Rencana Untuk Kembali Ke Istana

2267 Kata
Enam bulan berlalu sejak kepergian Guru Zhao dan Shilin yang menduduki posisi sebagai ketua sekte. Sejauh ini tak ada masalah berarti yang terjadi. Shilin berhasil menjalankan tugasnya dengan baik sehingga orang-orang yang sempat meragukan kemampuannya untuk menjadi ketua sekte, akhirnya bungkam dan menerima bahwa keputusan meresmikan Shilin sebagai ketua sekte yang baru memang keputusan yang tepat. Shilin sudah tidak lagi menempati asrama karena dia kini menetap di markas utama sekte Tao di mana di sanalah Guru Zhao biasanya menetap saat masih menjadi ketua sekte. Shilin sudah berusaha menjalankan tugasnya sebagai ketua sekte sebaik mungkin. Hanya saja tetap ada sesuatu yang mengganjal hati dan pikirannya, membuatnya tak bisa tenang hingga detik ini. “Apa anda memanggil saya, Ketua?” Shilin yang sempat melamun itu tersentak kaget saat telinganya tiba-tiba mendengar sebuah suara. Saat berbalik badan, dia mendapati sosok Jingmi sedang berdiri sambil menunduk memberikan salam dan penghormatan sebagai bentuk sopan santun pada ketua sekte. “Sudah kukatakan jangan bicara formal seperti itu padaku saat kita sedang berduaan seperti ini,” ucap Shilin tampak jengkel pada perubahan sikap Jingmi setelah dirinya menjadi ketua sekte. Padahal walau dirinya sudah menjadi ketua sekte, Shilin tetap menganggap Jingmi sebagai orang terdekatnya dan satu-satunya orang yang dia percaya di sekte Tao. Memang benar saat sayembara berlangsung dia sempat marah dan kecewa pada Jingmi yang dia anggap telah berkhianat. Namun, kini Shilin mengetahui kebenarannya. Selama ini dia tak tahu bahwa Guru Zhao sudah lama memutuskan akan pergi ke nirwana karena itu dia sudah menyiapkan sayembara tersebut. Satu-satunya orang yang mengetahui rencana sang guru agung adalah Jingmi. Pria itu diminta untuk mengikuti sayembara karena siapa pun yang berhasil mengalahkannya dalam sayembara jelas akan dipercaya memiliki kekuatan luar biasa mengingat kekuatan Jingmi sudah tak diragukan lagi oleh semua murid sekte. Shilin merasa apa yang dilakukan Jingmi dan Guru Zhao tidak lain untuk membuat semua murid sekte menerimanya sebagai ketua sekte yang baru. Ya, entah kenapa Shilin berpikir bahwa sejak awal Guru Zhao memang sudah merencanakan posisi ketua sekte diserahkan padanya, dan mungkin Jingmi diminta untuk mengalah saat pertarungan terjadi dalam sayembara. Hal ini agar Shilin bisa keluar sebagai pemenang. Ada pun alasan Shilin memiliki pemikiran seperti itu karena dia tak habis pikir dirinya bisa mengalahkan Jingmi semudah itu mengingat kekuatan mantan mentornya itu jelas lebih tinggi darinya. “Apa yang ingin kau katakan, Ketua? Kenapa memanggilku ke sini?” Lamunan Shilin buyar karena satu pertanyaan yang terlontar dari mulut Jingmi. Dia pun mendengus keras. “Huh, memangnya kenapa aku harus memiliki alasan jika ingin memanggilmu ke sini? Tidak boleh ya aku memanggilmu jika tidak ada urusan apa pun?” Ditanya seperti itu oleh ketua sekte, Jingmi terdiam seolah kebingungan memberikan jawaban. Dan kediaman Jingmi itu kembali mengundang dengusan keras meluncur dari mulut Shilin. “Hanya bercanda. Kau selalu saja serius. Sekali-kali kau harus belajar bercanda.” “Jadi, apa yang ingin kau katakan?” Shilin memutar bola mata, mulai gemas pada keseriusan dan kekakuan pria yang usianya lima tahun lebih tua darinya itu. “Huh, kau ini serius sekali. Baiklah, aku tidak akan berbasa-basi lagi.” Shilin menghela napas panjang dan mengembuskannya dengan perlahan seolah tengah mengumpulkan tekad besar untuk menyampaikan entah apa pun yang akan dia katakan pada Jingmi. “Sebenarnya ada masalah yang selalu mengganjal dan mengganggu pikiranku. Walau aku mencoba menyingkirkannya, aku tetap tidak bisa.” “Masalah apa itu, Ketua?” Shilin pun menatap Jingmi dengan serius. “Ini tentang tujuan dan keinginanku untuk mengambil kembali semua milikku yang sudah direbut dariku. Aku ingin pergi ke istana kerajaan Qing untuk mewujudkan alasanku sampai menjadi murid di sekte Tao bahkan kini menjadi ketua sekte.” Jingmi melebarkan mata karena awalnya dia berpikir Shilin sudah melupakan masa lalunya yang memilukan itu. “K-kau berencana untuk pergi ke istana kerajaan Qing?” tanyanya memastikan tak salah menyimpulkan. Shilin mengangguk tanpa keraguan. “Ya, aku akan pergi ke istana kerajaan Qing untuk …” Shilin memejamkan mata seolah tengah mengumpulkan tekad sebelum kedua matanya kembali terbuka dan terlihat aura kebencian yang sangat besar dalam sorot matanya. Jingmi sekalipun tentu menyadari perubahan raut wajah sang ketua sekte. “… balas dendam pada musuh-musuhku.” Shilin melanjutkan ucapannya yang masih menggantung seraya menyeringai lebar. “Balas dendam? Bukankah tujuanmu menegakan keadilan di sana? Kau tidak bermaksud melakukan tindakan yang dilarang Guru Zhao bukan?” Shilin mendengus, lalu mengibaskan tangannya. “Tentu tidak. Mana mungkin aku melakukan tindakan yang dilarang Guru Zhao. Ya, maksudku begitu … aku ingin menegakkan keadilan dengan mengembalikan semua yang telah direbut dariku. Aku akan mengembalikan kedamaian di istana kerajaan Qing, juga mengembalikan kesejahteraan semua rakyat yang sudah dirusak Liu Changhai karena kekejaman dan keserakahannya.” “Hm, kalau begitu tujuanmu, aku lega mendengarnya.” “Jadi, kau mau membantuku, kan?” Kening Jingmi mengernyit dalam. “Apa maksudnya kau membutuhkan bantuanku?” Mendapat pertanyaan seperti itu, bola mata Shilin berotasi. “Tentu saja aku tidak mungkin bisa mewujudkan tujuanku sendirian. Musuhku sangat banyak karena istana dipenuhi para pengkhianat. Aku membutuhkan seseorang untuk membantuku. Dan hanya kau yang aku percaya untuk membantuku.” Jingmi tertegun dalam diam seolah ragu untuk mengabulkan permintaan Shilin. “Tapi itu artinya kita harus meninggalkan markas sekte?” Shilin mengangguk tegas. “Ya, untuk sementara waktu kita harus meninggalkan markas sekte. Tapi tentu saja kita akan kembali ke sini setelah menyelesaikan misi kita.” Jingmi masih terlihat ragu, dia tengah berpikir keras untuk menimbang-nimbang keputusan yang akan dia ambil. “Ayolah, Jingmi. Apa lagi yang membuatmu ragu?” “Bagaimana dengan sekte Tao dan para murid jika kita meninggalkan markas sekte?” Suara decakan pun meluncur dari mulut Shilin. “Tentu saja semua akan baik-baik saja. Di sini banyak senior yang bisa kita serahi tugas untuk menjaga keamanan di sini selama kita pergi. Lagi pula sesekali kita bisa kembali ke markas sekte untuk memastikan semuanya aman dan terkendali.” Jingmi masih terlihat ragu untuk menyetujui ajakan Shilin. “Hei, apa lagi yang membuatmu ragu, Jingmi? Bukankah kau mendukung tujuan muliaku ini?” “Ya, aku memang mendukungmu.” Jingmi menyahut penuh keyakinan dan tanpa keraguan. “Lalu kenapa kau masih ragu jika memang kau mendukungku?” “Ini karena larangan untuk semua murid sekte meninggalkan markas. Jelas ini artinya aku tidak bisa meninggalkan tempat ini. Berbeda denganmu yang bisa leluasa pergi karena kau seorang ketua sekte.” Shilin berdecak keras setelah mengetahui itulah alasan Jingmi tampak ragu. “Jadi itu masalahnya. Bukankah murid sekte juga diizinkan meninggalkan markas jika sedang menjalankan misi. Anggap saja kau sedang menjalankan misi penting dariku.” Jingmi pun melebarkan mata karena baru menyadari ada cara seperti itu. “Ah, ya, kau benar juga. Ada cara seperti itu agar aku bisa meninggalkan markas sekte.” “Ya, jadi apa ini artinya kau bersedia membantuku?” Jingmi mengembuskan napas pelan. “Memangnya aku bisa menolak perintah ketua sekte?” “Tentu saja tidak bisa,” sahut Shilin dan dia pun tertawa keras. “Huh, sudah kuduga. Baiklah, aku akan membantumu.” Raut sumringah pun seketika tersirat di wajah Shilin yang lega bukan main karena Jingmi akhirnya bersedia membantunya. “Sekarang apa yang harus aku lakukan untuk membantumu?” tanya Jingmi yang sudah sangat siap membantu Shilin mewujudkan keinginannya. “Aku ingin kau pergi ke kerajaan Qing, cari informasi sebanyak mungkin dan temukan cara bagiku untuk bisa masuk ke istana.” “Kau akan masuk ke istana?” Jingmi terbelalak karena tak menyangka Shilin akan melakukan tindakan nekat seperti itu dengan kembali memasuki istana. “Tentu saja aku harus masuk ke istana karena untuk mengalahkan musuh, kita harus mendekatiny secara diam-diam, bukan?” “Tapi nanti mungkin mereka akan mengenalimu? Bukankah mereka berpikir kau sudah tewas lima tahun lalu saat kau jatuh ke jurang?” “Tentu saja aku akan menggunakan kekuatan untuk mengubah penampilan kita. Bukankah ada cara seperti itu? Melakukan penyamaran dengan mengubah wajah kita merupakan sesuatu yang sangat mudah dilakukan oleh kita … murid sekte Tao?” “Ah, kau benar juga. Aku melupakan cara itu juga.” Shilin pun mendengus seraya terkekeh. “Jadi, kapan aku harus berangkat ke kerajaan Qing?” tanya Jingmi lagi. “Sekarang.” Dan Shilin menyahut dengan tegas. “Semakin cepat kita bertindak, bukankah itu semakin bagus? Dengan begitu tujuan kita akan cepat terwujud.” “Baiklah, aku mengerti. Kalau begitu aku undur diri. Aku akan menjalankan misi ini sekarang juga.” Shilin memberikan izin dengan anggukannya. Dan setelah sosok Jingmi lenyap dari pandangannya, seringaian lebar tercetak di wajahnya karena berbagai rencana untuk balas dendam pada musuh-musuhnya sudah menari-nari dalam kepalanya. *** Kedatangan Jingmi yang diharapkan akan membawa informasi penting sudah sangat dinantikan oleh Shilin hingga membuatnya begitu gelisah. Sehingga saat sosok Jingmi akhirnya kembali menghadap, Shilin lega bukan main. Dia juga sangat antusias, tidak sabar menantikan informasi yang akan disampaikan Jingmi sesaat lagi. “Jadi, informasi apa yang kau dapatkan selama pergi ke kerajaan Qing?’ tanya Shilin tanpa basa-basi begitu Jingmi kini berdiri di hadapannya. “Semua rakyat tampak menderita karena peraturan kejam yang dibuat kaisar Liu Changhai.” “Huh, jadi pria licik itu benar-benar dinobarkan menjadi kaisar kerajaan Qing. Cih, menjijikan dia benar-benar mengambil milikku, takhtaku dan kursi singgasana yang seharusnya hanya aku yang boleh mendudukinya.” Jingmi memingkan mata saat mendengar ucapan Shilin yang sarat akan kemarahan dan kebencian itu. “Bukankah kau bilang kita sementara meninggalkan markas sekte selama pergi ke kerajaan Qing dan akan kembali ke markas sekte setelah tujuanmu tercapai?” “Ya, itulah yang akan kita lakukan. Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?” “Karena ucapanmu barusan menyiratkan rencana yang berbeda seolah kau berencana untuk menjadi kaisar kerajaan Qing seperti yang seharusnya terjadi jika saja takhta itu tidak direbut secara paksa oleh Liu Changhai. Jika kau menjadi kaisar kerajaan Qing, lalu bagaimana nasib sekte Tao? Ingat, kau bukan orang sembarangan. Kedudukanmu sangat tinggi di sekte ini, kau ketua sekte.” Shilin terkekeh pelan. “Pemikiranmu berlebihan. Tentu saja sekte ini lebih penting bagiku. Aku tidak berencana mengambil kembali takhta dan menjadi kaisar kerajaan Qing, jangan khawatir.” “Benarkah?” Jingmi tampaknya masih meragukan perkataan Shilin. “Ada apa denganmu? Apa kau meragukanku dan tidak percaya padaku?” Jingmi pun menggelengkan kepala sebagai jawaban. “Aku tentu sangat percaya padamu.” “Bagus. Kalau begitu beritahu aku informasi apa saja yang kau dapatkan.” Jingmi mengangguk setuju, siap memberikan semua informasi yang dia dapatkan dari hasil penyelidikannya. “Sepertinya aku menemukan cara untukmu masuk ke dalam istana.” “Benarkah?” sahut Shilin begitu antusias dan tak sabar. “Bagaimana caranya?” “Aku dengar istana baru saja merekrut beberapa pria dari kalangan rakyat biasa untuk dijadikan pengawal pangeran dan putri kerajaan. Perekrutan itu sudah selesai dan ada satu orang yang sudah dinyatakan diterima sebagai salah satu pengawal, tapi dia meninggal tanpa diketahui siapa pun.” Shilin melebarkan mata. “Pria itu meninggal? Kenapa bisa?” “Saat dia dalam perjalanan pulang setelah mengikuti perekrutan pengawal, dia dihadang beberapa perompak. Lalu dia terbunuh setelah terlibat pertarungan dengan perompak-perompak itu. Jasadnya dikuburkan oleh para perompak dan kurasa tidak ada yang tahu bahwa pria itu sebenarnya sudah tewas.” Shilin tampak bersemangat seolah informasi yang dia dengar itu memang bisa dia manfaatkan untuk bisa memasuki istana kerajaan Qing tanpa menimbulkan kecurigaan. “Kau tahu di mana pria itu dikuburkan oleh para perompak?” Jingmi mengangguk. “Ya, aku tahu karena aku melihat dengan mata kepalaku sendiri saat pria itu dikepung perompak dan tewas karena terkena tusukan pedang mereka. Aku juga melihat saat pria itu dikuburkan. Sebenarnya aku membongkar kuburan untuk melihat identitas pria yang aku yakini baru saja keluar dari istana.” “Kenapa kau bisa seyakin itu? Apa kau melihat pria itu saat mengikuti perekrutan pengawal?” Jingmi menggeleng kali ini. “Tidak, aku tidak melihat proses perekrutan pengawal, tapi dari pakaian seragam prajurit istana yang aku lihat dikenakan olehnya, aku tahu dia baru saja dari istana atau berhubungan dengan istana. Dan saat aku membaca pikirannya, aku mengetahui semua yang terjadi padanya.” Shilin tak heran atau terkejut mendengar cerita Jingmi ini karena memang sekte mereka memiliki kemampuan untuk membaca pikiran seseorang, tentu saja Jingmi dan Shilin menguasai kemampuan tersebut setelah mereka mempelajarinya. “Lalu apa yang kau lihat dari pikirannya itu?” tanya Shilin semakin penasaran. “Pria itu bernama Yangjie, dia terpilih menjadi salah satu pengawal yang bertugas mengawal Putri Liu Mei.” “Putri Liu Mei?” Kening Shilin mengernyit dalam karena merasa tak mengenal pemilik nama itu. “Siapa dia?” “Dia putri bungsu Liu Changhai.” “Benarkah? Aku tidak tahu dia memiliki putri bernama Liu Mei karena setiap dia dan keluarganya datang ke istana jika sedang ada acara perjamuan, dia tidak pernah mengajak putrinya itu.” “Sebenarnya ada alasan Liu Changhai tidak pernah mengajak atau memperlihatkan putri bungsunya pada orang lain.” Rasa penasaran Shilin semakin naik ke permukaan. “Memangnya kenapa dengan putri bungsunya?” “Aku tidak akan mengatakannya, kau bisa melihatnya nanti setelah bertemu dengannya. Itu pun jika kau akan menggunakan identitas Yangjie untuk bisa masuk ke istana kerajaan Qing.” Seringaian pun tercetak jelas di wajah Shilin yang sudah tidak sabar untuk segera memasuki istana yang sudah sangat lama dia tinggalkan. “Ya, tentu aku akan menggunakan identitas pria malang itu. Kalau begitu besok antar aku untuk melihat jasad pria bernama Yangjie itu, sebelum besok aku juga akan memasuki istana kerajaan Qing. Ah, aku sudah tidak sabar menemui musuh-musuhku.” Jingmi mencoba tak mengartikan hal buruk dari perkataan Shilin yang terdengar mencurigakan. Dan dia sudah memutuskan akan mempercayai Shilin dan membantu pria itu hingga tujuan mulianya tercapai. Ya, Jingmi tak menaruh kecurigaan bahwa ada rencana lain yang sedang disusun oleh Shilin tanpa sepengetahuan orang lain, bahkan sepengetahuan Jingmi sekalipun.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN