CHAPTER 5

1217 Kata
Ayura terdiam, pun Haras. Anak laki-laki itu menundukkan wajahnya. Lima belas menit berlalu, Ayura masih bungkam. Haras mengangkat wajahnya takut-takut. "Mam.." "Kenapa kamu menemui mereka?!" Haras terkejut oleh nada tinggi Ayura. "Har—" "Kamu masih punya Mami Haras. Kenapa kamu menemui mereka sendirian bahkan tanpa kasih tau Mami?!" Haras terdiam. Membeku di tempatnya. Ayura sangat jarang sekali marah padanya. Bahkan hampir tidak pernah. "Maafin Har, Mam.." ucap Haras penuh sesal. Suaranya terdengar sangat jauh. Ayura terdiam. Tiba-tiba merasa tertampar sendiri. Rasa bersalah langsung menerpanya. Harusnya ia tidak memarahi Haras. Harusnya ia menenangkan anaknya itu. Ayura menghela napas. Kemudian diraihnya Haras ke dalam pelukan. "Mami nggak mau kamu kenapa-kenapa. Mami cuma punya kamu Har, Mami nggak punya siapa-siapa lagi.." diusapnya rambut Haras. Haras kembali bergumam meminta maaf. "Mami juga minta maaf ya. Mami nggak sengaja bentak kamu." "Nggak, Mam. Har yang salah. Harusnya Har kasih tau Mami. Tapi Har nggak tega lihat Mami jadi kepikiran masalah itu terus sampai nggak bisa istirahat.." Ayura tertegun. Tak menyangka bahwa Haras memperhatikannya dan menyadari sikapnya. Ayura harusnya ingat bahwa Haras sangat peka. Apalagi itu berhubungan dengannya. Ayura mencium puncak kepala putranya itu. "Har janji ya, ini terakhir kali Har lakuin ini sendirian. Har harus janji juga, jangan pernah terlibat sama mereka lagi." Haras mengangguk. Ayura menarik napas dalam. "Kamu melakukan kesalahan besar hari ini, Jo," batin Ayura. **** Setelah mengantar Haras kembali ke sekolah, Ayura kembali ke kantor. Tak disangka ia langsung dihadapkan pada cobaan lainnya. Ternyata tadi ada apel dadakan dan ia tidak di sana. Untung saja ia hanya dapat peringatan kecil saja. "Faranisa Ayura.." "Iya, saya." Ayura bangkit. Seorang wanita dengan pakaian super modis dan badan bak model berdiri dengan sangat cantik di depannya. "Kamu dipanggil Pak Direktur." Ayura melotot. "Hah? Saya?" Wanita yang Ayura tau merupakan sekretaris Aditya itu mengangguk. Ia kemudian jalan lebih dulu. Ayura sudah kelabakan karena terkejut. Apalagi teman-teman di divisinya menatapnya penuh tanya. Ayura menarik napas dalam. "Semoga Kelana nggak ingat lagi sama aku," doanya penuh harap. Ia bergegas mengikuti sekretaris cantik tadi. "Silahkan masuk," ucap si sekretaris tadi setelah membukakan pintu untuk Ayura. Ayura tersenyum tipis. Sebelum masuk sekali lagi ia menarik napas dalam. "Selamat siang, Pak.." Aditya yang sedang berkutat dengan komputernya menoleh sebentar. "Ah, kamu sudah datang," katanya. "Sebentar.." ia kembali berkutat dengan komputernya. Tak lama ia memusatkan seluruh perhatian pada Ayura. "Silahkan duduk, Faranisa.." "Terimakasih, pak." Keduanya bertatapan beberapa detik, Ayura lebih dulu mengalihkan pandangan dengan menunduk. "Bapak memanggil saya?" "Iya." Kemudian kembali hening. "Sudah berapa lama kamu bekerja di perusahaan ini?" "Hah? Oh, sudah 5 tahun, Pak.." "5 tahun. Sudah lumayan lama." Aditya melipat tangannya di d**a. "Lalu kamu di mana 5 tahun sebelum bekerja di sini?" "Saya.. huh, maksud bapak?" Ayura menatap Aditya bingung. Pria itu tersenyum tipis. "I'v been searching for you, these past ten years. Kamu nggak ingat saya, Kak Fara?" Ayura melotot. Selama beberapa detik waktu di sekitarnya terasa berhenti. Ayura membuang napas seolah ia sudah menahannya hampir satu jam. "Nggak mungkin nggak inget, kan? This me, Kelana.." seolah tidak cukup, Aditya menambah penjelasannya untuk mengingatkan kembali Ayura pada 10 tahun lalu. Ayura merasa sulit bernapas. "Ak-aku inget.." Aditya tersenyum. "Kalau inget kenapa kakak nggak menyapa aku kemarin setelah pertemuan di aula?" Ayura meremas tangannya. Tak tau harus menjawab apa sebab sejujurnya ia sangat ingin menghindari pertemuan ini. Aditya mengetuk-ngetuk jarinya di meja. "Kakak udah ketemu Mas Jo?" Ayura menggeleng. "Please, jangan kasih tau Jo. Jangan kasih tau Jo kalau kamu ketemu aku." Ayura memohon. Aditya terlihat tak terkejut sama sekali oleh permintaan Ayura. Ia membuang napas pelan. "Ok, aku nggak akan kasih tau Mas Jo. Tapi dengan satu kondisi.." "Kondisi?" "Iya. Kak Fara harus jawab semua pertanyaan aku.." Ayura menggigit bibirnya. "Kakak udah nikah?" Ayura mencerna sebentar, kemudian ia menggeleng. Aditya tampak agak terkejut dengan gelengan Ayura. Tapi kemudian ia manggut-manggut. Berarti pria yang tempo hari ia lihat di depan rumah Ayura bukan suami Ayura. Meskipun ia sudah tau siapa pria itu. Tapi Aditya tidak akan mengungkitnya sekarang. Ia tak mau gegabah. Ia tak mau Ayura merasa terancam oleh dirinya dan membuat wanita itu kembali melarikan diri. "Kakak tinggal di mana sekarang?" Ayura tak langsung menjawab. Ia pun berpikir dalam diamnya. Ayura merasa bahwa Aditya hanya sedang mengulur waktu. Jika ia tau bahwa Ayura ada di perusahaan ini, sudah pasti Aditya telah memeriksa CV dan biodata pegawai miliknya. Sudah pasti juga Aditya tau alamat rumahnya. Ayura yakin Aditya sedang mengulur waktu untuk pertanyaan yang sebenarnya. Ayura menyebutkan alamat rumahnya. Aditya manggut-manggut. Ia kira Ayura akan berbohong tentang alamatnya. Tapi ternyata wanita itu menjawabnya dengan jujur. Aditya berdehem sebentar. "Kakak punya anak laki-laki berumur 9 tahun," Aditya menjeda. "Apa itu anak Mas Jo?" Ayura benar-benar membeku kali ini. Dugaannya benar. Aditya sudah tau tentang Haras. "Apa dia anak Mas Jo?" ulang Aditya. Ayura menggigit bibir dan meremas jari-jarinya. Ia menarik napas pendek. "Bukan." **** "Haras...!!" Haras menghentikan langkahnya. "Baby.." "Kamu mau ke mana?" "Ke sana." "Aku ikut ya.." Haras mengangguk. Gadis kecil dengan rambut diikat ekor kuda itu kemudian menyerahkan sepotong kue miliknya pada Haras. "Cemilan, buat tenaga nanti les," katanya menjawab meski Haras tak bertanya. Haras hanya berterimakasih lalu mengunyah kue itu. "Cindy jahatin kamu lagi, ya?" Haras meletakkan bukunya di samping kanan. Ia menatap lapangan di depannya. "Emang ya si Cindy itu nggak pernah puas. Nggak tau deh apa maunya. Padahal kamu itu nggak pernah gangguin dia, nggak pernah ngeladenin, tapi masih aja ngusik." "Justru karena itu. Dia nggak senang karena aku nggak ngerespon dia." "Iya, dia kan ratunya pencari perhatian.." Haras melirik gadis di sampingnya itu. Sejauh ini, hanya Baby anak perempuan yang ia terima sebagai teman. "Tuh coklat di gigi," kata Haras. Baby bukannya menutup mulut, tapi justru membuka lebar mulutnya. Menampilkan deretan giginya yang lucu. Haras tersenyum dibuatnya. "Udah ilang?" Haras mengangguk. "Ya udahlah, Har. Nggak usah pikirin dia lagi. Besok kalau dia masih macam-macam, aku yang bakal bantu lapor sama ibu guru." "Makasih ya, By." Baby mengangguk. "Kamu baca buku apa?" "Nih.." Haras menunjukkan buku yang ia baca pada Baby. Seterbuka itulah Haras pada Baby. Itu juga lah yang membuat Cindy marah dan kesal. Sebab setiap kali ia ingin melihat buku yang Haras baca, setiap itu juga Haras akan mengabaikannya dan meninggalkannya. **** "Selamat sore, tante.." sapa Baby. "Sore juga, sayang.." Ayura tersenyum. Perhatian Haras tertuju pada sosok pria yang berdiri di samping ibunya. Tatapannya tak bisa diartikan. "Baby pulang sama siapa?" "Dijemput Mama.." "Kalau gitu tante sama Haras duluan ya.." "Hati-hati tante. Sampai ketemu besok, Har.." Baby melambaikan tangan. Tak lupa tersenyum. Haras tak langsung masuk ke dalam mobil. Ayura agaknya mengerti. "Har, kenalin, ini Om Kelana, temen Mami.." Haras tak langsung mengulurkan tangan. Aditya melempar senyum, berusaha menaklukkan bocah di depannya itu. Tapi ekspresi Haras masih sama. "Salam kenal, om," ucap Haras pelan, kemudian langsung nyelonong masuk ke dalam mobil. Ayura menatap Aditya, memohon pemakluman. Aditya tersenyum dan mengangguk. **** Ayura selesai mengantar Aditya hingga pria itu masuk ke dalam mobil dan berlalu. Rencananya mereka akan makan malam di rumah Ayura, tapi tiba-tiba ada telepon penting. Aditya harus pergi karena ada hal mendesak. Haras menatap Maminya itu dalam diam. Ayura kembali duduk. Ia sudah terlanjur masak berlebih. Sepertinya ia akan membawakannya untuk Rangga besok. "Mam.." "Hm?" Haras masih fokus dengan makanannya. "Haras nggak suka sama Om tadi." Ayura terdiam. "Har nggak mau Mami berhubungan sama dia." *******
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN