"Dia melalui banyak hal sulit sejak kecil." Aras membuka suara. Keduanya, dia dan Gara, berdiri di sisi brankar di mana tubuh Pevita terkulai lemas di atasnya dengan jarum infus yang menempel. Wajah cantik perempuan itu sudah tidak sepucat sebelumnya, tetapi gurat lelah masih menghias di sana. Gara tidak bisa melepaskan pandangannya dari wajah itu. Wajah yang tampak polos, tetapi ternyata menyimpan banyak rahasia. Wajah ceria yang menyembunyikan banyak luka di baliknya. "Waktu saya masih bersenang-senang menikmati waktu dengan teman di bangku SMP, Pevita justru sudah menjadi pasien ibu saya." Aras tersenyum sendu, menatap Pevita dengan prihatin. Melihat itu jelas saja membuat Gara tahu bahwa hubungan Aras dan Pevita lebih dari seorang dokter dan pasiennya. "Ya, ibu saya juga seorang psi