Marsya sedang mempersiapkan dirinya untuk pergi dengan Arga. Marsya memakai gaun panjang berwarna hijau pastel yang memamerkan bahu belakang milik Marsya. Marsya memoles sedikit make up di wajahnya, tidak butuh make up tebal untuk membuat diri Marsya cantik. Marsya bisa melakukannya sendiri, karna biasanya saat dia syuting maupun pemotretan Marsya juga melakukannya sendiri kecuali apabila sedang ada acara yang besar.
Pintu kamar Marsya diketuk dan kemudian Mamanya masuk ke dalam dan menghampiri Marsya. Mama Marsya tersenyum karna melihat anaknya sangat cantik dan akhirnya anaknya mau mencoba untuk berkenalan dengan pria pilihan Mamanya.
“Anak Mama cantik banget sih.” Mama Marsya berdiri di smaping Marsya.
“Iya dong, anaknya Mama.” Marsya membalas perkataan Mamanya dengan becanda.
“Nak Arga udah di bawah tuh. Buruan, nanti kalian telat.” Marsya langsung bangkit dan mengambil cluth tangan berawarna silver di atas tempat tidurnya sesuai dengan warna sepatu hilss yang digunakan Marsya.
“Udah bagus ga Ma? Ada yang kurang ga?” Mama Marsya tersenyum dengan perkataan Marsya, sudah lama dia tidak mendengar Marsya se excited ini untuk pergi dengan seorang pria.
“Udah sayang, udah cantik. Mama yakin Nak Arga juga akan berpikiran sama dengan Mama.” Marsya tersenyum malu karna perkataan Mamanya. Dia menggandeng lengan Mamanya dan menuntun turun kebawah untuk menemui Arga.
Arga melihat kedatangan Marsya, Arga terpukau dengan Marsya yang sangat berbeda seperti biasanya. Menurutnya apabila biasnya saja sudah cantik dengan seperti ini Marsya akan lebih cantik lagi. Dia tersenyum melihat kedatangan Marsya, sedangkan Marsya entah mengapa sangat kikuk saat berhadapan dengan Arga.
“Kita pamit dulu ya Tante,” Arga meminta pamit dan mencium tangan Mama Marsya, Marsya juga melakukan hal yang sama.
Butuh waktu hampir satu jam agar mereka tiba di tempat acara berlangsung. Arga memeluk pinggang Marsya possessif menandakan kepemilikan disana, Marsya berpikir bahwa itu bentuk Arga menjaga dirinya dari orang lain. Maka semua pandangan tertuju kepada mereka ketika masuk ke dalam ballroom tersebut.
“Hei Ga, udah punya gandengan baru.” Roni sahabat Arga mendatangi pasangan tersebut.
Roni berbisik kepada Arga “Hasil perjodohan lagi?” Arga tersenyum dan membalas berbisik kepada Roni “Kali ini beda.” Hal itu membuat Roni tertawa dan mengundang perhatian yang lain untuk ingin tahu dengan apa yang terjadi.
“Sya, kenalin ini Roni sahabat aku.” Mendengar panggilan aku yang dilontarkan Arga membuat Roni tertawa dan kemudian terdiam melihat sikap bingung Marsya.
“Roni sohibnya ini anak.”
“Saya Marsya.” Marsya membalas mengulurkan tangan kepada Roni.
“Iya saya tahu kamu, kan kamu terkenal.” Marsya tersenyum tidak enak pada Roni, ia kurang suka apabila dikenal seperti itu.
“Udah jangan lama-lama boss megang tangannya.” Arga memisahkan tangan kedua orang itu menimbulkan tawa pada Roni. Marsya dari tadi hanya diam mendengar interaksi kedua sahabat itu, ia melihat Arga benar-benar lepas pada Roni.
Marsya tidak terlibat dalam percakapan dua sohib itu, ia sibuk dengan pandangan orang-orang yang melihatnya bersama dengan Arga, ini resikonya memang untuk muncul di luar ia akan di kenal maka dia juga akan di bicarakan oleh banyak orang. Tetapi tangan Arga tidak lepas untuk mengelus bahu Marsya untuk memberikan kenyamanan disana.
“Kamu lihatin apa?” Marsya terkejut dengan pertanyan tiba-tiba Arga.
“Ha enggak kok.”
“Kamu lapar ga?” Marsya tersenyum dan menatap Arga malu, ia memang sengaja tidak makan di rumah agar ia bisa makan di sini, nanti dipikir yang tidak baik lagi sama Arga. Arga tertawa dengann sikap malu-malu Marsya.
“Kamu tunggu sini, biar aku ambilin.”
“Eh aku bisa sendiri.”
“Gapapa, kamu tunggu sini aja ya.” Arga meninggalkan Marsya sendirian dengan dirinya yang mengambil makanan, Marsya bingung harus apa dan bagaimana sekarang. Maka ia duduk di salah satu kursi yang tersedia.
“Sekarang dekat sama Arga?” Seorang pria duduk di samping Marsya dan bertanya padanya.
“Emang kenapa?”
“Kamu cantik dan terkenal ga malu kalau harus sama Arga?” Pria tersebut tersenyum menjengkelkan menurut Marsya.
“Itu bukan urusan anda.” Maka Marsya membalasnya sangat sakartis.
“Kamu itu…” Pria tersebut memegang tangan Marsya sehingga Marsya menarik tangannya dan bangkit berdiri menatap tidak suka pada Pria tersebut.
“Apaan sih, tolong anda sopan”
“Hei tolong jangan ganggu pasangan saya dong.” Arga datang bersama dengan Roni. Setelah Arga datang maka pria itu pergi meninggalkan mereka. Arga menatap Marsya dari atas sampai bawah.
“Kamu gapapakan?” Arga menatap dengan cemas.
“Gapapa” Marsya mengambil piring dari tangan Arga, jujur sebenernya perasaannya masih tidak enak hati, ia paling tidak suka berurusan dengan orang asing terutama pria. Arga melihat wajah Marsya yang menatap makanan dengan minat, ia tahu bahwa Marsya tidak suka dengan momen tadi.
Arga memandang tidak suka pada pria yang mengganggu Marsya tadi, seketika ia juga menyesal telah meninggalkan Marsya sendirian.
“Sabar bro, nanti gue cari tahu.” Roni yang mengerti dengan situasi tersebut mengambil sikap sebagai seorang sohib.
Karena kejadian itu Arga tidak ingin berlama-lama di sana, ia tidak ingin membuat Marsya merasa tidak enak. Maka ia segera membawa Marsya untuk kembali pulang. Ia merasa bahwa Marsya perlu beristirahat. Arga mengantar Marsya sampai di depan rumah wanita itu.
“Kamu pulang aja, jam segini Mama udah tidur.” Arga membawa Marsya ke dalam pelukannya. Marsya terkejut dengan sikap tiba-tiba Arga. Semakin kesini Arga semakin berani untuk melakukan hal yang tak terduga pada dirinya. Dulu ketika dengan teman perjodohan lainnya ia langsung menolak karena merasa tidak nyaman, tetapi kali ini berbeda dengan Arga.
“Maaf sudah meninggalkan kamu tadi dan buat kamu ga nyaman. Aku tahu bahwa kamu dari tadi merasa takut. Maafin aku.” Bahkan Arga tahu apa yang dirasakannya dari tadi.
“Iya gapapa.” Arga melepaskan pelukannya.
“Kamu istirahat ya. Besok aku telvon.” Marsya menganggukkan kepalanya setelah mengatakan itu ia masuk ke dalam rumahnya dan Arga pun pergi. Marsya menghela nafasnya dengan berat ia bingung dengan semua yang ada.