36

1717 Kata
Kriingg Mereka yang sedang asyik makan di kantin mendengar sebuah dering ponsel yang berasal dari mereka bertiga, Lawson bisa merasakan kalau HPnya bergetar dan segera mengangkat telepon. Aeris dan Dexter masih asik mengunyah makanan mereka sembari melihat Lawson yang sedang berbicara dengan seseorang dalam telepon "Siapa?" Ucap Aeris setelah telepon mereka terputus "Gue pergi dulu" ucap Lawson beranjak dari tempat duduknya "Kemana?" "Sebentar" jawab lawson lagi alih alih memberi tahu kemana dirinya akan pergi Kini hanya ada dirinya dan Dexter disana. Dan Aeris memiliki waktu yang panjang untuk mengikuti kelas selanjutnya. Dia bahkan bisa kembali ke apartemennya untuk mengambil sesuatu kemudian kembali lagi ke kampus. Tapi itu hanya akan menyia-nyiakan waktunya, ia memilih untuk menunggu di kantin atau pergi ke tempat lain "Disana makanannya enak-enak nggak?" Tiba-tiba pertanyaan yang aneh terlintas di benaknya. Ia penasaran apakah makanan di dunia Immortal sama dengan makanan yang ada di dunia manusia "Sama" "Ohh... Gue kira beda" "Hahaha, kalaupun ada perbedaan nggak bakalan se signifikan itu" "Kalo werewolf cuman makan daging yah?" "Iya, mereka lebih suka daging mentah. Tapi yang di dunia manusia biasanya bakalan makan yang sudah dimasak, biar enggak kelihatan aneh. Kadang ada juga sih yang diam-diam berburu untuk makanan mentah" jelas Dexter Ketika mereka asyik berbicara, ketiga perempuan yang dari tadi memperhatikan mereka dari jauh, perlahan-lahan berjalan mendekat. Aeris membalas tatapan mereka tanpa ragu hingga Heshi benar-benar duduk di hadapannya mengambil kursi yang tadinya dipakai oleh lawson. Dexter sedikit heran dengan kedatangan mereka, ia melirik Aeris yang sepertinya memiliki sesuatu untuk dibicarakan dengan mereka "Aeris, Lo.... Suka Lawson?" Tanya Heshi tiba tiba, pertanyaan itu merupakan pertanyaan yang tidak terduga bagi Aeris. Karena ia belum memiliki rasa sebesar itu kepada Lawson. Lagi pula itu tidak ada hubungannya dengan Heshi "Suka dalam artian apa maksud Lo? Lagipula hubungannya sama lo apa?" "Nggak usah banyak tanya, jawab aja pertanyaan gue" "Lo yang seharusnya nggak usah banyak tanya, urus aja urusan lo. Ngapain juga lo ngurusin perasaan orang lain" balas Aeris, Heshi yang merasa dirinya diserang perkataan Aeris membuat otaknya memanas "Oh ya? Ternyata lu nggak suka kalau orang lain mengurusi urusan lo, tapi kenapa lo suka ikut campur sama urusan orang lain?" "Uh huh? Di bagian mananya Gue ikut campur sama urusan lo hah? Gue bahkan nggak peduli kalau lo masih hidup atau sudah mati" Dexter menahan tawanya ketika mendengar kalimat Aeris, dia tidak tahu ada masalah apa temannya dengan para perempuan yang ada di hadapan mereka. Tapi sepertinya ada perang dingin di antara mereka. Para perempuan itu saling melayangkan tatapan tajamnya, Aeris menerima tiga pasang mata namun hanya membalas Heshi yang memang tepat didepannya. "Hemm... Okeh, sebenernya gue disini mau bicara baik baik, gue mau berteman sama Lo tapi kesan awal kita udah kayak gini, so.... Mungkin kita bisa berteman, walaupun bukan secara akrab karena Lo juga udah jadi teman pacar gue" "Gue gak merasa berteman sama pacar Lo deh" ucap Aeris lagi, Dexter lagi lagi menahan tawanya dan Heshi geram padanya. Ia memang sedang membuat drama yang menunjukkan kalau dirinya benar-benar ingin berteman dengan Aeris. Dia mengira kalau perempuan itu akan luluh, kemudian mereka bisa berteman agar Heshi bisa mengetahui segala rahasia dan juga mengerjainya secara dekat dan main belakang. "Lo!" Ucap Heshi kehabisan kata-kata, Aeris sudah menatapnya dengan pandangan remeh, itu membuatnya semakin kesal dan ingin berkelahi dengan Aeris sekarang. Bahkan tangannya sudah mengapa menahan rasa emosinya "Gue ada kelas, kita bicara lagi nanti" ucap Heshi kalau bisa beranjak dari sana "Kalau Udah kalah ya kalah aja. Nggak usah pakai kata-kata lain apalagi buat alasan yang nggak sesuai sama kenyataannya. Udah pergi aja" "Dih bacot banget sih Lo, pantesan aja selama ini Lo gak punya teman. Giliran ada teman malah cowok semua. Kelihatan banget kan gimana gatalnya elo" ucap Rary tiba tiba, ketika mereka sudah berdiri dari tempat duduknya Aeris yang tadinya sudah merasa menang dan menampakan senyumnya langsung merasa kesal dengan kalimat Rary. Dia memang hanya memiliki Lawson dan Dexter sebagai temannya disini sehingga orang mengira dia hanya berteman dengan kedua laki-laki itu. Mereka tidak melihat sahabatnya Vulia. Tapi ia tidak terima ketika dikatakan mendapatkan teman laki-laki karena sifat gatal. Dia sama sekali tidak mendekati kedua laki-laki itu duluan "Ohh... Terus? Lo mau gue ajari caranya gatal? Bukannya kalian lebih ahli?" Ucap Aeris lagi "Dasar anak haram!" Ucap Fize kali ini sambil mengambil segelas air minum yang ada di depan Aeris. Ia melemparkan air yang ada di dalam gelas itu kepada Aeris dan berhasil mengenai wajahnya Tentu saja pergerakan itu sama sekali tidak terduga, Aeris juga terkejut ketika air minum rasa jeruk itu membasahi wajahnya. Ia terdiam dan mengerjapkan matanya beberapa kali, bulu matanya yang lentik sudah basah dan air itu masuk ke dalam matanya "Hahahaha rasain Lo" ucap Heshi dan kedua teman yang menertawai Aeris. Dexter sudah ingin membalas tapi mereka sedang berada di tempat ramai dan dia adalah laki-laki diantara keempat perempuan ini. Jika dia melawan ketiha perempuan itu maka orang-orang yang ada di sana akan menyalahkan dirinya Karena melawan perempuan "Heh kalian berdua! Serendah itu yah kelakuan kalian? Kami datang dengan baik-baik ingin berteman tapi malah-" Tranggg Belum sempat dirinya berbicara, Aeris melemparkan piring miliknya kewajah Fize. Suara orang-orang yang terkejut dengan pergerakannya bisa terdengar ketika mendarat di wajah Fize. Ia memang sudah menyelesaikan kegiatan makanannya namun masih ada porsi yang tersisa di sana. Piring yang di lemparkan merupakan piring kaca, sehingga ketika piring itu jatuh ke lantai ia langsung pecah. Wajah Fize sudah terkena banyak bumbu dan lemparan piring itu tentu lumayan sakit di wajahnya. Untung saja tidak ada goresan luka di sana "Setan!!!!" Fize berteriak dan segera mencoba menjambak rambut Aeris, namun dengan cepat Aeris sudah bergerak mundur karena tidak ingin rambutnya rontok dijambak oleh Fize. Heshi dan Rary yang juga geram pada nya ikut bergerak, sementara Dexter yang mengira kalau Aeris akan diserang justru bergerak ke hadapan Aeris "Arghhhhh!!!" Dexter berteriak ketika rambutnya dijambak oleh ketiga perempuan itu, ia hendak membantu Aeris yang ternyata sudah menghindar. Aeris heran karena Dexter melompat ke depannya. Akhirnya ia langsung menarik rambut Fezi agar perempuan itu melepaskan Dexter "Akhh! Aw AW awww!!!!" Kini mereka saling tarik-menarik, Heshi yang melihat Aeris menarik rambut Fezi langsung menarik rambut Aeris, dan Aeris yang tidak terima rambutnya ditarik oleh Heshi juga menggunakan tangan yang satunya untuk menarik rambut Heshi Keadaan kafetaria di fakultasnya pun akhirnya ribut, bahkan orang-orang yang lewat di sana langsung menyaksikan apa yang terjadi diantara mereka berlima Kehebohan yang mereka lakukan mengundang orang-orang yang mengenal Heshi mendekat, mereka membicarakannya sambil menonton perkelahian yang terjadi. Salah satu dari para penonton itu merupakan teman Aqato, ia terburu-buru langsung menghubungi Aqato agar datang ke tempat mereka "Lepasin!!" Teriak Heshi yang merasa kesakitan ketika rambutnya di Jambak. Dexter yang ikut diserang oleh mereka tidak tahu apakah ia jika harus membalas para perempuan yang menyerangnya "Stop! Udahhh! Udahhh!" Teriak Dexter berusaha berusaha melerai mereka "Lepas" ucap Aeris pada Heshi "Lo diluan" "Lo diluan, Lo diluan yang nyeran" ucap Aeris lagi "Kita hitung sampe tiga, sama sama lepasin" ucap Aeris sambil menatap Heshi, Rary dan Fize. "Satu..... Dua....., Tiga!" Mereka semua melepas tangan mereka dari rambut satu sama lain. Dexter sudah terbebas namun Aeris tidak melepas rambut Heshi "Hehh!" Ucap Heshi yang sadar belum terbebas, Aeris tertawa terbahak-bahak karena Heshi percaya pada kata kata nya "Hahaha, Lo percaya sama gue? Gue aja gak percaya sama Lo" ucap Aeris, Heshi hendak menyerang Aeris kembali namun Aeris memutar tubuh Heshi agar membelakangi dirinya dan tidak bisa menyerang, jika Heshi memberontak maka rambutnya akan semakin ditarik oleh Aeris "Jangan ikut campur, atau teman kalian bakalan botak" ucap Aeris tajam pada Fezi dan Rary yang hendak memulai pertengkaran lagi, Dexter frustasi melihat kebrutalan Aeris dan menjauh dari teman teman Heshi. Takut kalau mereka akan menggunakan dirinya sebagai ancaman untuk Aeris "Lo..., Jangan cari masalah sama gue, dari awal Lo yang nyari gara gara. Gak usah sok mau berteman sama gue. Pertemanan kalian bertiga aja gak kelihatan bener, gue gak suka sama pacar Lo, sama sekali gak tertarik, dia Yang gatal jadi seharusnya Lo yang garuk dia. Bukannya nyalahin gue, dengar?" Ucap Aeris mengungkapkan pendapatnya, Heshi tidak terlalu peduli dengan perkataan Aeris sekarang, ia memikirkan betapa malunya ia sekarang. Ditonton oleh banyak orang "Oke Fine!" Ucap Heshi, ia memberontak namun Aeris belum melepaskan rambutnya Grepp Sebuah tangan menggenggam tangan Aeris yang menahan rambut Heshi, Aeris melihat Aqato yang ada disana menatapnya dengan dekat. Aeris tidak takut jika laki laki itu marah karena sudah menyakiti pacarnya, ia bahkan mempererat genggamannya pada rambut Heshi "Udah, banyak orang ngelihatin, lepasin aja" ucap Aqato Aeris menyadari mereka memang menjadi pusat perhatian, perlahan genggaman tangannya melemah dan Heshi segera terbebas. Ketika ia sudah bebas bergerak ia hendak menyerang Aeris kembali namun Aqato justru berdiri di hadapan Aeris untuk menghalangi Heshi "Udah" ucap Aqato penuh penekanan "Tapi dia" "Udah" ucap Aqato lagi, Heshi terdiam, Aqato bahkan tidak peduli betapa berantakannya penampilannya sekarang setelah bertengkar. Aeris menatapnya diam dan segera mendekati Dexter Merasa hilang muka antara para mahasiswa yang menyaksikan mereka, membuat Heshi malu dan segera pergi dari sana bersama kedua temannya. Ia benar-benar marah, namun tidak bisa melampiaskannya sekarang. Ia benci melihat Aqato melindungi Aeris, bukannya dirinya "Lo gak papa?" Ucap Aqato, ia juga sudah membubarkan orang-orang yang mengelilingi mereka "Jangan tanya gue, pacar Lo yang babak belur, bukan gue" "Yah gue yakin dia yang ajak berkelahi diluan, Lo nggak bakalan menyerang mereka kalau mereka nggak nyerang yang diluan kan?" Perkataan Aqato sedikit membius Aeris, karena Aqato justru membela dirinya "Dia sering kayak gitu, sifatnya itu memang buat gue capek. Teman teman gue diperlakukan kayak gitu sama dia. Semua serba salah Dimata dia, huft....." Keluh Aqato, Dexter dan Aeris saling menatap. Tidak tahu apakah Dexter benar benar sedang mengeluh atau tidak "Walaupun gitu, lebih baik Lo ngejar dia, jangan sampai hubungan kalian rusak" ucap Aeris lagi, ia benar benar bingung dengan sikap Aqato yang tiba tiba sangat dekat dengannya dan kali ini malah membela dirinya ketimbang pacarnya "Memang udah rusak, dia aja yang gak rela lepasin gue" ucap Aqato lagi "Eee... Yaudah, gue pergi dulu" "Kemana?" "Kamar mandi, mau ikut Lo?" Sinis Aeris pada Aqato dan segera berbalik meninggalkan dua laki laki itu. Dexter dan Aqato saling melihat dan tatapan Dexter pada Aqato juga tidak ramah. Ia merasa laki laki itu sangat manipulatif. Meskipun Dia tidak memiliki banyak informasi untuk mendukung gagasan itu, Namun ia melihat ada keganjilan di dalam setiap mimik wajahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN