Hari itu Neta datang. Dia membawa pisau dalam genggaman, pulpen cantik yang telah dirakit dengan baik. Neta beli pulpen ini dengan harga yang sangat mahal di luar kemampuan pelajar, untung Neta punya papa. Dia lebih memilih minta uang untuk ini daripada jalan-jalan ke mall bersama ‘keluarga’. Ya, sore itu Neta datangi mereka. Telinga Neta seolah dirakit tuli, dia tidak mendengar sapaan dari Vira yang tentu saja memanggilnya dengan kata ‘sampah masyarakat’. Sebab di kepala Neta isinya hanya satu, fokus bunuh Tante Sita. Mama Vira yang berdiri di dekat sofa dengan perut buncitnya. Neta akan menusuk perut itu. Akan dia cabik-cabik hingga mereka mati dan Neta bahagia. Dari dulu Neta ingin melakukannya. Sejak mama memilih tiada setelah melihat persilatan menjijikkan antara suami dan adik kand