Renisha terbangun di pagi harinya. Ia mengerjabkan mata dan memandang sekitar. Ia berada di sebuah kamar yang bernuansa krem lembut, dengan gorden berwarna cokelat muda dan hitam. Di sebelahnya ada sebuah nakas kecil yang berisi semangkuk sup, potongan buah apel dan s**u. Renisha mengabaikannya dan segera turun dari ranjang, menuju pintu putih yang tertutup rapat. Dengan kekesalan memuncak, ia menggedor-gedor pintu dan mencoba membukanya. "Rudi! Lepasin gue! Gue mau balik ke toko! Masih ada pesanan yang harus gue bikin. Bukain pintunya, Rudi!" Tangan Renisha sampai sakit karena terlalu lama menggedor pintu. Ia beralih pada jendela dan membuka gorden. Ternyata kaca jendelanya dilapisi teralis besi sehingga sulit untuk membukanya. Ia merasa seperti berada di ruang tahanan yang berkedok ka