Lahirnya Shilin Dan Kepergian Guru Zhao

2228 Kata
Saat yang dinantikan semua orang akhirnya tiba yaitu penyelenggaraan sayembara untuk menentukan ketua sekte yang baru menggantikan Guru Zhao yang sudah memutuskan untuk meninggalkan markas sekte dan juga dunia fana karena akan menetap di nirwana. Semua orang sudah berkumpul di aula, tentu saja sudah tak sabar menyaksikan pertarungan dari ketiga orang yang menyatakan sebagai peserta dari sayembara ini, yang tampaknya sesaat lagi akan berlangsung. Di sisi lain, Yaoshan sudah berada di dalam aula, mengenakan pakaian nyaman agar dia bisa bergerak dengan leluasa saat pertarungan terjadi. Yaoshan cukup gugup menghadapi sayembara ini, mungkin karena dia tahu lawannya tidaklah mudah. Seseorang yang memberinya kekuatanlah yang akan berhadapan dengannya nanti demi memperebutkan posisi ketua sekte. “Aku tidak akan kalah dari Jingmi. Aku harus memenangkan sayembara ini agar aku bisa menjadi ketua sekte dan baru. Aku harus bisa mewujudkan tujuan dan rencanaku.” Kalimat-kalimat itu yang terus digumamkan Yaoshan dalam kesendiriannya. Ya, semenjak pengumuman sayembara itu berakhir, Yaoshan selalu sendirian karena keberadaan Jingmi tak dia ketahui. Mentornya itu tiba-tiba menghilang bagai ditelan bumi, bahkan dia tak pulang ke kamar mereka saat malam tiba. “Huh, kekecewaan yang kurasakan karena pengkhianatan Jingmi ini, aku pasti akan membalasnya saat kami bertarung nanti. Aku pasti akan menang.” Itulah tekad Yaoshan karena menganggap Jingmi yang memutuskan mengikuti sayembara ini sebagai pengkhianatan untuknya. Setelah cukup lama menunggu sehingga keriuhan terdengar membahan di dalam aula dari semua orang yang sudah tak sabar untuk menyaksikan sayembara langsung, akhirnya sang tokoh utama menampakan batang hidung. Guru Zhao baru saja tiba bersama dengan Jingmi yang rupanya datang bersamanya. Melihat Jingmi yang berdiri di samping Guru Zhao tentu saja membuat Yaoshan semakin geram dan berpikir buruk tentang mentornya tersebut. “Huh, dia pasti sengaja mendekati Guru Zhao karena ingin berbuat curang. Dia pasti melakukan sesuatu agar bisa membujuk Guru Zhao agar nanti memilihnya sebagai ketua sekte untuk menggantikannya. Ya, aku yakin tindakan curang itu yang sedang dilakukan Jingmi. Dasar pengkhianat.” Umpatan demi umpatan mengalun dari mulut Yaoshan yang tampaknya sudah kehilangan kepercayaannya pada Jingmi yang dulu sangat dia percayai. “Kalian pasti sudah lama menunggu karena itu tidak perlu membuang waktu lagi … sayembara ini kita mulai sekarang. Silakan peserta nomor satu dan nomor dua untuk maju ke depan dan memulai pertarungan kalian.” Pengumuman itu bisa dikatakan sebagai aba-aba dari Guru Zhao bahwa sayembara telah dimulai. Dua peserta yang disebutkan pun kini sudah maju ke depan dan saling berhadap-hadapan yang tidak lain merupakan Jingmi dan pria bernama Jingguo. Pertarungan di antara mereka pun dimulai. Serangan demi serangan ditunjukan oleh keduanya sehingga awalnya pertarungan sengit yang disaksikan oleh semua orang terjadi di antara kedua peserta. Mereka sama-sama menunjukan kekuatan dan kemampuan bela diri mereka, tapi tentu saja tak membuat siapa heran saat kekuatan Jingmi lebih unggul. Setelah sempat seimbang, akhirnya serangan Jingmi lebih unggul, berhasil memukul telak lawannya sehingga tak berkutik dan menyadari kekuatannya tidak sebanding dengan Jingmi. “Aku menyerah dan mengaku kalah!” Hingga pengakuan keras dan lantang itu keluar dari mulut Jingguo sehingga pemenang dari pertarungan ini pun sudah ditentukan. Jingmi adalah pemenangnya. Suara tepuk tangan tak lama terdengar bergemuruh, berasal dari para penonton yang tampak puas dengan pertarungan di antara dua peserta yang disuguhkan, juga hasilnya yang sesuai dengan perkiraan mereka. Mereka tak heran Jingmi yang terkenal kuatlah yang keluar sebagai pemenang. “Kita sudah mendapatkan satu pemenang, sekarang peserta nomor tiga, silakan maju!” Aba-aba dari Guru Zhao kembali mengalun. Semua orang kini menantikan kedatangan orang yang akan menjadi lawan Jingmi selanjutnya. Sebenarnya inilah pertarungan yang sudah sangat menantikan yaitu antara sepasang mentor dan anak asuh yang sebentar lagi akan berlangsung. Semua orang menahan napas saat sosok Yaoshan tampak sedang berjalan ke depan hingga dia pun kini berdiri berhadap-hadapan dengan Jingmi yang akan menjadi lawannya. “Pertarungan dimulai!” Dan saat aba-aba dari Guru Zhao mengalun lantang, pertarungan antara mentor dan anak asuhnya itu pun dimulai. Sangat wajar jika pertarungan yang berlangsung itu sangat sengit dan seimbang. Kemampuan bela diri maupun tenaga dalam yang mereka perlihatkan pun sama persis, tak ada yang berbeda. Bahkan gerakan serangan mereka pun sama. Semua orang menahan napas menyaksikan pertarungan di antara dua cultivator dengan tingkat tinggi itu. Semua kekuatan dan kemampun kedua peserta sayembara kini sedang dipertontonkan di hadapan semua orang. Tak ada yang bisa menebak siapa yang akan keluar sebagai pemenang karena kekuatan kedua peserta yang memang seimbang. Hingga tampak Yaoshan lebih unggul ketika satu pukulannya mengenai d**a kiri Jingmi. Jingmi tampak kesakitan karena dia kini memegangi d**a kirinya yang baru saja terkena hentaman keras kepalan tangan Yaoshan. Dan kondisinya itu dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Yaoshan. Sang pangeran menyerang Jingmi secara bertubi-tubi, dan sang mentor yang awalnya selalu melancarkan serangan dan melakukan perlawanan saat diserang oleh anak asuhnya, kini telah mulai tak berdaya. Beberapa kali serangan Yaoshan berhasil mengenai tubuh Jingmi karena dengan cerdasnya Yaoshan menyerang titik vital pada tubuh manusia yang sudah dia ketahui pasti letaknya sehingga tak sulit baginya membuat Jingmi terkapar tak berdaya. Apalagi ada tenaga dalam tingkat tinggi yang ikut disalurkan Yaoshan di setiap pukulan tangan dan tendangan kakinya. “Jingmi, apa kau sudah menyerah dan mengaku kalah?” tanya Guru Zhao seraya memeriksa kondisi Jingmi yang terbaring dengan napasnya yang terlihat memburu karena dadanya naik turun dengan cepat. Pria itu juga tampak terluka cukup parah di bagian d**a akibat serangan keras yang diberikan Yaoshan. Jingmi tak mengeluarkan suara sepatah kata pun, tapi demi menjawab pertanyaan sang guru agung, dia pun mengangguk-anggukan kepala sebagai jawaban yang dianggap Guru Zhao maupun semua orang sebagai pernyataan bahwa dia menyerah dan mengakui kekalahannya. “Pemenangnya Liu Yaoshan. Dengan ini sudah dipastikan Yaoshan yang memenangkan sayembara dan dia yang akan menjadi ketua sekte yang baru menggantikan posisiku.” Sebenarnya semua orang sangat terkejut dan sulit mempercayai hasil sayembara ini karena yang mereka yakini akan menjadi pemenang sayembara dan menjadi ketua sekte yang baru adalah Jingmi alih-alih Yaoshan yang baru lima tahun menuntut ilmu sebagai murid sekte Tao. Berbeda jauh dengan Jingmi yang sudah menjadi murid sekte Tao sejak berusia sebelas tahun. Kekuatan Jingmi pun sudah tak diragukan lagi, dirinya digadang-gadang yang paling pantas menduduki posisi sebagai ketua sekte menggantikan Guru Zhao. Namun, inilah hasil dari sayembara itu. Mau tidak mau, percaya tidak percaya, Yaoshan pemenangnya dan dengan ini sudah dipastikan dialah yang akan menggantikan posisi Guru Zhao sebagai ketua sekte. Tak ada seorang pun yang berani berkomentar atau mengajukan protes, semua dengan lapang d**a menerima kenyataan mengejutkan ini. *** Acara penobatan Yaoshan sebagai ketua sekte yang baru dihadiri oleh semua murid sekte Tao. Tentu saja Guru Zhao pun berada di sana karena dialah yang meresmikan Yaoshan sebagai ketua sekte Tao yang baru menggantikan dirinya. Semua pasang mata tertuju pada Yaoshan dan Guru Zhao yang berdiri di depan. Sang guru agung sekaligus pendiri sekte Tao tampak sedang memegang sebuah pedang. Lalu dia menyerahkan pedang itu pada Yaoshan. “Itu pedang guardian. Pedang yang sudah diisi dengan kekuatan sihir yang sangat hebat. Pedang itu senjata kesayanganku, dan satu-satunya senjata yang kugunakan saat terlibat pertarungan. Tapi karena kau sekarang menggantikan posisiku sebagai ketua sekte, aku memutuskan untuk menyerahkan pedang guardian padamu. Pedang itu menjadi tanda bahwa kini kau sudah resmi menggantikan aku menjadi ketua sekte Tao.” Semua orang menahan napas saat melihat pedang guardian yang dikenal sebagai pedang legendaris itu kini berada di tangan Yaoshan, tak ada yang sanggup membantah lagi karena pria itu benar-benar sudah diresmikan sebagai ketua sekte Tao yang baru. Bahkan pedang milik sang guru agung pun kini sudah resmi menjadi miliknya. “Yaoshan karena sekarang kau merupakan ketua sekte Tao, aku akan mengganti namamu juga.” Yaoshan melebarkan mata, karena dia tak pernah tahu pergantian nama akan terjadi juga setelah dirinya resmi menjadi ketua sekte. “N-namaku akan diganti, Guru?” tanya Yaoshan memastikan sekali lagi dirinya tak salah mendengar. Guru Zhao mengangguk. “Ya, karena ini hal yang penting. Sebuah nama akan menjadi ciri khasmu, dan diharapkan akan menjadi penuntunmu agar kelak kau menjadi orang yang lebih baik lagi. Nama itu sebuah doa, sebuah harapan. Dan alasanku ingin mengganti namamu dan memberikan nama baru untukmu karena ini tidak lain sebagai bentuk doa dan restuku untukmu sebagai penggantiku, pewarisku.” Yaoshan meneguk saliva, padahal nama Liu Yaoshan merupakan nama pemberian orang tuanya yang tentunya sudah ayah dan ibunya pikirkan baik-baik sebelum memberikan nama itu padanya ketika dia lahir ke dunia. Namun, di sisi lain Yaoshan sadar dia tidak bisa menolak doa dan restu dari sang guru agung. Yaoshan pun mengangguk setuju. “Baik, Guru. Aku akan menerima nama apa pun yang kau berikan.” Guru Zhao mengangguk disertai senyum karena lega Yaoshan mematuhi perintahnya. Tatapan pendiri sekte Tao itu pun kini tertuju pada semua muridnya yang sedang berbaris dan tidak sabar menantikan nama apa yang dia berikan pada ketua sekte yang baru. “Kalian semua muridku yang hebat. Dengarkan pesan terakhir dariku ini.” Semua orang menundukan kepala dengan serempak, bersiap meresapi kata demi kata yang sesaat lagi akan terlontar dari mulut seseorang yang begitu mereka segani dan hormati. “Mulai hari ini sekte Tao telah mendapatkan ketua yang baru. Kalian harus mematuhi setiap perintah dan ucapannya. Melanggar perintahnya artinya kalian telah melakukan dosa tingkat tinggi dan hukuman berat yang akan kalian dapatkan.” Tak ada yang bersuara, keheningan melanda di aula asrama karena semua murid tampak fokus mendengarkan perkataan sang guru agung yang tengah mengutarakan pesan terakhirnya sebelum dia pergi meninggalkan markas sekte untuk selamanya. “Aku resmikan ketua sekte yang baru pada Liu Yaoshan yang mulai detik ini berganti nama menjadi Shilin. Semoga tindakan yang akan kau lakukan kedepannya seperti arti namamu. Shilin artinya cerdas … seseorang yang bisa membedakan antara yang benar dan yang salah.” Yaoshan merasakan kenyamanan dalam hatinya begitu nama itu disematkan padanya. Shilin … ya, entah kenapa nama itu membuat hatinya bergetar. Dan sejak saat itu tak ada lagi sosok pria lemah, cengeng dan manja yang bernama Liu Yaoshan, karena yang ada sekarang adalah sosok pria kuat, mandiri dan tegas bernama … Shilin. *** Raut sedih dan duka itu terlihat jelas tercetak di raut wajah semua orang. Walau itu sesuatu yang wajar mengingat perpisahan dengan Guru Zhao akan segera terjadi. Semua murid sekte Tao tengah berdiri di depan markas sekte, siap melepas kepergian Guru Zhao untuk selamanya dan tak akan pernah kembali lagi karena dia yang memutuskan untuk menetap di nirwana. Tentu sang ketua sekte yang baru … Shilin … pun berada di sana. Berada di barisan paling depan karena sudah siap mengantar kepergian sang guru agung sekaligus penyelamat nyawanya lima tahun yang lalu di saat hampir saja dia kehilangan nyawa. Seseorang yang begitu berperan besar hingga lahirlah sosok dirinya yang sekarang. Sosok Guru Zhao tampak keluar dari dalam markas, tidak sendirian karena ada Jingmi yang berjalan di belakangnya. “Ah, kalian semua mengantar kepergianku rupanya. Semoga kenangan saat kita menjalani kehidupan bersama-sama di sekte ini akan selalu dikenang dan tidak akan pernah terlupakan. Semoga hidup kalian kedepannya akan menjadi jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Aku juga berharap kalian selalu menjadi orang bijak dalam menggunakan kekuatan yang kalian miliki. Ingat, kekuatan yang kalian dapatkan dari sekte ini harus dipergunakan untuk kebaikan. Jangan pernah dimanfaatkan untuk sesuatu yang salah apalagi sampai melakukan tindakan tidak manusiawi. Kalian tidak boleh melupakan pesanku ini dan harus kalian ingat sampai kapan pun.” “Tentu, Guru. Kami akan selalu mengingat dan melaksanakan pesan anda ini.” Sahutan itu terdengar dari salah satu murid sekte yang berani mengeluarkan suara untuk mewakili murid yang lain yang memilih diam dengan kepala tertunduk dalam karena tak sanggup menahan kesedihan akibat perpisahan yang memilukan ini. Tatapan Guru Zhao pun tertuju pada Shilin yang sejak tadi tak mengerluarkan suara sepatah kata pun untuk menyahuti perkataannya. “Shilin, bisa kau ikut aku sebentar.” Shilin terenyak, tampak terkejut karena sang guru agung tiba-tiba meminta hal tersebut. Tentu saja dia tak mungkin menolak sehingga anggukan setuju yang dia berikan. Kini dia mengikuti langkah Guru Zhao yang entah akan mengajaknya ke mana karena pria tua itu membawanya menjauh dari barisan murid sekte yang lain. Kini mereka berada cukup jauh dari barisan murid sekte sehingga sudah dipastikan tak akan ada yang mendengar pembicaraan mereka. “Shilin, apa kau tahu alasanku memanggilmu ke sini?” tanya Guru Zhao. Shilin menggelengkan kepala karena sungguh dia tak tahu menahu alasan Guru Zhao memanggilnya dan mengajaknya bicara berdua seperti ini. Namun, sungguh dia penasaran bukan main, ingin mengetahui alasannya. “Ini karena aku ingin mengingatkan sekali padamu. Jangan pernah kau mengingkari ucapanmu dulu bahwa kau tidak akan pernah menggunakan kekuatanmu untuk balas dendam pada orang-orang yang telah menyakitimu di masa lalu. Gunakanlah kekuatanmu untuk kebenaran dan kebaikan. Apa kau mengerti? Jangan pernah ingkari kata-katamu dan jangan pernah kau abaikan pesanku ini.” Shilin mengangguk tanpa ragu. “Tentu saja, Guru. Aku tidak akan mengingkari kata-kataku dan aku akan selalu mengingat pesan anda.” Guru Zhao mengangguk disertai senyum, dia lantas memeluk Shilin, menepuk-nepuk punggungnya seolah di matanya Shilin merupakan seorang putra yang begitu sakit untuk dia tinggalkan. Lalu setelah itu perbincangan di antara mereka pun berakhir. Guru Zhao dan Shilin kembali mendekati barisan murid sekte yang tentunya ingin menyaksikan dengan mata kepala mereka detik-detik Guru Zhao meninggalkan dunia fana menuju nirwana. Air mata terus berjatuhan dan suara isak tangis semua murid sekte terdengar mengalun ketika Guru Zhao akhirnya melambaikan tangan sebagai salam perpisahan, sebelum sosoknya diselimuti cahaya keemasan lalu terbang perlahan ke langit hingga akhirnya benar-benar lenyap dari pandangan semua orang. Sang pendiri sekte Tao pun benar-benar telah pergi untuk selamanya dan tak akan pernah kembali lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN