Bab 17

1718 Kata

“P--Pak Faqih?” Aku mematung beberapa saat, menetralkan degub jantung yang berirama. Kekisruhan yang terjadi kemarin begitu mengganggu pikiranku. Aku bahkan lupa, ada janji yang belum selesai. Aku belum memberikan jawaban untuk Beliau. “Assalamu’alaikum!” Lelaki dengan kemeja lengan panjang warna maroon yang dipadu padankan dengan dasi hitam dan celana bahan itu turun. Sepatunya tampak mengkilap dan melenggang dengan ringan. “Wa’alaikumsalam!”Aku menghampirinya lalu mengangguk dan tersenyum. Biasanya aku meraih tangannya dan mencium punggung tangannya, bagaimanapun aku menghormatinya sebagai seseorang yang berjasa memberikan ilmu pengetahuan padaku. Meskipun statusnya sudah mantan guru, tetapi ilmunya masih kugunakan hingga kini. Namun, kali ini berbeda. Aku tak melakukannya karena ra

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN