. Bisa di usir lo kalo dia udah masuk. Lagian lo mimpi apa sih kenapa lo sampai bangun dan panik gitu?" tanya Zeon penasaran.
"Ga. Bukan apa-apa. Gua tadi cuman kebawa mimpi karena saking pusingnya aja sih. Santai aja. Gua ke kantin dulu mau beli minum. Ntar kalo Pak Edo dah dateng bilang aja gua lagi ke toilet atau ya bilang aja gua lagi ke kantin" ujar Langit tersebut.
Saat ini Langit pun sudah keluar dari kelasnya tersebut. Ia pun saat ini menuju ke kantin karena kepalanya butuh didinginkan. Ia tidak menyangka akan memimpikan orang tersebut lagi. Dan didalam mimpi tersebut orang itu mengingatkan dirinya tentang jodohnya yang akan datang nanti sepulang sekolah.
Ga mungkin kan ini nyata. Pasti otak gua masih belum bener ini. Kenapa sih tapi kenapa juga gua ga bisa berhenti mikirin kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi itu. Kenapa gua mikirin tentang jodoh terus. Batin Langit dengan pusing.
Ia pun pergi ke rak minuman dingin dan langsung mengambil Cola. Setelah itu ia membayarnya dan langsung meminumnya sembari ia berjalan lagi menuju ke kelasnya. Di jalan, ia bertemu dengan Arumi dan kedua temannya yang datang telat.
"Hai My Brother, Wow lo habis dari kantin ya. Kok ga bawa tas? Tasnya ketinggalan atau gimana nih? Eh bentaran ya ngobrolnya nanti lagi. Gua keburu telat masuk ke kelasnya hehehe" ujar Arumi dengan tertawa dan ia pun pergi dari sana.
Langit pun memutar matanya dan setelah itu ia melanjutkan perjalanan lagi menuju ke kelas. Sekembalinya ia di kelas ternyata Pak Edo belum juga datang. Ia pun duduk di kursinya sembari ia menyesap lagi Cola dingin yang tadi ia beli di kantin itu. Ia masih sedikit memikirkan tentang hal yang terjadi tadi sewaktu ia tertidur