Bab 15

1533 Kata

Mobil fortuner milik Dion terus membelah keramaian. Aku duduk dengan jantung yang berdgub-degub. Tak bisa dipungkiri jika keberadaannya mampu membuka lembaran memori yang sudah kulipat rapat-rapat. “Hmmm, mau makan dulu, gak?” Suaranya terdengar lembut bertanya. “Makan?” Bimbang, antara mengiyakan dan tidak. Bukan apa-apa, aku hanya takut jika rasa ini semakin subur saja dan akan berakhir kecewa. “Aku sudah lama gak makan menu angkringan dekat alun-alun kota! Di sana ada bubur ayam yang enak banget, loh!” Aku masih berpikir, kadang lemot emang. Di dalam sini ribut berperang antara hati dan logika. Masih teringat kata-kata ibu padaku. “Neng, kita harus bisa ngukur diri. Kita bukan orang kaya. Jadi kalau mau cari jodoh yang sepadan saja. Gak perlu kaya, cukup dia baik, dewasa, sayan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN