28

1719 Kata
Brak Suara pintu yang ditutup segera terdengar dari tempat tinggal Aqato, laki-laki itu baru saja selesai bersiap-siap untuk pergi ke tempat lain, ia sudah memakai pakaian yang rapi dan menuju tempat mobilnya ia parkir kan. Hari ini ia hendak menjalankan aksinya kembali, ia mendengar kalau hari ini Aeris memiliki kelas di kampus dan dia berencana untuk ikut masuk di kelas yang sama meskipun seharusnya ia tidak berada di sana. Dosen tidak akan mempermasalahkan kalau ada mahasiswa yang ingin bergabung di kelas mereka, lagi pula dia akan bergabung diam-diam untuk mengambil tempat yang sama dengan Aeris. Sesampainya Ia di kampus, Aqato segera menuju ruangan kelas, ia mengetahui jadwal kuliah Aeris dari teman-temannya yang ada di dalam himpunan mahasiswa. Dikarenakan ia selalu menanyakan tentang Aeris disana, para kenalannya mengira kalau ia sudah menyukai perempuan lain dan mencampakkan Heshi "Aqato!" Ucap seorang perempuan yang datang jauh lebih cepat dibanding dirinya, Aqato langsung melihat ke belakang dan menemukan pacarnya yang menatap marah "Ternyata benar yah yang dibilang mereka, Lo sampai mau masuk ke kelas cewek itu hah? Apa perlu sampai segitunya lo ngejar dia, Lo bilang cuma main-main sama dia tapi kenapa lo malah ngelupain gue? Lo gak membalas dan mengangkat telepon gue tadi malam" ucap Heshi kesal, belakangan ini ia merasa sangat terabaikan, dan langsung mencari tahu apa saja kegiatan Aqato. Ia tahu pacarnya tidak mungkin sibuk bekerja ataupun belajar "Ck, lu ngapain disini? Gue mau masuk kelas" "Lo mau masuk kelas yang bukan kelas Lo, gue udah denger dari teman-teman yang lain kalau Lo mau bergabung ke ruangan Aeris" "Ohh.... Lo udah dengar, yaudah kalau gitu gue nggak perlu ribet ribet untuk jelasin lagi" "Beb??!!" Ucap Heshi tak percaya, ia mulai frustasi lagi melihat tingkah Aqato padanya. Ia kehabisan kata-kata karena orang yang dihadapi ini sangat keras kepala dan sudah biasa memperlakukannya dengan cara yang sama. Tapi Heshi tidak bisa melepaskan pacarnya itu begitu saja, mereka sudah berbagi banyak rahasia dan ia masih sangat membutuhkan Aqato "Gue ikut" ucap Heshi lagi, ia tidak ingin membiarkan Aeris menjadi penghalang antara mereka berdua setidaknya ia ingin menyaksikan langsung bagaimana pacarnya itu akan bermain wanita. "Mau ikut? Yang ada dia bakalan Lo habisin sebelum ada Di tangan Gue, lebih baik Lo cari kerjaan lain" "Apa salahnya kalau Gue nyerang dia langsung? Kalau Lo memang mau dia kenapa gak langsung kita habisi aja dia kayak temannya itu, Lo bisa nikmati dia dan habis itu gue hajar habis-habisan" "Hust......" Tangan Aqato langsung terulur untuk menutup mulut Heshi dengan jari telunjuknya. Mereka memang berada di tempat yang tidak ramai tapi bisa saja kalimatnya itu didengar oleh orang lain "Kalau caranya begitu gue juga bisa, tapi itu namanya pemaksaan kan, kali ini gue harus menang lagi dan dia yang harus nyerahin dirinya sama gue. Setelah itu terserah sama Lo oke? Lo bakalan menangani sisanya aja" tawar Aqato, dia menyadari bahwa sebentar lagi para mahasiswa Yang akan masuk ke dalam kelas akan mulai berdatangan dan ia harus cepat datang ke ruangan agar bisa melihat di mana Aeris duduk. Selain mencari tahu jadwal kuliah Aeris, ia jika mendapatkan informasi mengenai kebiasaan Aeris untuk selalu mengambil tempat duduk paling depan Tanpa menunggu jawaban Heshi lagi, kini Aqato sudah sampai di kelas yang masih berisikan beberapa orang, ia memperhatikan sekitarnya dan benar saja seperti yang orang lain katakan. Aeris sangat cepat masuk kelas dan langsung mengambil bangku depan dan bagian sudut. Aqato segera menuju barisan depan dan mengambil kursi yang ada di sebelahnya Saat ia baru saja tiba Aeris belum menyadari keberadaannya karena asyik membaca buku besar yang ia bawa. Aqato sudah melirik nya berharap kalau Aeris akan menotice kehadirannya "Lo baca buku apa?" Ucap Aqato memulai aksinya dan melirik buku bacaan Aeris, menyadari hanya ada dirinya yang akan diajak bicara membuat Aeris langsung melihat lawan bicara yang ada di sampingnya. Tangannya juga langsung refleks menutup buku pemberian Dexter sebagai buku pinjamannya "Ck, Lo lagi? Kenapa lo ada di kelas ini?" Heran Aeris, ia memang tidak menghafal semua teman sekelasnya, tapi wajah-wajah mereka sudah dihafal oleh otaknya dan selama ini dia tidak pernah melihat Aqato masuk ke dalam salah satu kelas kuliahnya "Gue mau mengulang mata kuliah ini, sebenarnya ada beberapa mata kuliah. Gue baru mengatur ulang jadwalnya kemarin" jelasnya Hal pertama yang terlintas di benak Aeris mengenai Aqato adalah betapa bodohnya laki-laki itu sehingga harus mengulang mata kuliahnya lagi. Matanya bahkan tidak bisa berbohong ketika melihat Aqato yang sangat percaya diri saat mengatakan ia mengulang beberapa mata kuliah. "Gue gak bodoh, gue mengulang karena gue malas aja kuliah, gue kesini cuman mengejar gelar doang. Kalau masalah pekerjaan gue udah punya banyak penghasilan" sombong Aqato yang bisa menebak pikiran setiap orang jika ia mengatakan mengulang mata kuliahnya. Terlebih lagi dia juga sudah mendapatkan julukan mahasiswa abadi di kampusnya "Terserah Lo" ucap Aeris malas dan mengganti bukunya menjadi buku catatannya, ia memasukkan buku Dexter kembali ke dalam tasnya "Lo punya pacar gak?" Ucap Aqato lagi, Dosen mereka baru saja masuk dan para mahasiswa yang barusan datang langsung berbondong-bondong untuk mengambil tempat duduk "Hei, Lo belum menjawab pertanyaan gue" panggil Aqato, bahkan kini tangannya sudah berani untuk menyentuh lengan Aeris "Heh, Jangan sentuh gue!" Ucap Aeris memberikan peringatan dengan penekanan di setiap kalimatnya, ia juga mengacungkan jari telunjuknya di depan wajah Aqato "Makanya jawab pertanyaan gue dong, gue kan nanyain lo baik-baik" "Bacot!" ucap Aeris lagi, tetapi mendengar jawaban itu justru membuat Aqato tersenyum, ia terus menatap wajah Aeris dengan kepalanya yang berpangku tangan pada tangannya. Bukannya merasa canggung dilihat dengan cara seperti itu oleh Aqato yang termasuk laki-laki tampan, Aeris justru merasa jenuh dan memutar bola matanya malas, mengalihkan perhatiannya setelah melirik tingkah Aqato. Ia lebih memilih untuk memperhatikan dosen yang menjelaskan Diantara Aeris dan Aqato yang sibuk dengan urusannya masing-masing, Lelia yang duduk beberapa jarak di belakang mereka memperhatikan dari jauh. Meskipun jaraknya sangat tidak memungkinkan untuk menangkap percakapan antara mereka berdua, telinganya yang bisa mendengar dengan tajam terus berusaha memilah dan mengenali suara mereka berdua diantara suara-suara yang mengisi ruangan itu. Lelia bisa mendengarkan semuanya dan sadar kalau aqato sejak tadi terus menggoda Aeris, sementara Aeris sepertinya tidak memiliki ketertarikan apapun kepadanya. Lelia sedikit bingung kenapa hasrat di dalam tubuh Aqato sepertinya sangat besar kepada Aeris, dan ia juga menyadari kalau Aqato hanya manusia biasa "Jadi dia murni tertarik sama Aeris? Bukan karena dia Wizard yang lagi dibicarakan?" Batinnya, pasalnya dalam kondisi seperti ini pasti beberapa makhluk lain akan mendekati Aeris dengan maksud tertentu. Namun status Aqato sebagai manusia biasa menunjukkan tidak mungkin kalau Ia mendekati dikarenakan status itu, ia bahkan tidak kalau kalau Aeris adalah Wizard Waktu segera berlalu begitu saja, setelah lama mereka mengikuti pelajaran dari dosen kini mereka segera keluar dari kelas untuk pergantian mata kuliah. Masing-masing mereka memiliki jadwal yang berbeda sehingga menuju kelas yang berbeda lagi "Habis ini jadwal lo Udah kosong kan? Gimana kalau kita mencari makan bersama" ucap Aqato yang masih berjalan mengikuti Aeris "Gue sibuk" "Sibuk apa? Oh iya nanti tugas praktikum yang disuruh sama dosen kita kerjain bareng aja, gue punya teman yang menjaga laboratorium supaya bisa kita gunain nanti, lo bisa request kapan waktunya" "Gak perlu, gue juga punya teman yang bisa bantu gue, bye" Grepp Karena sedari tadi diabaikan oleh Aeris, Aqato akhirnya merasa mulai kesal dan langsung menahan tangannya. Ia tidak terima jika ditinggalkan begitu saja oleh perempuan. "Lo kok mengabaikan gue terus dari tadi? Gue udah bersikap baik sama lo jadi setidaknya lo juga harus menerima gue sebagai teman lo" nada Aqato mulai terdengar kesal "Dari awal gue udah tahu kalau lu punya maksud sesuatu sama gue, walaupun gue belum yakin apa itu tapi cara melihat gue dan cara mendekati gue, memperlihatkan kalau sebenarnya lo butuh sesuatu dan menginginkan sesuatu. Ya kan?" "Memang gue menginginkan sesuatu dari lo yaitu pertemanan" Mereka sudah berada di lapangan dan matahari yang tadinya ditutup oleh awan kini bisa bersinar terang tanpa dihalangi lagi, sehingga cuaca yang tadinya lumayan dingin dan mendung langsung berubah menjadi cerah. Aeris menyipitkan matanya karena kesilauan saat melihat Aqato, ia merasa sangat aneh ketika ada orang yang mendekatinya dengan cara seperti ini, dan memiliki niat untuk menjadi temannya. Belakangan ini ia memang memiliki teman-teman baru, yang awalnya Ia hanya memiliki Vulia sebagai temannya yang jarang bisa bertemu. Kini ia memiliki Lawson dan juga Dexter, kedua laki-laki itu berasal dari kalangan kaum Immortal. Tapi Aqato hanya manusia biasa sehingga membuatnya heran Aqato juga berpacaran dengan perempuan yang terlihat tidak senang padanya, Bahkan saat mereka sedang berdiri dan bicara sekarang, Aeris bisa merasakan tatapan tajam dari Heshi yang berdiri beberapa meter di belakang sebelah kiri Aqato. "Oke, teman doang kan? Yaudah gue pergi dulu, udah ada yang nungguin lo tuh" ucap Aeris memberikan isyarat menunjuk kepada Heshi dengan gerakan kepalanya. Aqato langsung melihat ke belakang sebelah kirinya, Heshi langsung tersenyum padahal awalnya ia menatap kesal. Berbeda dengan Aqato yang langsung memberikan tatapan datar dan jenuh nya. Aeris meninggalkan mereka berdua, ia sudah memiliki janji dengan Dexter untuk mencoba percobaan lain untuk mengeluarkan kekuatannya. Mereka masih gagal kemarin dan kali ini mereka akan menggunakan media pembantu "Lo ngapain terus-terusan muncul?" Ucap Aqato setelah Heshi mendekat kepadanya "Apa salahnya?" "Gue lagi bicara sama Aeris dan gue tahu kalau lu melihat dia dengan tatapan nggak enak. Setiap gue lagi deketin cewek lo bakalan menyerang mereka, gue enggak pernah melarang orang melakukan itu tapi jangan sampai merusak rencana gue. Lo harus lihat kondisinya juga, Ck" kesal Aqato, ia bahkan berkacak pinggang dan menghembuskan nafasnya kasar "Hai guys" ucap seseorang yang hadir di antara mereka, Heshi melirik perempuan yang baru saja datang dan merasa tertampar visual olehnya "Kayaknya gue lebih cantik deh Tapi kok dia kelihatan lebih menarik dari gue?" Batin Heshi memperhatikan penampilan Lelia dari wajah hingga ke ujung kakinya, ia sangat yakin kalau dirinya memiliki wajah yang lebih cantik namun entah kenapa Rasanya ia kalah dibandingkan dengan Lelia "Lo....?" "Oh kenalin gue Lelia" ucapnya memperkenalkan diri "Gue ada dikelas yang sama sama Lo, gue ada di bangku belakang dan gue ikut program pertukaran mahasiswa. Jadi gue butuh bantuan untuk tugas kuliah tadi. Lo teman perempuan yang aktif di kelas tadi kan? Kalau kalian lagi ngerjain tugas gua boleh ikut gabung nggak?" Lanjutnya Aqato menatap penampilan Lelia sebentar, ia merasa tidak ada salahnya untuk menarik dua tangkapan dalam satu umpan. "Oke, gue bakalan bantuin Lo. Nama gue Aqato" ucapnya, dan untuk kesekian kalinya perasaan Heshi semakin gundah seakan-akan saingan nya semakin banyak kali ini
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN