"Barra brengs*k!" Aku terus mengumpat setelah berhasil keluar dari kendaraan hitam milik Barra yang masih terparkir di sana. Enggak peduli dia sedang ngejar aku atau enggak, yang jelas aku lagi enggak mau melihat wajah sialannya itu. "Brengs*k!" Ini juga. Ngapain sih, air mataku pake keluar segala? Bikin aku kelihatan lemah aja. Padahal aku jauh lebih bisa menyakiti Barra karena aku sudah tahu kelemahannya. Tapi kenapa kali ini hatiku terasa sakit gara-gara pria seperti Barra? "Kenapa aku jadi cengeng banget, sih?" Aku rasakan pelupuk mata yang memanas, diiringi cairan bening yang keluar tanpa bisa aku tahan. Ingin melupakannya, tapi nyatanya otakku malah berpikir keras dan membayangkan kegiatan panas Barra dan Aleta di dalam mobil. Ini terasa sangat menjijikkan. "Brengs*k!" Gak tahu