Melihat wajah yang ia lihat malam itu membuat Aeris terdiam dan terpaku, ia memperhatikan wajah ketiga laki laki itu dan yakin kalau itu adalah mereka. Ia juga terkejut kenapa Aqato ada bersama ketiga laki laki itu
"Ris, Lo bilang apa tadi? Itu mereka?" Ucap Lawson yang yakin mendengar Aeris mengatakan laki laki yang baru saja mereka lihat adalah orangnya. Ia memperhatikan wajah mereka dan ingatannya masih menyimpan kuat kalau mereka pernah berpapasan beberapa kali, tentunya ketika mereka bersama Aqato. Lawson tahu mereka berada didalam kelompok yang sama
"Iya itu mereka" ucpa Aeris beranjak dari tempat duduknya, ia ingin menghampiri mereka meski belum tahu apa yang akan ia katakan. Lawson yang melihat pergerakan yang tiba-tiba langsung beranjak dari tempat duduknya untuk mengikuti Aeris, namun baru saja beberapa langkah ia hendak menyusul penjaga cafe memanggilnya karena mereka belum membayar. Terpaksa Lawson harus membayar dahulu sebelum mengejarnya
"Aqato!" Panggil Aeris sambil berjalan mendekat, Aqato dan ketiga temannya langsung berhenti dan melihat Aeris, sesampainya Aeris dihadapan Aqato, ia menatap laki-laki itu dan ketika teman-temannya satu persatu. Ia memperhatikan wajah mereka dan mencoba membaca ekspresinya, mereka menatap Aeris tanpa rasa takut, hanya ekspresi datar pada umumnya yang terlihat. Aeris semakin yakin kalau mereka memang tidak mengingat apapun. Padahal di beberapa bagian muka mereka terdapat luka yang dibuat oleh Aeris semalam dikarenakan pukulannya
"Lo mau kemana?" Ucap Aeris memberikan pertanyaan secara acak
"Oh mau pergi nongkrong bentar sama mereka"
"Mereka teman Lo?" Ucap Aeris bertanya, Aqato mengira Aeris ingin dikenalkan dengan mereka dan segera memberi tahu nama mereka satu persatu
"Oh iya mereka teman gue, Ini Hiro, dia Nova, dan dia Kurni" ucap Aqato, Aeris mengulurkan tangannya dan menyebutkan namanya untuk memperkenalkan diri. Lawson segera datang menyusul Aeris dan Aqato memberikan pandangan permusuhan seperti biasanya. Aeris melihat Lawson sudah berada disampingnya dan merasa tidak baik jika mereka berada di sana terus.
"Oh yaudah, gue cuman mau nanyain tugas kita supaya gue kumpulin secepatnya. Kita bisa kerjain lain waktu, atau bakalan gue kerjakan sendiri aja soalnya tinggal dikit lagi. Bye"
Mereka berdua meninggalkan Aqato dan teman-temannya, Aeris pergi menjauh dari mereka. Hiro, Kurni dan Nova merasa aneh ketika melihat Aeris, mereka merasakan sesuatu yang aneh tapi tidak yakin dengan instingnya masing-masing.
"Mereka beneran gak ingat apa apa, tapi mereka teman Aqato. Apa mereka gak punya niatan yang sama untuk nyelakain gue?" Ucap Aeris bertanya pada Lawson sambil berjalan
"Mungkin dugaan gue bener, mereka cuman mencari mangsa semalam, tapi itu hanya kemungkinan" ucap lawson, meskipun dalam hatinya ia merasa cemas dan curiga seperti Aeris, ia belum menemukan titik terang sehingga berusaha tidak berprasangka buruk terlebih dahulu
"Tapi Aqato nggak ikut sama mereka semalam, mereka berteman dekatkan? Kenapa Aqato gak punya kebiasaan yang sama dengan mereka? Apa Aqato tahu kegiatan keji mereka?"
"Mereka sama" ucap Lawson, membuat Aeris terdiam dan menyadari kalau Lawson mengetahui sesuatu
"Dia benci sama gue, dan dia selalu mempermainkan cewek yang dianggap menarik disini, bahkan perempuan dari kampus lain juga nggak luput dari permainannya. Makanya gue tahu kalau dia lagi menargetkan lu sekarang. Tapi Lo ternyata gak tergoda. Biasanya cewek-cewek mau sama dia karena dia punya visual yang lumayan menarik. Kenapa Lo gak mau sama dia?" Ucap Lawson yang kini memberikan pertanyaan kepada Aeris, ia juga heran kenapa Aeris terlihat sama sekali tidak terpesona dengan wajah Aqato
"Ganteng sih iya, tapi kalau melihat cowok ganteng Gue cuman mengagumi Wajahnya doang nggak sampai baper, gue juga lumayan benci sama cowok ganteng yang sadar kalau dirinya ganteng, biasanya mereka bakalan tinggi hati dan sombong" jelas Aeris, Lawson hanya mengangguk paham karena itu buan pertama kalinya ia mendengar alasan itu
Seperti rencana mereka sejak awal, mereka akan pergi menemui Goblin yang ada di dunia immortal kembali. Tapi mereka harus menunggu Dexter terlebih dahulu agar mereka pergi bersama.
Mereka segera berpisah untuk beberapa saat, Aeris memiliki hal yang harus dikerjakan terlebih dahulu sebelum berangkat. Ia menuju salah satu kamar mandi, saat ia masuk ke dalam toilet tidak ada orang lain di sana. Ia masuk kedalam bilik toilet sebelum orang lain ikut masuk
"Toilet kosong, udah gue cek tadi" ucap seorang perempuan yang berada diluar, Fezi tadinya baru saja keluar sebelum Aeris masuk dan kembali bersama Heshi dan Rary. Aeris mengenali suara itu dan menyadari kalau mereka berjumlah 3 orang. Ia semakin yakin mereka adalah orang yang ada didalam pikirannya
"Nih, kasih sama Hiro nanti, atau sama Kurni" ucap Heshi memberikan sesuatu pada Fezi
"Ck, kali ini berhasil gak yah?"
"Harus, kita bakalan ikut" ucap Heshi
"Dia harus dapat pelajaran" ucapnya lagi
"Kalau terjadi sesuatu gimana?" Ucap Rary, ia masih teringat akan apa yang mereka lakukan pada Licia. Mereka tidak bermaksud untuk membuatnya tewas, meskipun sebagai perempuan Licia juga pasti tidak ingin hidup setelah digilir oleh 3 orang laki laki, namun Rary juga menyesal ikut dalam kasus pembunuhan itu, Sampai sekarang Rary masih dihantui okeh perasaan cemas jika hal itu ketahuan namun ia tidak berani mengatakan kepada mereka, itu terdengar lemah bagi Heshi jadi ia lebih memilih diam atau ia akan menjadi bual bualan mereka.
"Alah, bakalan gue urus"
"Tapi kali ini Aqato gak tahu, gimana dia mau ngurus nya" protes Rary yang tabu Aqato lah yang mengurus sebagai besar kasus mereka, dengan menggunakan kekuasaan ayahnya
"Dia bakalan nurut sama gue" ucap Heshi yakin
Mereka segera keluar dari sana, Aeris memang sengaja diam di dalam untuk mendengarkan semuanya. Meskipun dia tidak tahu apa yang mereka bicarakan namun mereka terdengar melakukan sesuatu tanpa diketahui oleh Aqato, meskipun mereka sebenarnya membutuhkan bantuannya.
Setelah selesai dengan kegiatannya ia segera keluar, seperti yang ia katakan kepada Lawson tadi ia memiliki hal yang harus dikerjakan dan akan kembali ke apartemennya ketika menjelang malam. Lagi pula Dexter lumayan sibuk hari ini sehingga mereka semua hanya memiliki waktu kosong ketika malam
_____________
Ctarrrrrrrrrr
Siang yang cerah kini sudah berubah menjadi malam yang gelap gulita dengan petir yang menyambar. Suara gemuruh terdengar di langit mendominasi suara yang terdengar di telinga setiap makhluk yang hidup. Tanah menjadi basah dan tumbuhan semakin subur, cuaca semakin dingin hingga menembus jaket tebal sekalipun.
Para mahasiswa yang berencana akan menghabiskan waktunya di kampus langsung mengurungkan niatnya. Mereka memilih pulang lebih cepat karena takut hujan semakin deras dan bahaya sangat marak disaat seperti ini
Aeris beri saja menyelesaikan pekerjaannya, ia juga langsung membawa tugas yang ia selesaikan untuk menuju ruang dosen dan meletakkan berkas itu di atas meja dosen. Tidak ada para dosen lagi disana, hanya ada beberapa mahasiswa sepertinya yang mengumpulkan tugas.
"Huhhh.... Dingin banget malam ini, mungkin kami pergi besok aja" ucap Aeris, ia berjalan keluar dan bersyukur hari ini ia membawa mobil, sehingga tidak perlu khawatir basah kuyup
Mobilnya terparkir pada wilayah parkiran yang terbuka, ia keluar dari gedung dan berlari menuju mobilnya agar tidak terlalu basah
Suara derasnya hujan membuat Aeris tidak sadar ada yang menunggu kedatangannya, ketika Aeris baru saja membuka pintu mobilnya dan masuk kedalam, sebuah tangan muncul menutup mulutnya dengan sapu tangan tepat sebelum pintunya ia tutup, Aeris refleks melumpuhkan tangan itu namun ternyata tidak hanya satu orang yang datang, ketika dia berusaha melawan ia tidak tersadar sebuah jarum sudah terbenam dilehernya
Aeris takut dan langsung terhenyak, ia bisa merasakan kesadarannya akan hilang, diantara matanya yang semakin redup ia juga melihat ketiga orang itu dan tahu kalau mereka adalah orang yang sama. Mereka memang merencanakan dirinya sebagai target, ini bukan sebuah kebetulan lagi.
____________
Dingin, itulah yang bisa dirasakan oleh Aeris yang segera tersadar, ia terbaring dilantai beton yang lumayan kotor, disekelilingnya gelap namun juga diisi oleh cahaya samar. Ia masih merasakan pusing dengan mulut nya yang diberi selotip dan kaki dan tangan yang diikat. Mengingat Aeris pandai bela diri membuat mereka mengikatnya lebih erat dan detail. Heshi dan yang lain ingat kalau Aeris menghajar mereka pada malam membunuh Licia
"Kenapa gue gak boleh sentuh dia hah?" Ucap Hiro, ia sudah menunggu untuk melakukan sesuatu pada Aeris namun Heshi mengatakan untuk menunggu Aeris sadar
"Tunggu aja, tujuan kita itu Vidio nya, dia harus sadar supaya penontonnya banyak, gak ada sensasi kalau dia gak ngerasain dan gak berontak. Gue mau dia terlihat menderita" ucap Heshi
"Ck, lama banget dia sadarnya, apa harus kita siram pakai air?"
"Lo gak lihat dia udah basah? Lo bawa dia hujan hujanan kesini" ucap Fezi
Didalam posisi yang terbaring dan membelakangi mereka, Aeris sudah membuka mata dan mencoba untuk tidak bergerak sambil memperhatikan sekitarnya. Ia yakin kalau dia sedang berada di salah satu gudang kampus yang sudah tua. Dan jika dilihat dari beberapa Perkakas yang ada di sana sepertinya gudang ini dipakai untuk mahasiswa fakultas teknik
"Gimana caranya gue kabur? Itu.... Bukannya suara Heshi? Mereka bekerjasama ngerjain gue?" Ucap Aeris dalam hatinya, ia hanya berharap Dexter atau Lawson menyadari keberadaannya kali ini. Namun mereka tidak memiliki janji untuk berjumpa malam ini, dan tidak ada kemungkinan kalau Dexter akan ada ditempat seperti ini, Aeris frustasi tapi masih diam untuk mencari kesempatan
"Guys, atau kita habisi aja dia kayak Licia?" Ucap Rary tiba tiba, Aeris yang mendengar itu langsung tak berkedip menunggu kalimat selanjutnya
"Aqato kayaknya masih mau manfaatin dia" Ucap Hiro, Heshi yang mendengar itu kesal tapi itu ada benarnya
"Kalau Aqato tahu kita ngelakuin ini gue bakalan bilang ini semua ide Lo" ucap Kurnia pada Heshi
"Aman, biar gue yang urus dia, tapi kenapa dia lama banget bangunnya? Seharusnya biusnya udah habis" ucap Heshi
Hiro yang mendengar itu langsung curiga kalau sebenarnya Aeris sudah bangun, ia segera berjalan perlahan lahan mendekat pada Aeris. Mereka semua diam melihat aksinya yang sudah berjongkok dibelakang Aeris
Srettt
Hiro membalikkan tubuh Aeris hingga menjadi telentang dan melihat Aeris sudah menatap parah padanya. Sedari tadi Aeris mendengarkan semuanya dan. Tidak bisa membendung amarahnya, ia tidak bisa tenang ketika tahu mereka lah yang melakukan kebejatan yang menimpa dirinya dan Licia. Meskipun ia memang tidak mengenal Licia ia selalu berada di pihak yang benar dan ditindas
"Wahahahha dia udah bangun! Cepat nyalain kameranya! Pakai topeng kalian!" Teriak Hiro, Aeris langsung memberontak tahu apa yang akan segera terjadi, ia marah dan memendam rasa benci disaat yang sama. Orang yang ia cari adalah mereka, yang membuat ia sekarat malam itu
Ketiga laki laki itu memasang penutup wajah, mereka akan melakukan hal yang sama pada Aeris seperti apa yang mereka lakukan pada Licia. Didalam Vidio itu mereka menggunakan topeng agar hanya wajah Aeris yang terlihat di Vidio yang akan dijual
"Hahaha ayo kita mulai, gue paling suka part ini" ucap Nova, mereka mengelilingi Aeris, Rary dan Fize mulai merekam dengan kamera yang menggunakan flash
Aeris berusaha memberontak, pengikat kakinya sudah dibuka dan dibuka lebar, Aeris menjerit takut dan juga marah pada mereka. Kakinya ditahan agar tidak menendang
"b******k! b******n kalian!!! Aaakhh!" Teriak Aeris yang penutup mulutnya terlepas
"Ini sebabnya Lo gak perlu ikut campur urusan orang lain" ucap Heshi dengan senyum bahagia melihat Aeris menderita
"Pembunuh!"
Plakkk
Rary tidak tahan ketika mereka disebut sebagai pembunuh, ia membenci kalimat itu dan langsung menampar wajah Aeris
Pipinya terasa panas, dan jaketnya sudah dirobek paksa oleh Nova, bajunya yang berlapis membuat mereka kesulitan
"Seharusnya Lo gak jumpa sama kami malam itu, atau setidaknya Lo gak usah selamat. Parahnya lagi Lo selamat dan dekatin Aqato. Lo juga udah tahu rahasia kami. So.... Mungkin Lo punya kalimat terakhir? Lo bisa mikirin kalimat Lo setelah mereka selesai menikmati lo, ih iya mereka juga yang nikmati Licia, siapa tahu Lo pengen tahu penilaian mereka antara Lo dan Licia. Mereka pasti jawab" ucap Heshi santai
Aeris yang terus memberontak untuk menyulitkan mereka bisa mendengar semua kalimat Aeris, ia sudah kesakitan karena wajahnya kerap ditampar agar ia tidak melawan, dan tangannya sudah sakit berusaha lepas.
Citssss
Lagi-lagi, suara itu terdengar lagi ketika Aeris membutuhkannya, Aeris sangat marah sekarang, bahkan ia merasa akan membunuh semua orang yang ada disana sekarang.
Rrekkk
"Aaaaaaakhhhh!!!"
Ketika baju Aeris kembali dirobek, Aeris berteriak kencang, dan tiba tiba cahaya redup yang ada ditangannya semakin menyala membuat mereka semua berhenti dan terdiam menatap apa yang terjadi
PLUUUUGGG........
.............. (Hening)
Srakkk
Brakkkkk
Sebuah suara seperti ledakan gelombang terdengar, disertai Heshi, Fezi, Rary, Hiro, Nova dan Kurnia yang terpental jauh menghantam Dinding gudang hingga hancur
Malangnya, Hiro bahkan mendarat pada benda tajam yang menusuk tubuhnya hingga tembus dari belakang dan tembus kedepan.