Tidak Ada

2014 Kata
Hari-hari Bianca kini benar-benar berubah drastis dari awal kemunculannya, Bianca yang dulunya adalah Bryan sang pengusaha muda kaya raya di dunia kini hanya berakhir sebagai petugas kebersihan setelah kutukan yang ia alami menjadi seorang wanita. Parahnya, Bianca harus memohon meminta pekerjaan pada rivalnya dulu bernama Paul. Awalnya dia protes dengan pekerjaan yang Paul berikan padanya tetapi, karena terhalang identitas dan beberapa hal yang diketahui oleh Paul membuat Bianca mau tak mau menerima pekerjaan itu, bukan hanya alasan itu saja tetapi, kata-kata Ellena yang mengatakan akan sulit mendapatkan pekerjaan tanpa identitas membuat Bianca menerima semua pekerjaan yang diberikan oleh Paul, itu juga demi dirinya membantu biaya sewa apartemen yang sebenarnya milik Paul. "Aku benar-benar kembali di titik terendah dalam hidupku, sepuluh tahun aku bangun perusahaan bersama Luis bahkan beberapa kali bolos sekolah dan sekarang aku harus berakhir menjadi tukang sapu, sial! Kenapa aku harus mendapatkan kondisi seperti ini? Ini benar-benar tidak adil!" ucap Bianca nampak frustasi di area ruangan yang sedang ia bersihkan. Josie yang sengaja ingin melihat pekerjaan Bianca kemudian memarahinya karena Bianca nampak berisik. "Apa yang kau lakukan? Apa kau tidak bisa diam? Jangan berteriak di area ini, kau akan kena marah jika melakukannya," ucap Josie nampak jutek dan terkesan membenci Bianca. "Memangnya kenapa? Aku tidak peduli, lagipula aku tidak benar-benar membutuhkan pekerjaan ini, jika harus dipecat, aku siap," ucap Bianca yang masih terkesan sombong walaupun keadaannya sekarang butuh perhatian. "Kau benar-benar membuat aku kesal, setelah ini kau harus mengepel pantry lalu menyiapkan makanan untuk rapat siang ini, tiga puluh menit lagi kau harus menyelesaikannya, aku tak mau tahu!" ucap Josie membuat Bianca sedikit terganggu dengan ucapannya. "Ha? Siapa kau berani-beraninya menyuruhku? Seharusnya kau tunduk padaku karena aku sebenarnya seorang bos perusahaan yang sangat terkenal, jika aku memiliki karyawan seperti mu maka aku akan langsung memecat mu, kau benar-benar tidak memiliki rasa kemanusiaan," jawab Bianca yang membuat Josie menariknya ke arah yang lebih sepi. "Ikut aku, kau harus diberikan pelajaran, anak baru yang tidak hormat pada seniornya harus diberikan pelajaran!" ucap Josie membawa Bianca ke tempat sepi yang ternyata di sana ada banyak office boy yang sedang menikmati kopinya. Seperti Josie, rupanya mereka juga kesal pada Bianca karena sebelumnya Bianca terkesan sangat sombong dan selalu merasa jika dirinya tinggi, kali ini setelah mereka tahu siapa itu Bianca, mereka malah bekerjasama dengan Josie untuk mengerjai Bianca, seorang pegawai baru wanita yang masih merasa jika dirinya sangat tinggi. "Ada apa senior Josie sampai membawa anak baru itu kemari?" tanya seorang yang tengah duduk di kursi yang ada di ruang sepi itu. Rupanya ruang itu adalah ruang tempat mereka bersantai dan terbiasa melakukannya di sana. Dari ucapan pria itu nampaknya ruangan itu adalah ruang khusus. "Aku masih penasaran kenapa wanita ini tidak sopan pada seniornya, apalagi saat itu dia meminta senior Josie untuk dipecat dari pekerjaannya," ucap pria yang lain. "Sudah berhenti, tidak ada yang boleh berbicara kecuali aku, dia harus kita beri pelajaran agar lebih sopan pada kita," ucap Josie yang masih mencengkeram tangan Bianca. "Orang-orang rendahan ini benar-benar tidak berpendidikan, bahkan mereka mau mengeroyok anak baru seperti ku, seandainya aku bukan berada di dalam tubuh seperti ini, sudah aku musnahkan kalian dari kehidupan ku," gumam Bianca dengan tatapan mata penuh amarah. "Lihatlah dia senior, dia memandang mu seperti itu, sepertinya dia ingin melawan mu," ucap pria yang lainnya. "Kau? Kenapa kau berani sekali menatap ku seperti itu? Kau tidak tahu aku, ya? Aku ini mantan anggota geng motor paling berbahaya di Amerika, aku bisa saja memanggil anak buahku untuk menghancurkan dan menodai mu," ucap Josie mengancam walaupun Bianca membalas dengan ekspresi yang datar. "Ya ampun, berbicara saja terus sampai kau berbusa, aku tidak peduli, lagipula apa hubungannya kehidupan ku dengan mu?" tanya Bianca membuat Josie kebingungan karena wanita itu sama sekali tidak takut padanya. Biasanya tidak ada yang berani pada Josie walaupun itu seorang lelaki. Setiap pegawai baru yang ada di sana maka mereka akan mendapatkan aksi senioritas dari Josie berupa pekerjaan yang lebih sulit seperti yang dialami oleh Herald si anak baru. "Wanita ini benar-benar membuat senior Josie marah, dia sama sekali tidak takut pada senior, apa dia bukan orang sembarangan? Siapa sebenarnya dia?" ucap pria itu. "Kau benar, sepertinya dia memang bukan wanita sembarangan." Kemudian Josie yang marah kemudian menjambak rambut Bianca, hal ini benar-benar sangat melanggar karena itu adalah tindak kekerasan. Tak mau harga dirinya dilecehkan oleh seorang perempuan, dengan ilmu beladiri yang ia miliki akhirnya Bianca berhasil memutar tangan Josie membuat Josie kesakitan dan nampak tertahan di atas meja. "Hai! Apa yang kau lakukan? Apa kau mau mematahkan tanganku? Ini adalah tindakan kekerasan," ucap Josie merasa terintimidasi. "Hei hentikan, kau bisa mematahkan tangannya dengan posisi itu," ucap semua pria yang ada di sana. Tempat itu kini menjadi gaduh dan ketika supervisor kebersihan sedang mengecek pekerjaan, suara berisik itu terdengar ke telinganya sehingga ia harus segera mendekatinya. "Herald? Di mana yang lain? Kenapa kau bekerja sendirian?" tanya supervisor kebersihan yang hanya melihat Herald membersihkan lantai di area lorong. "Entahlah tetapi, biasanya mereka berkumpul di ruangan yang ada di sana," ucap Herald menunjukkan jarinya ke arah kanan yang terletak ruangan tersebut. "Lagi-lagi berkumpul di sana saat jam bekerja, kenapa mereka sangat sulit di atur? sekarang mereka meniru apa yang sering aku lakukan dulu saat aku masih menjadi pegawai seperti mereka, aku harus memberikan pelajaran pada mereka," ucap supervisor kebersihan kemudian ia bergegas pergi ke arah yang diberitahukan oleh Herald. "Baiklah, lanjutkan pekerjaan mu Herald, aku suka pada orang yang sangat rajin seperti dirimu," ucapnya kemudian ia pergi ke arah ruangan itu. Di sana nampak para lelaki itu mencoba menarik Bianca tetapi, saat mereka akan memisahkan Bianca, supervisi kebersihan sudah sampai di sana dan melihat aksi kekerasan yang Bianca lakukan. "Hei, cepat minta maaf padaku dan jangan ganggu aku lagi, aku tidak akan tunduk padamu walaupun kau senior di sini," ucap Bianca meminta Josie meminta maaf. Josie nampak ragi dan tak memberikan jawaban kemudian Bianca memutar sedikit pergelangan Josie sehingga wanita itu akhirnya meminta maaf. "Iya, iya, iya, maafkan aku, aku tidak akan menggangu mu lagi tapi, cepat lepaskan tangan ku, rasanya begitu sakit," ucap Josie memohon dengan kesakitan. Tiba-tiba supervisor kebersihan datang membuat Bianca serta semua orang yang ada di sana terkejut. "Hei! Apa yang kau lakukan pada Josie? Cepat lepaskan dia atau tidak aku akan mengeluarkan mu dari sini," ucapnya begitu keras dan nampak marah. Bianca langsung melepaskan tangan Josie dan nampak sedikit kecewa. "Ya ampun, selamat kau karena orang ini datang tepat waktu, jika tidak, aku masih ingin melakukannya sampai kau kapok telah membully ku," ucap Bianca. Kemudian setelah jam kerja berakhir, mereka nampak dibariskan di sebuah ruangan yang ternyata itu adalah ruangan supervisor kebersihan, rupanya di perusahaan milik Paul, supervisor kebersihan memiliki ruangan terpisah dan sejajar dengan staf. "Apa yang kalian lakukan di tempat itu? Bagaimana bisa kalian bersantai sementara aku hanya melihat Herald menyapu dan mengepel lantai sendirian? Di mana yang lainnya? Kenapa kalian malah bersantai seakan tugas kalian telah selesai, aku pernah mengatakannya jika akan ada seseorang yang mungkin mengawasi kita walaupun dugaan ku tentang Bianca rupanya salah, aku pikir Bianca adalah suruhan tuan Paul untuk mengawasi pekerjaan kita, aku tidak ingin melihat kalian bersantai seperti itu lagi! Jika tidak, itu akan jadi hari terakhir kalian bekerja, mengerti!" ucap supervisor kebersihan kemudian membubarkan barisan sementara ia masih menahan Josie dan Bianca di sana. Nampaknya tuan supervisor belum puas dengan apa yang ia katakan barusan pada bawahannya itu, juga Bianca dan Josie sempat terciduk sedang melakukan perkelahian secara fisik. "Supervisor, pecat saja wanita ini, dia benar-benar ingin membunuh ku, aku bahkan tak mampu melakukan apapun, dia benar-benar berniat mematahkan tulang tangan ku," ucap Josie nampak memelas dan berusaha menjatuhkan Bianca di hadapan supervisornya. Mendengar cerita Josie, membuat supervisornya nampak meradang, ia heran kenapa anak baru seperti Bianca begitu berani menentang seniornya bahkan ia berani untuk menyerang Josie. "Bianca, kenapa kau membuat masalah? Padahal baru beberapa hari kau bekerja di sini, apa kau ingin aku pecat?" ucap supervisor yang menegurnya. Bianca kemudian menimpalinya bahwa yang melakukan tindakan kekerasan itu bukan dia yang memulai. "Hah? Kenapa kau malah berkata seperti itu padaku? Aku tidak akan melakukannya, jika perempuan yang sok senior ini membully ku," ucap Bianca. "Sudah berhenti, stop omong kosong mu, memangnya kau siapa? Siapa yang memintamu untuk membela diri?" ucap supervisor. Rupanya supervisor lebih percaya omongan Josie, secara dia adalah yang paling dipercaya dan selalu diandalkan. Rupanya paras cantik yang Bianca miliki tidak lantas membuat ia spesial di mata supervisornya, malah dia sekarang seakan terintimidasi karena anak baru. "Aku tidak mau tahu, kau harus di hukum, jika tidak, aku akan memecat mu!" "Apa? Yang benar saja, jelas-jelas dia yang salah, kenapa harus aku yang harus disalahkan?" belanya merasa apa yang ia alami saat ini benar-benar tidak adil. "Sadarlah siapa dirimu dan posisi mu, kau bahkan tidak memiliki identitas yang jelas, aku adalah atasan mu dan aku selalu benar dengan apa yang aku katakan!" Bianca tak mampu berkata apapun, karena saat ini ia mengerti posisinya. "Seperti inikah hidup menjadi seorang wanita? Aku benar-benar merasa dizolimi! Hidup ini tidak adil untukku! Ah, sial!" Bianca marah pada dirinya sendiri juga menyalahkan keadaan karena yang ia alami saat ini seharusnya tidak pernah terjadi. Setelah kejadian itu, ruang gerak Bianca terbatas karena ia selalu menjadi orang yang dicurigai serta kebanyakan orang-orang tidak menyukainya karena ia dituduh wanita gatal akibat sering mendekati Paul, padahal Bianca sama sekali tidak melakukannya, Paul lah yang sering terlihat mendekatinya. "Bagaimana pekerjaan mu? Apa kau mulai terbiasa? Ellena bilang kau selalu mengeluh di apartemen akibat pekerjaan yang aku berikan, apa kau menyesal?" tanya Paul yang mengajak Bianca mengobrol saat ia sedang mengepel lantai. "Apa kau tidak ada waktu lain mengajak ku berbicara? Kau lihat, kan? Aku sedang apa? Dan semua orang kini membicarakan ku karena mereka berpikir aku adalah wanita gatal karena terus berada di dekat mu, apa kau tidak merasakan hal itu?" tanya Bianca menghentikan pekerjaannya. "Siapa yang berani mengatakan hal itu? Yang aku lakukan hanya ingin memperhatikan pekerja ku, aku tidak pernah merasa jika kau mendekati ku, lagipula apakah aku akan tergoda dengan office girl seperti mu? Tetapi, jika kau mau berkencan dengan ku, kau akan aku lindungi di tempat ini." Ucapan Paul membuat Bianca sedikit mual, ditambah lagi ia sangat membenci orang itu karena beberapa kali hampir menjatuhkan perusahaannya. "Dasar bodoh, kenapa kau malah menggoda ku? Kau pikir aku akan tergoda? Maaf saja Paul, sekalipun aku terlahir menjadi seorang wanita, aku tidak akan pernah membiarkan kau mendapatkan hatiku," gumam Bianca dengan tatapan tak sukanya. "Ada apa dengan ekspresi itu? Hahaha kau pikir aku serius mengatakannya? Aku tidak mungkin mengajak mu berkencan, mau ditaruh di mana wajahku jika itu sampai terjadi," ucap Paul tersenyum membuat Bianca semakin mual melihat wajahnya. "Ya baguslah, sekarang kau bisa kembali ke ruangan mu, jika si Josie melihat aku bersama mu, sudah pasti dia akan mengerjai ku dan mengintrogasi ku, wanita itu benar-benar menyebalkan," ucap Bianca kemudian Paul pun pergi dari hadapannya. "Apa kau merasa terganggu dengan dia? Aku bisa memindahkan Josie jika kau mau, yang jelas aku minta kau harus tetap semangat bekerja di perusahaan ku, aku akan membantu mencari keluarga mu," ucap Paul berlalu dari hadapan Bianca. "Terserah kau saja, aku tidak peduli sedikit pun tapi, aku tidak pernah minta perlindungan dari mu," jawab Bianca jutek. Sepertinya ada sesuatu dalam pikiran Paul yang menyebabkan ia seakan ingin akrab dengan Bianca, entah karena parasnya yang cantik atau ada alasan lain, yang jelas gerak-gerik Paul nampak berbeda, hampir sama seperti yang ia lakukan pada Ellena atau mungkin itu cara Paul melakukan pendekatan pada pegawainya agar terkesan perhatian. Semakin hari Bianca mulai terbiasa dengan tubuh wanitanya bahkan sekarang ia sudah bisa memakai handuk seperti wanita pada umumnya, ada timbul pertanyaan dalam benak Ellena kenapa Bianca tak pernah terlihat memakai make up ketika ia pergi bekerja, hal itu membuat Ellena kemudian bertanya di satu kesempatan. "Apa kau tidak bisa menggunakan make up? Aku tak pernah melihat mu memakainya? Apa kau memiliki alergi kulit atau semacamnya?" tanya Ellena yang saat ini menikmati cemilannya sembari memainkan handphone. "Tidak perlu, aku suka wajah natural tanpa ada make up di daerah wajah ku, yang jelas aku suka penampilan seperti ini," jawab Bianca membuat Bianca nampak kesal dengan jawabannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN