Ketika mengetahui jika cliennya adalah seorang wanita, Bryan cukup berambisi untuk mempermalukannya tetapi, itu adalah calon rekan kerjasamanya sehingga ia tak bisa memperlakukan orang itu sembarangan. Mereka kini telah duduk di ruangan pertemuan dan anehnya pertemuan itu hanya diwakili oleh Bryan dan tak ada satupun staf lain di dalam pertemuan itu sedangkan wanita itu ditemani tiga stafnya.
"Selamat datang nona di perusahaan The High Speed, sebelumnya kau pasti sudah tahu jika perusahaan kami adalah yang nomor satu di bidang digital, dari mulai internet browser, media sosial maupun aset digital, untuk itu aku harap kerjasama ini bisa menghasilkan sesuatu yang luar biasa dan bisa meningkatkan kualitas dan daya produk yang kami miliki," ucap Bryan membuat wanita itu nampak salah tingkah dan tak bisa berhenti memandang Bryan yang begitu tampan.
"Aku gugup, bagaimana bisa aku terpesona oleh ketampanannya? Ini bukan seperti aku yang biasanya," gumam wanita yang nampak terbengong memandangi Bryan.
"Nona? Apa kau mendengar ku? Aku ingin mendengar semua rencana dan proposal mu serta kerjasama seperti apa yang ingin perusahaan mu tawarkan pada kami," ucap Bryan yang menyadari jika perempuan itu memang memperhatikannya.
Kemudian dua orang pria lainnya saling memandang dan mencoba menegur wanita itu yang nampak melamun menatap Bryan.
"Bu Dirut, tuan Bryan bertanya padamu," ucap pria itu yang kemudian wanita yang berstatus direktur utama di perusahaannya itu tersadar dari lamunannya dan mencoba mengalihkan sesuatu.
"Ah iya benar sekali, langsung saja aku akan mengatakannya, semua program dan penawaran ku pasti menguntungkan bagi perusahaan mu karena ini adalah program yang cukup mendongkrak dunia digital," ucap wanita itu kemudian mempresentasikan apa yang ingin mereka lakukan bersama perusahaan Bryan.
Sampai detik ini Bryan nampak tak melakukan apapun dan ia cukup menghargai pendapat dari wanita itu tetapi, saat mereka presentasi, Bryan terlihat tidak peduli dan beberapa kali ia tidak fokus mendengarkan presentasi tersebut yang membuat wanita itu cukup jengkel tetapi, tak dapat melakukan apapun bahkan Bryan sempat mengangkat teleponnya kemudian ia pergi keluar untuk mengambil makanan pesanannya.
"Ya silahkan teruskan tetapi, aku ingin mengambil makanan ku dulu, presentasi mu membuat aku mengantuk terlihat datar dan membosankan, sejak tadi yang aku lihat hanya pakaian seksi, b****g besar serta daadamu yang menyembul, apakah konsep presentasi mu untuk menonjolkan bagian itu? Ya tunggu sebentar aku akan keluar dulu, aku harus menangani seorang yang lelet," ucap Bryan meninggalkan mereka yang sedang presentasi sementara staf perusahaannya berjaga-jaga di depan pintu ruangan itu.
"Apa? Tuan Bryan, apa kau tak bisa menghargai kami? Bagaimana bisa kau meninggalkanku saat aku sedang presentasi? Lalu apa yang kau maksud dengan menyebut bagian tubuhku? Itu adalah sebuah pelecehan," ucap wanita itu merasa tersinggung.
Bryan menatapnya dengan tatapan mata yang tajam, tatapan itu berhasil menusuk jantung wanita itu sampai tersipu-sipu.
"Aku hanya keluar sebentar nona," ucap Bryan dengan senyumannya.
"Eh? Tatapan itu sangat tajam, aku tak dapat menolaknya," gumamnya.
"Baiklah tuan Bryan, aku akan menunggu mu," ucap wanita itu yang membuat para pendampingnya terkejut.
"Nona Carissa? Bagaimana dia bisa mengatakan seperti itu?" ucap lelaki yang memiliki tahi lalat di pipi itu.
"Dia benar-benar takluk oleh pesona tuan Bryan," ucap pria lainnya.
Bryan tidak meminta siapapun untuk mengambilkan makanan karena ia ingin berhadapan langsung dengan orang yang telah membuatnya menunggu lama, sedangkan si pengantar makanan itu kini berada di lobby.
"Tuan Bryan akan segera turun, anda tunggu di sini sebentar," ucap pria yang bertugas sebagai resepsionis.
Seperti yang kita tahu jika di perusahaan Bryan semua pekerjanya adalah laki-laki sehingga tak heran jika resepsionis yang biasanya ditempati oleh wanita kini ditempati oleh laki-laki.
"Tuan Bryan? Jadi dia yang memesan makanan ini?" ucap Ellena yang baru menyadari jika pesanan makanan itu di pesan oleh Bryan.
Bryan kini telah sampai di lobby dan ia menemukan Ellena di sana. Dengan langkah yang gagah ia mendekati Ellena dan sadar jika wanita yang kini mengantarkan makanan itu adalah salah seorang wanita yang ia benci.
"Waw, siapa ini? Apakah kita saling mengenal sebelumnya? Oh ya tentu saja, benar begitu nona manis yang tak punya etika dan sopan santun? Pantas saja makanan yang aku pesan cukup lama, ternyata kau yang mengantarnya, apakah kau ingin aku mati karena kelaparan? Oh tunggu dulu, apa maksudnya ini? Apa itu artinya Bobi telah memecatmu di restoran Prancis? Bagus, dia memilih kebijakan dan keputusan tepat, wanita seperti dirimu memang tak cocok untuk bekerja di sana, dan sekarang nampaknya akan menarik jika aku membuat mu keluar dari tempat mu bekerja," ucap Bryan yang membuat Ellena terkejut dan memohon.
"Apa? Tuan Bryan, aku mohon kali ini jangan merusaknya, aku membutuhkan uang untuk biayai pengobatan kakekku yang sedang sakit, jika aku dipecat dari pekerjaan ku sekarang, aku tak punya uang lagi untuk membiayai pengobatan kakekku," ucap wanita itu memohon.
"Apa kau pikir aku peduli dengan yang kau alami? Aku tidak peduli dengan semua urusan mu, kau adalah wanita lelet dan tak memiliki etika terhadap orang lain dan sekarang kau terlambat mengantarkan makanan ku, aku akan menelpon manajer mu dan meminta dia memecatmu dari pekerjaan mu," ucap Bryan yang nampaknya memiliki dendam yang cukup kuat pada Ellena.
Kekesalannya pada Ellena didasari dari pertemuan pertama mereka ketika Bryan dipermalukan olehnya saat interview dahulu, kejadian itu benar-benar tak bisa Bryan lupakan sehingga ia menganggap jika Ellena adalah wanita yang cukup mengganggu dan tak boleh merasakan kebahagiaan.
"Aku tahu pernah melakukan kesalahan padamu tetapi, bukan seperti ini kau membalas ku, aku tidak keberatan jika kau membentak ku bahkan menumpahkan makanan di kepala ku tetapi, jangan gunakan kekuasaan mu untuk mempengaruhi atasan ku untuk memecatku, aku benar-benar membutuhkan pekerjaan dan uang," ucap Ellena nampak memohon pada Bryan.
Bryan nampak mengeluarkan ekspresi sedih namun, rupanya itu hanyalah sebuah ledekan semata karena sebenarnya dia tidak benar-benar peduli dengan ucapan Ellena.
"Ya ampun aku terharu sekali tetapi, aku bukan orang yang mudah terhasut, nona." Bryan kemudian mengambil pizza yang ada di tangan Ellena dan membukanya kemudian ia mengambil sepotong pizza itu kemudian ia jilati seluruh potongan itu.
"Pizza ini sangat enak, aku ingin kau menikmatinya," ucap Bryan kemudian menggosokkan pizza itu pelan pada wajah Ellena dan membuat wajah Ellena kini berlumur saus pizza bercampur liur Bryan yang basah. Resepsionis yang menyaksikan itu nampak terkejut dengan kelakuan Bryan, selama ini ia tak pernah melihat Bryan melakukan itu.
Ellena tak dapat melakukan apapun saat harga dirinya diinjak-injak oleh Bryan, ia hanya bisa menerima semua perlakuan Bryan dan pasrah.
"Wah kau terlihat lebih cantik dengan make up pizza ini," ucap Bryan menempelkan pizza di kepala Ellena kemudian ia mengambil potongan pizza lainnya kemudian mengunyah pizza itu lalu seterusnya ia balurkan pizza yang ia balurkan ke wajah Ellena dan membuat wanita itu menangis.
Apa yang dilakukan Bryan benar-benar keterlaluan dan itu sudah tidak manusiawi lagi, resepsionis yang melihat itu tak dapat melakukan apapun karena Bryan adalah bosnya. Ellena yang menangis malah membuat Bryan semakin menyukainya, itu adalah hal yang paling ia tunggu.
"Lihatlah kau sangat cantik dengan make pizza itu hahaha," ucap Bryan tertawa.
Ellena benar-benar marah dan emosinya sudah memuncak tetapi, kali ini ia cukup sabar karena tak ingin dipecat lagi dari pekerjaannya, dia rela mendapatkan perlakuan seperti itu asalkan ia bisa mendapatkan uang untuk pengobatan kakeknya.
Saat Ellena tengah dipermalukan dan diinjak harga dirinya kemudian Luis tiba-tiba muncul dan membersihkan wajah Ellena dengan tisu basah dan membuang pizza yang ada di kepala Ellena.
"Apa kau baik-baik saja nona? Bagaimana bisa pria ini terus mempermalukan mu di sini, sekarang aku akan membersihkan semuanya," ucap Luis membuat Ellena terkejut lagi-lagi pria itu yang menolongnya.
"Tuan? Kau? Bukankah kau adalah temannya?" ucap Ellena.
"Memangnya kenapa? Aku tidak bisa melihat temanku memperlakukan manusia seperti hewan, apa yang dia lakukan sudah keterlaluan," ucap Luis terus membersihkan wajah Ellena sampai benar-benar bersih dengan tisu basah.
"Luis, apa yang kau lakukan?" tanya Bryan nampak malas.
"Bryan bukankah kau masih ada clien? Dan aku sudah mendapatkan cincin permata yang kau inginkan," ucap Luis memberikan kotak perhiasan pada Bryan.
Bryan melihatnya dan ia menyukai apa yang Luis berikan.
"Waw, kau benar-benar bisa diandalkan Luis bahkan kau tahu selera ku, aku yakin Natasha akan menyukainya, baiklah aku minta kau urus wanita ini dan jangan lupa berikan dia servis memuaskan," ucap Bryan pergi meninggalkan Ellena tanpa perasaan berdosa.
"Terimakasih tuan, anda sebenarnya tak harus melakukan ini, aku sudah menanggung semuanya, karena ini bagian dari resiko pekerjaan ku," ucap Ellena nampak pasrah.
"Tidak apa-apa, aku sadar jika temanku satu itu memang sangat keterlaluan, aku harap kau bisa mendapatkan pelanggan yang baik, lain kali hati-hati jika bertemu dengan Bryan," ucap Luis setelah membersihkan wajah Ellena.
Nampaknya Ellena cukup tersentuh dengan perlakuan Luis, ia bahkan tersenyum saat meninggalkan gedung perusahaan itu.
"Bryan benar-benar keterlaluan, jika dia sudah membenci seseorang maka dia tidak akan pernah membuat orang itu tenang," ucap Luis kemudian ia pergi ke ruangannya.
Setelah pertemuan dengan cliennya selesai, akhirnya tamu dari perusahaan itu pergi meninggalkan ruangan Bryan dan tak sengaja berpapasan dengan Luis, lagi-lagi direktur utama yang seorang wanita itu nampak terpana dengan pria yang ia temui di lorong yaitu Luis.
"Selamat siang nona," ucap Luis menyapanya dan membuat ia terpana.
"Apa? Lagi-lagi aku terserang oleh ketampanan pria yang ada di sini, siapa dia?" ucap Carissa saat Luis melewatinya.
"Dia adalah tuan Luis, kaki tangannya tuan Bryan," ucap pendampingnya.
"Luar biasa, aku benar-benar terpesona oleh ketampanan yang dia miliki, auranya sungguh terasa," ucap wanita itu menenangkan hatinya yang berkobar.