Bab 3: Penjajakan

1060 Kata
Leo Artha Samudra adalah putra pertama dari Yohannes Samudra, pemilik Surya Grup. Di usianya yang sudah menginjak tiga puluh lima tahun, Leo tak kunjung menikah yang membuat mamanya, Sarah Andira sering marah-marah dan mengomelinya panjang lebar. Yohannes sendiri sudah lama mengidap sakit jantung, dan diusianya yang tak lagi muda ia telah jarang sekali ke perusahaan yang membuat para dewan direksi lainnya menuntutnya untuk mundur dari jabatan komisaris perusahaan dan memintanya menyerahkan jabatannya ke pemegang saham kedua terbesar atau penerusnya. Sayangnya, Yohannes tak bisa serta merta menyerahkan jabatannya itu ke Leo, lantaran Leo dinilai sebagai anak muda yang masih belum bisa fokus ke perusahaan karena dia belum berumah tangga. Sebuah alasan yang tak logis. Para dewan direksi percaya bahwa Donald yang tak lain adalah adik Yohannes dan pemilik saham terbesar kedua setelah Yohannes-lah yang lebih pantas menggantikan Yohannes sebagai komisaris perusahaan. Sayangnya, Sarah tak terima dengan saran dari para direksi itu dan mengambil alih tanggung jawab suaminya untuk sementara waktu memimpin perusahaan sampai Leo menikah dan diterima menjadi pemimpin mutlak Surya Grup. Pihak pendukung Donald geram dengan keputusan Sarah yang mendapatkan suara terbesar dari rapat pemegang umum yang dihadiri oleh seluruh jajaran direksi perusahaan beberapa bulan lalu. Pihak Donald meminta Sarah mundur karena perempuan itu dinilai tak pantas jadi pemimpin perusahaan sesuai peraturan dari kakek Yohannes bahwa perempuan dilarang memimpin perusahaan. "Surat wasiat almarhum kakek masih saya simpan, masa jabatan pemimpin perempuan diijinkan hanya satu tahun dan itupun karena alasan mendesak. Jadi kondisi suami saya adalah alasan yang logis kenapa saya berada di posisi sekarang ini," kata Sarah beberapa waktu lalu. Semua direksi yang hadir di rapat pemegang saham itu hanya bisa berdehem sebal mendengar keputusan dari Sarah tersebut. Sarah benar dan tak menyalahi aturan perusahaan dan Donald semakin mencak-mencak karena kesal. Pulang dari rapat direksi itu, Sarah langsung meminta Leo pulang. Leo harus mendengarkan omelen Sarah soal pernikahan dan hasil rapat menyebalkan tersebut selama kurang lebih dua jam. Saking lamanya Sarah ngomel, Leo yang mendengarkannya sembari nonton televisi dan makan camilan itu merasa ngantuk. Ia berasa didongengi. "Leo! Kamu dengerin mama gak sih?" tanya Sarah. "Denger, Ma," jawab Leo pendek. "Jadi kapan kamu nikah? Pokoknya tahun ini kamu harus nikah," Leo memutar bola mata jengah. Banyak sekali perempuan yang mengejar-ngejar Leo karena ia satu-satunya anak lelaki pewaris Surya Grup. Dua adik Leo yang lain adalah perempuan dan tentu saja, Sarah harus berusaha esktra keras menjadikan Leo sebagai pemimpin perusahaan. Ia tak akan membiarkan adik iparnya itu merebut takhta inggris yang hampir kosong, eh? Maksudnya takhta perusahaan yang hampir kosong. "Yaa kalau sudah ketemu cewek yang sreg nanti Leo ajak nikah," kata Leo santai. "Udah berapa banyak perempuan yang jadi one night stand kakak tapi gak juga buat kakak sreg?" Bella sang adik bertanya dengan jengah. "Mereka terlalu agresif, gak cocok jadi istri," jawab Leo asal. "Oh, jadi kakak maunya tuh yang lemah lembut licin kayak ikan?" tanya Bella. Leo melirik sebal ke Bella. "Hentikan kebiasaanmu gonta ganti cewek, Leo! Kamu bakal dinilai gak layak mimpin perusahaan!" kata Mama. Leo memutar bola matanya jengah. "Aku kalo mau nikah ya harus penjajakan dulu donk, Ma. Kalau mereka sampai cap Leo sebagai cowok buaya darat, ya ... Selamat! Mereka benar," kata Leo dengan senyum jahil yang membuat Bella tersedak kolak pisang buatan pembantu keluarganya. Sarah mendengus sebal. "Mama lagi gak bercanda, Leo!" kata Sarah dengan suara yang hampir putus asa, "coba kamu lihat papa kamu, kondisinya belum ada kemajuan," kata Sarah. "Mama inget gak yang menangin tender di LA siapa? Terus yang bangun proyek seribu rumah berkah siapa? Lalu mall yang ada di sebelah hotel bintang lima yang bangun siapa?" tanya Leo pada Sarah. Sarah tak mungkin lupa dengan semua usaha Leo yang luar biasa itu yang menaikkan laba perusahaan berkali-kali lipat. Leo bahkan tak peduli dengan semua nyinyiran orang-orang tentang dirinya saat bekerja keras itu. Ia menampar orang-orang itu dengan hasil nyata yang fantastis. "Inget banget, kak Leo sama kak Tania kayak panda berjalan, lingkaran matanya hitam banget," kata Bella menimpali. "Tapi kamu tetep harus nikah dan gak gonta ganti cewek!" titah Mama. "Atur aja deh, Ma. Nanti kalau Leo cocok, bakalan Leo nikahi. Sementara itu biarin Leo seneng-seneng dulu," kata Leo seraya beranjak dari kursi tempatnya duduk dan menuju ke lantai dua rumahnya dimana kamarnya berada. Sejak mendapatkan ijin dari Leo bahwa Sarah boleh mengatur perempuan mana yang bakalan nikah sama Leo, dia jadi semakin sibuk. Hampir setiap jam Bella mendengar mamanya bicara di ponsel dengan orang-orang dekatnya. Teman-teman sekolah, teman-teman arisan sampai teman ghibah mamanya. Sarah benar-benar sangat bersemangat mencarikan Leo pendamping yang sempurna luar dalam. Bahkan Bella kasihan melihat Leo yang hampir setiap hari pulang malam setelah kencan buta. "Lo kayak hantu perjaka, bang," kata Bella pada suatu malam saat dilihatnya Leo pulang pukul dua belas malam. Leo terlihat sangat lelah sekali. Teman kencannya malam itu bernama Jennifer, anak pengusaha batu bara yang menyukai biola. "Lo tahu gak apa yang gue alamin tadi?" tanya Leo pada Bella dan Bella menggeleng tak peduli. Ia meneguk minumannya dan mencuci gelasnya setelah itu hendak kembali ke kamarnya untuk melanjutkan tidur. Tapi sayang, cerita Leo terlalu asyik buat dilewatkannya. Jadi Bella kembali duduk manis di meja makan, mendengar cerita Leo yang membuatnya sejenak menjelma menjadi mbak Kunti. Gimana nggak? Suara tawa Bella itu seperti tawa kuntilanak, apalagi Bella dan Leo berbicara di malam jum'at kliwon di dapur yang lampunya padam. Hal itu sukses membuat para asisten rumah tangganya saling berpelukan ngeri di dalam kamar. Jarak kamar pembantu dan meja makan tak jauh, jadi ketika Bella tertawa menakutkan, mereka semakin mempererat pelukan mereka satu sama lain. "Dasar adik durjana! Lo ngetawain gue! Bukannya simpati malah ngetawain!" "Gue gak bayangin gimana sebelnya jadi lo. Udah lapar, eh malah diajak nonton konser musik solonya dia. Mana penontonnya cuma lo dan lo gak bisa nyelip tidur. Tiga jam pula! Hi hi hi." "Katanya itu khusus buat gue, makanya dia sewa gedung teater dan main di panggung seorang diri. Sialnya para penontonnya itu jin semua, cuma gue yang manusia tulen," kata Leo. "Hi hi hi," "Ngapain sih lo ketawa kayak gitu? Kayak setan tahu!" "Kalau ha ha ha, kayak buto ijo malahan," jawab Bella yang kembali tertawa cukup keras. Leo hanya menggeleng lemah. Besoknya Leo protes ke mamanya dan minta mamanya untuk tak mencari perempuan ahli musik. "Kenapa?" "Kak Leo pindah haluan, Ma. Mungkin ia suka perempuan-perempuan yang nyanyi di gereja," goda Nella yang membuat Bella tertawa keras.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN