Senyum Pevita mengembang lebar saat pintu terbuka dan menampakkan sosok Gara, datang di sela waktu istirahat paginya. Pria itu tampak sangat tampan dengan kemeja berwarna biru telur asin yang dipadu dengan celana panjang berwarna hitam. Rambut hitam legamnya tampak tidak begitu rapi, tetapi justru hal itu yang membuatnya terlihat lebih menarik. Gara selalu berpenampilan biasa, tetapi selalu menonjol sebab ketampanan tidak bisa disembunyikan oleh apa pun. Namun jelas, bukan hal itu yang membuat Pevita jatuh hati padanya. "Kamu berkunjung pagi sekali," gumam Pevita, tak mampu menyembunyikan betapa tersanjungnya ia melihat pria itu datang ke kamarnya. Gara meletakkan sebuah wadah yang ternyata berisi puding cokelat yang dilumuri fla vanila sehingga berbentuk seperti gunung merapi dengan lav