Strategi Jitu

1224 Kata
"Apaan?" Tata hampir bersuara. Ia menyuruh Adeeva segera keluar. Kelasnya begitu ramai meski jam istirahat begini. "Masuk aja sini!" "Lo yang keluar sini!" Heiiish. Ia terpaksa keluar. Ia kan sedang sibuk menyalin tugas. Hahaa. Hanya mengecek apakah jawabannya sama dengan teman-temannya. Karena jujur saja, ia khawatir. Apalagi yang mengajarinya semalam Adrian. Ia tak paham kapan Adrian serius dan tidak. Adshilla? Mereka akan bertengkar. Apalagi Adshilla paling tak sabar kalau berhadapan dengannya dan Adel. Hahaha. "Kan kata lo...." "Aaaah." Ia hampir lupa. "Sekarang?" Tata menoyor kepalanya. Ia melotot tapi tetap mengikuti. Lantas buru-buru menutup bukunya dan mengembalikan buku yang ia pinjam. Kemudian mereka sama-sama berlari menuju gerbang tapi memutar dulu ke arah ruang guru. "Gak ada di sana? Seriusan?" Adeeva tak percaya melihat situasi di sekitar ruang guru yang pintunya terbuka lebar. "Mendingan kita ke gerbang aja sekarang." "Tapi kalo keluar, apa alasannya?" "Gampang!" Keduanya berlari lagi menuju gerbang sekolah. Tapi mengendap-endap dari kejauhan. Waktu usia 10 tahun, mereka pernah ikut pelatihan jadi detektif mini di kantor Regan. Tentu saja keterampilan itu harus ada. Tapi yang membuat pusing opa Adhi mungkin karena keterampilan ini bukan digunakan untuk menghadapi musuh melainkan untuk mengejae cinta. Yang namanya cucu opa Adhiyaksa memang harus cerdik kan? Ferril yang mencuci otak mereka dengan itu. Toh biangnya juga opa dan Fadli. Jadi siapa yang harus disalahkan dalam hal ini? "Oke, aman!" Adeeva berhasil menemukan ketidakberadaan guru piket di sana. Biasanya memang akan ada yang menjaga tapi tidak lama berada di sana. Tapi kali ini, mereka sepertinya memang sedang beruntung. "Buruaaaaaaan!" seru Adeeva. Ia terbirit-b***t berlari ke arah gerbang sekolah. Tata ikut di belakangnya tanpa mengurangi kecepatan. Mereka pernah dilatih berlari cepat oleh tim Regan juga diusia 10 tahun kan? Jadi mari gunakan keahlian ini untuk kabur dari satpam sebelum diteriaki. Ya kalau satpamnya curiga. Tapi Adeeva mendadak berhenti sebentar. Untuk apa? "Yaaa! Lupa bawa buku. Ambil buku dulu!" "Untuk apa?" "Udaah gak usah tanya dulu!" Kalau sedang dalam keadaan begini, tak bisa ribut berlama-lama. Mau tak mau Tata mengikutinya berlari menuju ke kelas yang lebih dekat dari sini. Ia pergi mengambil dua buku tebal untuk dijadikan alasan. Tampaknya Adeeva punya alasan. Jadi begitu kembali menuju gerbang, Tata sudah membawa buku itu. Ia berlagak berjalan normal saat berhadapan dengan satpam. Ya anggap saja ini adalah pengelabuan, bukan kah sebuah ide yang bagus? "Paaaak! Bapak yang baik dan ganteeeeeng!" ia nyengir usai mengatakan hal itu. Ini adalah teknik meluluhkan hati ala Ferril. Katanya cowok-cowok mau usianya berapa pun pasti akan luluh. "Kita izin keluar bentar yaaaaaaaa bapak ganteeeeeng! Mau ke fotokopi niiiiih. Di dalem ngadat gitu deh mesinnya, pak." Tata yang membawa dua buku tebal memperlihatkannya pada pak satpam. Ya untuk memperkuat alibi. Mereka sedang dalam keadaan terdesak sekarang bukan? Sebetulnya buku itu bukan untuk anak kelas tujuh SMP melainkan anak kelas sembilan SMP. Mereka tak akan sempat kalau kembali ke kelas mereka karena terlalu jauh. Jadi satu-satunya cara memang hanya mampir ke kelas terdekat dan itu adalah kelas 9. Bagaimana Adeeva bisa kenal? Ohoook. Si bawel ini paling jago kalau urusan mulut bukan? Ia sangat lihat menjalin koneksi. Apalagi setelah ditambah perbekalan ilmunya saat dilatih oleh Regan. Hahaha. "Jangan lama-lama ya kalian," pesan sang satpam. Ia tak sengaja membiarkan dua curut kabur dari sekolah. Lagi pula mereka tidak akan membolos kok. Beneran deh. Lantas mereka akan pergi ke mana? Ohoooo. Tujuan mereka tentu saja sekolahnya Ali, Adrian dan Adshilla. Kebetulan memang lokasinya tak begitu jauh kalau berjalan kaki. Lebih cepat kalau melalui jalan raya. Tapi terlalu berisiko kalau mereka lewat di sana. Kalau terlihat guru-guru yang mungkin mampir ke warung Padang di sana bagaimana? Meski tak hapal wajah kan bisa terlihat dengan jelas dari seragam yang mereka kenakan. Jadi lah mereka masuk g**g-g**g kecil begitu. Jalanan ini bisa dilalui dengan motor tapi tak bisa mengebut karena jalanannya sempit dan terlalu rumit. Terlalu banyak belokan dan rumahnya juga sangat padat. Bahkan saling menempel dindingnya. Tak ada celah. Kalau lewat jalan raya tadi selain berisiko ya di jam-jam tertentu kan macet. Kadang juga dipasang jalan satu arah. Akhirnya ya lumayan memakan waktu apalagi di jalan raya itu kan lumayan macet kalau pagi-pagi. "Kemarin, hhhaaaahhh gue ngeliat cowok itu ada di warteg itu!" Tata berbicara sambil berlari. Ya pasti ngos-ngosan lah. Kemarin ia memang sengaja pulang terlambat bersama teman-teman sekelasnya untuk ngeceng cowok-cowok SMA. Kalau cowok-cowok SMP sih masih anak kecil. Mereka lebih suka yang dewasa. Hahaha. Terus siapa yang dikecengin? Kakak kelasnya Adshilla dan Adrian doong! Eh maksusnya yang sepantaran Ali? Mungkin. Walau mereka juga belum tahu apa-apa. "Namanya lo tahu?" Kening Tata mengernyit. Ia berupaya mengingat-ingat apa yang mungkin ia dengar kemarin. Sayangnya ia tak begitu ingat. Apalagi ia melihat cowok yang diincarnya muncul dari gerbang sekolah. Jadi ia langsung bergerak untuk mengejar cowok itu. Eeeh tapi tetap saja terlambat. Belum juga sempat berkenalan, cowok itu sudah menghilang dibalik angkutan umum. Padahal kan tinggal sedikit lagi. Padahal ia sudah berusaha keras loh. Sampai berbohong pada ayahnya dengan alasan kerja kelompok sama teman. Eeeh tetap saja tak bertemu. Pahit sekali. "Nah ituuu, Deewv! Gue juga gak denger namanya. Padahal kayaknya dia dipanggil terus noleh deh! Rame juga kan!" "Iiiiish!" Adeeva berdesis. Padahal Tata sudah berjanji kalau akan memberitahunya siapa nama cowok keren yang pernah ia lihat dua minggu yang lalu. Cowok itu sedang bernyanyi di depan warteg bersama teman-temannya. Suaranya begitu cool dan cowok banget. Suaranya juga mirip artis lawas waktu jaman Abinya masih muda dulu. Adeeva tentu tahu banyak soal lagu lawas. Karena ia sering mendengar Abinya memutar lagu itu di mobil hampir setiap perjalanan. Termasuk ketika abinya mengantarnya ke sekolah setiap pagi. "Terus ini kita mau ngapain?" Adeeva mendadak mencicitkan kakinya. Ia bertanya bodoh. Padahal ia yang memberi ide untuk mereka keluar dijam istirahat pagi tadi. Tata ikut berhenti karena capek. Padahal mereka tak punya banyak waktu. "Liat dulu gutu. Siapa tahu kan dia nongkrong di warteg itu lagi jadi kita bisa kenalan!" Tata memberikan ide. Lagi pula sudah setengah jalan begini masa berhenti sih? Akhirnya mereka mempercepat langkah. Tata berlari lebih dulu. Adeeva yang berniat kembali akhirnya mengikuti langkahnya. Mereka berlari kencang karena terburu-buru dengan jam istirahat sekolah yang tak begitu lama. Keduanya sampai rela tak makan demi mencari tahu nama cowok itu loh. Nanti kalau Adeeva sudah dapat, ia akan lebih mudah mencari sosok yang ia taksir bukan? Tapi omong-omong, ia baru teringat satu hal. "Kak Shilla kenal gak ya sama cowok itu?" Ia baru terpikir sekarang. Akan lebih mudah kalau bertanya pada Shilla karena mereka pasti satu sekolah. Tapi Adeeva tak yakin. "Kak Shilla itu kuper tauk! Kurang pergaulan. Dia gak banyak kenal sama orang. Jadi percuma deh. Dan lagi, kalo kita nanya-nanya soal cowok sama kak Shilla, yang ada nih, kita bakal diceramahi sama dia terus disuruh belajar deeh! Lo mau belajar? Belajar sih di sekolah aja." Tata tertawa mendengarnya. "Kakak gue berarti lebih keren dong!" Ia sungguh sangat bangga karena punya kakak sableng yang malah menyuruhnya mengejar cowok dari pada belajar. Ya memang harus begitu. Kalau katanya Rain.... "Mumpung kalian masih umur segini. Cari yang cakeeep! Kalo udah kayak kak Rain nih ya, pilihannya makin sedikit." "Yeeeeeee kak Rain kan emang gitu dari dulu! Kalo sampai kak Asha tahu, masih berani gak luuu?" Tata langsung bergidik hanya mendengar tanpa membayangkan. Tidak bisa berkompromi dengan Fasha. Karena diusia ini memang harus belajar yang rajin bukan? "Uuurgh kalo sama kak Asha yang ada nanti hape gue malah diambil." @@@
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN