Walau Arini menelan makanan mewah ini dengan susah payah, mengunyahnya lebih lama agar terasa lembut, akhirnya makanan yang dia pilih habis juga. Paling tidak ia bisa menghabiskan satu porsi makanan yang sudah disiapkan. Arini mencuri pandang pada pria di depannya yang masih melangsungkan kegiatan makan. Pria itu begitu santai, tak canggung sama sekali seperti dirinya. Dari awal Arinibrasa hanya ia sendiri yang berdebar tak karuan. "Apa kamu tidak ingin mencicipi makanan lainnya?" tawar Pras melihat Arini yang menyudahi makannya. "Saya rasa cukup, Pak." "Ah, baiklah. Aku juga bakal berhenti setelah ini." "Eh? Kalau bapak masih mau lanjutkan saja! Saya bisa menunggu, kok!" "Aku yang gak enak. Sepertinya, akan lebih baik jika kamu ikut makan. Mungkin bisa makan ini sebagai makanan penut