Adam termenung memperhatikan layar ponsel yang berada dalam genggaman. Jantungnya berdebar lebih cepat. Entah mengapa dirinya tiba-tiba menjadi gugup hanya karena menunggu balasan dari Kailen. Maaf untuk malam itu. Setidaknya seperti itu teks pesan yang dikirimkan Adam pada Kailen. Entah mengapa dirinya tidak bisa tidur nyenyak dan menghapus Kailen dari benaknya meskipun sudah kembali ke Los Angeles. Sehingga Adam nekad mengirimkan pesan singkat itu. Tapi, kenapa Kailen tak kunjung membalas pesan singkatnya tersebut? Apakah wanita itu benar-benar mengabaikan pesan itu serta sikap rendah hatinya? Erangan frustasi yang keluar dari mulut Adam memecahkan keheningan di dalam ruangan tersebut. Adam melempar ponselnya ke atas ranjang. Dia berjalan menjauh, menuju kamar mandi untuk menyegark