Malam yang dingin itu kini sudah berubah menjadi pagi, rumput, tanah yang basah dan pepohonan yang masih segar bisa dilihat ketika berjalan di luar. Pemandangan pagi ini sangat menyejukkan, tapi tidak dengan berita yang ia bawa tadi malam.
Aeris bersikap seperti biasanya, ia berjalan keluar dari apartemennya untuk berangkat ke kampus yang pasti ramai dibanding biasanya. Kejadian itu terjadi di salah satu gudang kampus mereka, jadi tidak menutup kemungkinan kalau orang yang berasal dari luar kampus juga datang untuk sekedar melihat
Tling
Notifikasi pesan masuk ke dalam ponselnya, ia melihat pesan dari Lawson untuk mengajaknya berangkat ke kampus bersama. Mereka memang memiliki jadwal yang sama hari ini. Tapi setelah membaca pesan itu, Aeris tidak membalasnya dan justru memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas. Ia berjalan menuju basement untuk mengeluarkan mobilnya
Setelah masuk ke dalam mobil ia segera melajukan mobilnya untuk berangkat, ia segera keluar dari basement hingga akhir melihat seorang laki-laki yang muncul di tengah-tengah jalannya agar ia tidak bisa lewat.
"Huh.... Masuk" ucap Aeris pada Lawson yang masih berada di luar, laki-laki itu tersenyum dan segera menuju kursi yang ada di sebelah Aeris
"Udah gue duga Lo bakal mengabaikan pesan gue" ucap lawson ketika mereka berangkat
"Gue gak bermaksud"
"Lo bermaksud, gue tahu" ucap Lawson, ia bisa merasakan kalau Aeris menjadi sedikit lebih diam karena pikirannya yang masih terbayang akan kejadian semalam
"Lo bakalan jenguk mereka? Mereka gak bakalan ingat sama Lo, jadi bakalan aman kalau Lo datang ke RS" tawar Lawson, Aeris berpikir sebentar dan ia rasa tidak boleh sembarang orang menemui mereka. Meskipun mereka belum mendapatkan berita yang akurat kalau mereka sebenernya diserang oleh seseorang. Sampai sekarang statusnya masih sama, hanya dikarenakan ledakan misterius
"Gue masih mau ngasih pelajaran ke mereka" ucap Aeris yang masih terus menyetir tanpa melihat lawson
"Dengan cara?" Bingung Lawson
Flashback~
Lawson membawa Aeris pulang ke apartemennya, suasana masih sangat gelap karena tidak ada lampu yang hidup sejak Aeris disekap oleh Heshi dan teman temannya.
"Istirahat aja, gue bakalan urus sisanya" ucap Lawson menurunkannya dari gendongannya
"Jadi mereka gak bakalan ingat?" Ucap Aeris dengan nada sedikit kecewa
"Lo berharap mereka tahu itu perbuatan Lo?"
"Bukan gitu, gue.... Cuman mau mereka sedikit mengalami trauma, setidaknya biar mereka merasakan apa yang dirasakan orang lain ketika memperlakukan orang dengan jahat"
Lawson hanya menatap Aeris dengan diam, ia mengacak-acak rambut Aeris kemudian pergi meninggalkannya di balkon kamarnya. Aeris memang tidak pernah lagi mengunci balkonnya sejak tahu mengenai dunia Immortal dan Lawson yang suka mengunjungi dan mengantarkan dirinya melalui balkon.
Setelah Aeris membersihkan tubuhnya, ia menatap sebuah ponsel yang diletakkan diatas meja. Ia mengambil ponsel itu dan segera berbaring di tempat tidur untuk beristirahat sambil membuka apa saja yang ada di sana.
Beruntung sekali ponsel milik Heshi tidak memiliki sandi pengamanan, ia bisa dengan leluasa menggunakan dengan bebas dan langsung memeriksa isi ponsel itu.
Seperti biasanya Aeris selalu membuka galeri orang lain, dan dia melakukan hal itu lagi sekarang. Ia melihat beberapa foto Heshi sendirian dan juga bersama teman-temannya. Awalnya tidak ada yang aneh di sana
Tangannya terus menarik layar hingga ke bawah, untuk mencari hal yang ganjil
Ting
Salah satu notifikasi w******p masuk, Aeris langsung membuka w******p dan mengecek semua riwayat chat yang ada. Sampai ia menemukan sebuah grup tempat Heshi, Fize dan yang lainnya berada.
Mata Aeris langsung membelalak ketika mencoba membaca beberapa percakapan mereka. Ia membuka media yang ada di dalam grup itu menemukan beberapa video.
Mulut Aeris langsung menganga, tubuhnya yang tadinya bersandar langsung terduduk kembali. Suara suara pilu terdengar dari ponselnya.
Aeris menggali hingga ke akar, ia melihat semua Vidio itu secara sekilas dan menemukan Vidio yang ia cari. Seorang perempuan yang dikerjai oleh mereka disebuah tempat yang gelap. Karena mereka hanya mengandalkan flash dari ponsel mereka, gambarnya tidak terlalu jelas namun cukup untuk dilihat.
"Licia" batin Aeris, ia tahu kalau perempuan itu lah yang ia coba selamat kan waktu itu, ia menonton video itu dengan mempercepatnya karena tidak sanggup melihat semuanya secara detail, ada empat laki-laki di dalam video itu namun yang menyentuh Licia hanya ada 3 orang. Dari perawakan tubuhnya Aeris tahu kalau yang hanya berdiri sambil ikut menonton dan tertawa adalah Aqato.
Di dalam video itu Licia sudah lemah karena diperlakukan dengan kasar, keempat laki-laki itu pun pergi untuk melakukan sesuatu dan meninggalkan ketiga perempuan itu untuk mengurus Licia. Bukannya menolong ataupun hanya membiarkannya saja, mereka masih terus membullynya dan merekam semua tubuh Licia.
Dan di akhir video sebelum rekaman itu mati suara seorang perempuan yang sepertinya suaranya pun terdengar, waktu itu Aeris datang dan rekaman itu pun berhenti.
Setelah Vidio itu habis Aeris sudah berencana untuk mengungkapkan semua kejahatan mereka dengan video-video yang ada di ponsel itu, ia akan mengirimkan langsung ponsel itu ke kantor polisi berharap akan segera ditindaklanjuti.
Flashback End~
"Gue bakalan mengungkapkan kejahatan mereka selama ini, mereka itu pembully dan gue juga menjadi salah satunya ketika mencoba menolong Licia. Itu sebabnya gue berakhir di rumah sakit ketika Lo sadar kalau segel gue sebagai penyihir terbuka" jelas Aeris, ia juga langsung berfikir Kenapa segelnya terbuka sejak malam itu. Apakah itu dikarenakan ia sudah hampir mati atau ada hal yang lain
"Emang Lo punya bukti?"
"Gue nggak bakalan ngomong besar kayak gini kalau gue enggak punya persiapan. Gue punya bukti dan bakalan gue kirim ke kantor polisi"
"Lo akan kirim sendiri? Dengan menggunakan nama lo atau?"
"Anonim" ucap Aeris, dia tidak ingin ikut diselidiki jika menggunakan identitasnya untuk mengirimkan itu. Dia akan mengirimkannya sendiri tanpa nama apapun, hanya meletakkan ponsel itu dengan sepucuk surat nantinya
Sementara itu kini di rumah sakit para orang tua dari mereka sudah berada di sana untuk menjaga anak mereka masing-masing. Dan ayah Hiro kini sedang sibuk menyiapkan pemakaman untuk anaknya. Karena hari sudah menjelang siang beberapa orang yang mengenal segera datang untuk mengucapkan salam terakhir kepada mendiang Hiro
Aqato juga belum pulang sejak semalam, ia berada di sana dan duduk di samping Heshi. Para orang tua baru saja pergi karena harus tetap bekerja, dikarenakan mereka yang merasa ketakutan seolah-olah akan ada orang yang ingin membunuh mereka, membuat para polisi mengutus penjagaan pada ruangan mereka.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Ucap Aqato bertanya kepada kelima temannya yang masih belum banyak berbicara seperti biasa
"Ada orang lain malam itu" ucap Heshi pelan
"Siapa?"
"Gue gak ingat... Gue gak ingat wajahnya" rintihnya
"Kalian gak ada yang mengingat sama sekali?" Tanya Aqato pada yang lain, dan respon mereka hanya geleng-geleng kepala. Ia segera beranjak untuk mendekati Nova
"Kenapa kalian ada disana semalam. Tanpa sepengetahuan gue lagi. Kalian pasti merencanakan sesuatu kan? Kalian semua ada disana kecuali gue. Cepat ceritakan" pancing Aqato, ia sudah menanyakan hal ini berkali-kali namun tidak ada jawaban yang cocok
"Heshi menyuruh kami kumpul, terus kami kesana. Gue gak ingat kenapa kami kesana"
"Heshi!" Panggil Aqato kini dengan nada yang lebih tinggi, dia sudah bertanya berkali-kali kepada Heshi mengenai alasan kenapa ia mengumpulkan mereka tanpa Aqato. Tapi Heshi luka sama sekali tidak mengingat apa tujuan mereka berada di sana.
Merasa frustasi tidak menemukan jawaban yang jelas, Aqato yang sudah muak dengan kelima temannya langsung pergi berjalan keluar ruangan. Ketika ia sudah berada di luar ia melihat dua orang yang sedang menunggu di kursi tunggu. Mereka langsung berdiri ketika melihat Aqato
"Kalian, kenapa disini?" Ucap Aqato heran melihat kehadiran Aeris dan Lawson
"Bagaimanapun juga mereka teman kami, kita ada di kampus dan jurusan yang sama. Boleh kami masuk?" Ucap Aeris, Aqato yang masih sedikit kebingungan hanya mengangguk dan mempersilahkan mereka berdua masuk. Dia juga ikut masuk kembali untuk menemani mereka
"Mereka nggak tahu apa yang terjadi sama mereka, gue ngasih tahu ini karena biasanya orang akan nanyain hal yang sama kalau berkunjung" ucap Aqato, mereka masih berdiri di depan pintu, dengan kelima pasien yang sudah melihat mereka
"Mereka hilang ingatan?"
"Bukan, ingatan mereka masih bagus, tapi mereka gak ingat apa yang terjadi semalam. Mereka tahu apa yang terjadi tapi mereka nggak tahu siapa yang melakukan itu dan Kenapa mereka ada di sana. Gue juga bingung" ucap Aqato. Aeris langsung mendekati tempat Heshi berbaring, ia meletakkan bingkisan dan bunga yang ia bawa untuk mereka. Heshi menatap Aeris, ia tidak mengingat apapun namun yakin kalau sebelum kejadian itu ia hendak bertemu dengannya
"Semoga cepat sembuh" Ucap Aeris sambil tersenyum tentunya itu hanyalah senyum palsu.
"Lo.... Semalam kita mau jumpa kan?" Ucap Heshi memastikan, dirinya yakin dia memiliki janji dengan Aeris namun tidak tahu juga apa yang ingin mereka bicarakan semalam.
"Hah? Enggak tuh, kita nggak ada janji untuk jumpa dan gua semalaman ada di tempat tinggal gue" ucap Aeris
"Oh iya, gue turut berduka cita atas Hiro" ucap Aeris, ia menggunakan nada yang sendu dan wajah sedih. Mereka berenam pun langsung terdiam karena sudah kehilangan salah satu teman mereka. Lawson menatap pasrah kepada Aeris Yang sepertinya sangat menikmati sandiwara yang sedang ia buat. Dia menikmati ketidaktahuan mereka akan apa yang Aeris lakukan
"Itu bukan bom" ucap Nova, kakinya sedang diperban karena patah, Aeris mencoba menahan senyumnya ketika mengingat dia yang melakukan patah tulang itu sebagai balasan Nova yang ingin melecehkan dirinya
"Bukan bom? Iya gue tahu, karena di berita yang gue lihat, polisi bilang itu bukan bom, jadi apa?" Pancing Aeris
Nova kembali berpikir sebentar dan hanya mengingat sebuah ledakan yang sangat terang hingga membuatnya silau. Sebelum dirinya terhempas ke tembok yang ikut hancur
"Udah Ris, pasti mereka masih perlu waktu untuk pulih" ucap Lawson
"Kalian hanya berdua aja datang ke sini?" Ucap Aqato yang merasa cemburu ketika Aeris datang bersama dengan Lawson
"Iya, kebetulan kami ada kelas yang sama hari ini. Gue mau ke pemakaman Hiro, ruangan bela sungkawa ada dimana?" Ucap Aeris bertanya pada Aqato, laki laki itu menawarkan diri akan membawa mereka ke sana. Aeris masih memiliki bunga untuk diberikan kepada Hiro, mereka bertiga segera keluar dari sana untuk menuju ruangan tempat orang memberikan salam perpisahan pada Hiro
Sesampainya di sana mereka bisa melihat papan bunga di sepanjang koridor, beberapa orang yang mengenal Hiro dan juga keluarganya yang berada di sana. Mereka menatap kedatangan Aeris dan Lawson
"Dia punya banyak keluarga, kenapa bisa dia sejahat itu. Padahal mereka bilang anak dengan keluarga yang lengkap pasti menjadi anak yang baik" batin Aeris
"Hiro dimakamkan nanti malam, dia masih di autopsi" ucap Aqato, Aeris mengangguk mengerti, namun tidak akan ada hasil yang didapat dari autopsi itu, karena Hiro Kurni tewas karena terluka dan serangan tak berencana
"Gue akui gue memang merasa bersalah akan kalian, tapi setelah melihat Vidio kalian semalaman, gue yakin cuman gue yang bisa membalas dendam dari para korban kalian. Kalian lebih kejam, mengambil kehidupan dari orang yang hidup, Mereka harus terus hidup dengan kematian yang kalian berikan. Gue lebih baik, membiarkan Lo benar benar mati, tanpa menanggung malu seperti teman-teman Lo nanti" Ucap Aeris dalam hati