"Kau, tidak sedang berpikir aku mengikuti kalian, bukan?"
"Dengan melihatmu selalu berkeliaran seperti lalat di sekitarku, memang apa lagi yang pantas menggambarkan untuk itu."
Aku tersentuh mendengar tuduhan seorang kepala divisi macam Kuroda Shouhei yang sedang menuduhku menguntit dia dan pasangannya yang seharusnya jadi milikku. Ah, sudahlah
"Kau sendiri, sedang apa kau di sini? Mengungkap kasus?"
"Bukan urusanmu."
"Hei, tidak bisakah kita jadi teman?"
"Dengan kau yang terus ingin merebut Sousuke dariku? Kurasa tidak."
Aku berkedip beberapakali mendengarnya. Baiklah, dia tidak salah sedikit pun soal itu, tapi aku bukan orang yang akan begitu saja merebut orang yang sudah jadi pasangan orang lain begitu saja.
Setelah dia mengatakan itu, Kuroda langsung pergi ke dalam penginapan dan itu membuatku tidak ingin pergi dari sana. Jadi, aku juga menyingkir dari sana dan memesan sebuah kamar tepat di sebelah Nora.
"Sebenarnya apa yang sedang kulakukan?" Gumamku setelah masuk ke dalam kamar.
Padahal, rumahku kemari tidak terlalu jauh, tapi aku malah menyewa kamar di sini tanpa berpikir apapun. Ayolah, aku bahkan tidak membawa baju satupun untuk melewatkan malam di sini.
Tok....
Tok....
Tok....
Aku berbalik untuk membuka pintu kamar yang diketuk dari luar. Kupikir itu layanan kamar, tapi malah Nora yang berdiri di depan pintu itu. Sambil tersenyum aku mengangkat tanganku dan melambai ke arahnya seperti orang bodoh.
"Kau bilang mau pulang, kenapa malah ambil kamar di sini?"
"Aku hanya iseng...." Jawabku gugup. Dan tentu saja, Nora langsung mencercamu dengan pertanyaan.
"Batalkan kamar ini dan masuk ke kamarku."
"Apa?"
"Apanya yang apa, aku akan ke resepsionis untuk membatalkan pesanan kamar ini, akan kubilang kau satu kamar denganku."
"Hei, tunggu...," Cegahku, "aku memesankan kamar itu agar kau bisa tidur dengan baik, lagipula aku memesan kamar ini juga karena kau bilang kalau besok kau ada kelas, jadi, daripada aku harus mondar-mandir dari rumah ke penginapan, kurasa ini lebih efisien."
Nora memicingkan matanya sebal ke arahku dan aku tahu kalau dia marah dengan alasan yang kubuat. "Kau hanya membuang-buang uang." Katanya.
Tapi, kenapa dia harus marah padaku sementara aku tidak berbuat hal yang merugikannya? Tunggu dulu, kenapa aku harus diam saja dimarahi olehnya begini? Aaaargh~ keterlaluan.
"Sebentar lagi jam makan malam, sebaiknya kau mandi dan akan kupanggil satu jam lagi untuk ke restoran." Ujarku mengalihkan kemarahannya. Setidaknya aku sedang berusaha.
Aku cukup beruntung karena setelah aku mengatakan itu, Nora langsung pergi dari kamar ini dan kembali ke asalnya meski dengan wajah marah yang terlihat menyebalkan.
Ah, wajah anak itu bukannya memang selalu begitu selama ini? Tidak ada yang berubah, tidak ada sama sekali.
Seperti yang kukatakan, aku menyuruh Nora untuk mandi, begitu juga aku, aku membuka lemari pakaian yang ada di sana dan aku cukup beruntung karena aku menemukan sebuah kimono, jubah mandi dan beberapa handuk di sana.
"Tidak sia-sia membayar mahal untuk menginap di sini...." Gumamku sambil meraih semuanya.
Karan sudah membayar mahal untuk menginap di sini, setidaknya aku tidak ingin melewatkan mandi air panas seperti yang ditawarkan oleh brosurnya.
Tapi sungguh tidak beruntungnya aku saat di sana aku lagi-lagi melihat Nora, hanya saja di sana dia seperti malas bicara denganku, jadi aku juga mendiamkannya seperti dia diam padaku.
Tempat ini cukup ramai, bahkan kolamnya pun terlihat penuh dan semua aroma tercampur jadi satu di kolam ini. Kalau saja aku ini Alpha, mungkin aku langsung pergi karena selain mencium aroma Alpha lain, aku juga bisa mencium aroma Omega yang sedang heat di sini. Entah bersama pasa—
"Aku akan menunggu di restoran."
"A—ah, baik."
Nora pergi begitu saja dari pemandian itu. Bahkan kulihat dia hanya mengguyur rambutnya, dan mandi beberapa gayung. Lebih dari itu, kurasa tidak. Atau mungkin, karena dia tidak tahan dengan feromon Omega yang sedang heat di sini? Huh, mungkin itu.
Kubiarkan Nora pergi dari sana dan meneruskan mandiku. Setelah selesai, aku langsung kembali ke kamar tapi, saat kembali ke kamar aku melihat Nora membawa beberapa pelayan bersama makanan yang ada di trolley..
"Kenapa makan malamnya di kamar?" Tanyaku penasaran. Tapi Nora hanya melirikku dan kembali menyuruh pelayan untuk menata makanan di meja seperti yang sedang mereka lakukan sejak tadi.
"Baiklah, kita makan di sini." Ujarku langsung masuk dan menaruh handuk basah tepat di kasur, tapi tiba-tiba Nora mengambilnya dan memelototiku lagi.
Sungguh, sekali lagi dia melotot ke arahku, mungkin matanya akan keluar sebentar lagi. Tapi kuabaikan aak itu dan duduk tepat di depan makanan setelah pelayan-pelayan itu keluar dari kamarku.
"Pesan apa?" Tanyaku sambil melihat satu persatu makanan di sana.
"Hanya makanan biasa."
"Baiklah~ makanan biasa...." Ulangku sambil meraih sumpit milikku.
Makanan biasa yang dia sebut adalah set sushi, dan makanan mewah lainnya. Anak ini, dia benar-benar berniat membuatku bangkrut.
"Kau suka di sini?" Tanyaku setelah kami makan beberapa suap. Setidaknya, makan malam kami tidak membuat suasana suram semakin mencekam.
"Hm."
"Kalau kau suka, kenapa memilih makan di kamar? Bukannya di brosur mengatakan kalau akan ada makanan spesial?"
"Mereka juga membawakannya." Tunjuk Nora pada sebuah mangkuk berisi seekor ayam berukuran kecil dengan rempah-rempah dan kuah yang terlihat bening.
"Ayam apa itu? Kecil sekali?" Tanyaku penasaran sambil bangun dan berusaha mendekati mangkuk yang masih mengepulkan uap panas itu.
"Itu burung puyuh."
"Burung puyuh?"
"Kau tidak pernah makan puyuh?" Tanya Nora dan aku menggeleng. "Kalau begitu makanlah, kau pasti suka.
"Benarkah?"
Karena penasaran, aku langsung menaruh sumpitku dan mengambil mangkuk berisi sup burung puyuh itu, kemudian memakannya, dan kurasa, rasanya tidak seburuk pikiranku.
"Hei, ini enak!"
"Kalau begitu makanlah." Ucap Nora sambil terus makan.
Malam itu, kami habiskan untuk makan malam, bahkan setelah makan pun, Nora sama sekali tidak meninggalkan kamarku dan terus berada di sana. Dia masih ada di kamarku dan melakukan entah apa.
"Pergilah tidur, bukannya kau bilang besok kau ada kelas?"
"Kalau aku pergi ke kamarku, maka kau akan mencari omega itu."
Aku melihat Nora yang berdiri di depan jendela kamar yang memberikan pemandangan malam tepat ke arah sungai yang diberi lampu, terlihat indah namun juga mengerikan.
"Bagaimana kau tahu dia di sini?" Tanyaku.
Tapi sialnya, anak itu sama sekali tidak menjawab. Dia masih berdiri di sana tanpa berniat menjawab pertanyaanku.
"Baiklah, lakukan sesukamu, aku mau tidur."
_