“Tatapan mata itu…” Kedua pundak Nastiti mengkerut, lalu langkah kakinya yang goyah mundur secara perlahan dan bersembunyi di balik punggung Dhika. Seperti biasanya, Nas lebih memilih untuk bersembunyi dari seluruh dunia. Walau hanya ada tubuh tinggi dan punggung lebar Dhika yang tersedia sebagai tempat persembunyian, Nas akan tetap memilih untuk melakukannya. Di depan ruang perawatan Abah terdapat beberapa rekan guru yang mengantar Abah ke rumah sakit. Rekan-rekan itu sedang menatap Nastiti dengan penuh arti. Walau tanpa kata-kata, tapi Nastiti langsung tahu jika tatapan semua orang menyiratkan dua hal yang selalu dia takutkan, penghakiman dan penghinaan. Bahkan Riyadi, mantan kawan sekolah Nas yang menjadi guru di sekolah tempat Abah bertugas dan pernah Nas abaikan saat berusaha mend