Memburuknya kondisi Juan

787 Kata
"Ini tidak bisa dibiarkan. Aku pastikan, kamu tidak akan bisa bertahan lama." Juan sudah dipindahkan ke ruang ICU. Kondisinya masih sangat mengkhawatirkan. Lucy pun tetap ada di samping Juan. Dia merasa seperti ada beban moral jika dia membiarkan Juan begitu saja. Sementara Hera dan Ryan, kedua orang itu memutar otak supaya bisa menghabisi Juan tanpa ada yang curiga pada mereka. “Bagaimana ini, Ma?” tanya Ryan. “Kita harus berhati-hati Ryan, sepertinya, ada beberapa orang yang turut menjaga Juan. Mungkin, itu adalah suruhan Lucy. Kita tidak boleh gegebah, tunggu saja sampai mereka lengah,” jawab Hera. Mereka tidak tahu saja, kalau itu adalah anak buah Juan yang curiga pada kecelakaan yang menimpa majikannya. Maka dari itu, mereka memperketat penjagaan di kamar sang majikan. Setelah mengamati selama beberapa hari, akhirnya, Hera menghubungi anak buahnya. Dia menyuruh mereka untuk menyamar menjadi salah satu perawat dirumah sakit ini agar para penjaga itu tidak curiga. Hera dan Rayn pun kembali ke rumah, sementara Lucy, wanita itu masih setia mendampingi Juan. Pukul 12 malam, Juan terbangun. Bau obat tercium di hidungnya membuat dia sadar, kalau dia sedang berada di rumah sakit. Sekilas tentang kecelakaan yang dia alami melintas di pikirannya. "Siapa yang mencoba menghabisiku?" lirihnya. Pandangannya kemudian beralih pada seseorang yang ada di sampingnya. Lelaki itu tersenyum saat melihat wanita yang dia cintai sedang tertidur dalam posisi duduk. "Ternyata ada gunanya juga aku kecelakaan," gumamnya. Juan mencoba menggerakkan tangannya. Meski dengan susah payah, dia mencoba mengusap lembut rambut Lucy. Merasa ada yang menyentuh kepalanya, membuat wanita itu kaget dan membuka matanya. "Juan, kamu sudah sadar? Biar aku panggilkan dokter," ucap Lucy dengan wajah berbinar. "Sssttt, tidak perlu. Biarkan dokter memeriksa aku besok saja. Aku sudah lebih baik kok," sahut Juan. "Tapi ...." Lucy hanya bisa pasrah saat Juan menggelengkan kepalanya. "Duduklah disini," tunjuk Juan pada ranjangnya. Lucy pun duduk di samping Juan. Dia bingung harus apa. Kedua orang itu hanya diam. Untuk mengurangi kecanggungan di antara meeka, Lucy pun akhirnya memulai obrolan. "Bagaimana kamu bisa mengalami kecelakaan seperti ini? Apa kamu menyetir tidak hati-hati? Gara-gara kamu, pernikahan kita jadi batal." Juan tersenyum tipis. Dia bisa melihat, ada sedikit kekhawatiran di wajah Lucy. Itu artinya, Lucy memiliki sedikit rasa untuknya. "Aku juga tidak tahu, saat ada di traffic light. Lampu masih berwarna kuning, tapi, entah mengapa, tiba-tiba, ada sebuah truk yang melaju kencang ke arahku. Sepertinya, dia sengaja menabrakku," cerita Juan. "Maaf, jika harus membuat rencana kita berantakan. Besok pagi, kamu panggil saja penghulu, kita menikah di rumah sakit," ucap Juan. "Tidak perlu terburu-buru, kita bisa menunggu kamu sembuh. Toh waktu yang diberikan oleh kakek masih lama," sahut Lucy. Juan menggelengkan kepalanya. "Tidak, kecelakaan yang aku alami ini sepertinya memang disengaja. Maka dari itu, lebih cepat kita menikah lebih baik. Mungkin, mereka sengaja melakukan itu untuk menggagalkan pernikahan kita." Lucy mengangguk. Dia memang curiga dengan apa yang menimpa Juan. Namun, dia harus memiliki bukti yang kuat jika ingin menuduh seseorang. Seolah mengerti apa yang dipikirkan oleh Lucy, Juan pun menyela, "Tidak usah dipikirkan terlalu jauh. Nanti aku akan menghubungi temanku yang bekerja di kepolisian. Biarkan dia yang mengurusi masalah ini." Lucy pun mengangguk. "Istirahatlah, hari masih malam," ucapnya. Juan mengangguk. Saat wanita itu akan turun dari brankar, Juan memegang lengannya. "Terima kasih," ucapnya. Lucy hanya mengangguk sambil tersenyum manis. Wanita itu pun kemudian tidur di sofa. Dia merasa lega, setidaknya, Juan selamat. Juan pun kembali memejamkan mata. Begitu juga dengan Lucy. Beberapa saat setelah keduanya terlelap, seorang perawat masuk ke dalam kamar Juan. Lelaki itu pun mulai memeriksa kondisi Juan. Merasa ada yang menyentuh infusnya membuat Juan ingin membuka mata. Namun, entah mengapa, rasa kantuk membuat dia tak mampu melakukannya. Dia juga tahu, perawat itu menyuntikkan obat di cairan infusnya. Namun, tubuhnya seolah lemah tak bertulang, hingga dia tak mampu berbuat apa-apa. Beberapa saat setelah perawat itu pergi, Juan merasakan nafasnya berat. Seolah ada batu besar yang menghimpit dadanya membuat dia kesulitan untuk bernafas. Juan tahu, ini adalah perbuatan dari perawat yang baru saja masuk ke dalam ruangannya. "Ya Tuhan, beri aku kekauatan untuk melawan semua ini," doa Juan di saat dia tak mampu lagi untuk menahan sesak di dadanya. Bunyi monitor jantung yang cepat membuat Lucy terbangun. Dia kaget melihat tubuh Juan yang tiba-tiba mengalami kejang. Perasaan, tadi dia baik-baik saja. "Juan, kamu kenapa?" "Dokter, suster, tolong!" teriak Lucy panik. Perawat dan dokter berbondong-binding lari masuk ke dalam. Mereka segera menangani Juan. Lucy melihat dari laur dengan hati yang tak karuan. Hentakan tubuh Juan saat ditempel dengan alat kejut jantung membuat Lucy ketakutan. Entah mengapa, saat ini, Lucy begitu takut kehilangan Juan. "Bertahanlah Juan!" Sementara itu, seorang lelaki mengambil gawainya. "Bos, tugas sudah terlaksana." "Pastikan lelaki itu menghembuskan nafas terakhirnya! Aku tidak akan mentransfer uangnya jika dia masih hidup!" "Siap Bos!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN