Delilah Davis Aku tidak bisa melihat Leo dengan cara yang sama lagi. Sejak kejadian tadi malam, saat aku menangis di pundaknya dengan histeris, aku tahu bahwa aku telah jatuh cinta padanya. Aku jatuh cinta pada calon suami sandiwaraku. Aku jatuh cinta pada Leonardo Gavinsky. Aku tidak tahu sejak kapan. Entah itu sejak pertama kali kami bertemu saat terjebak hujan di mesin ATM. Atau sejak dia menyapu air mataku di Club malam. Atau saat dia mengatakan kalimat indah itu: Will you marry me? Aku tidak tahu sejak kapan. Yang aku tahu, kini jantungku berdebar untuknya. Dan sialnya, tubuhku bereaksi dua kali lebih hebat ketika di dekatnya sekarang. Contohnya saja tadi pagi. Aku terbangun di atas ranjang, sendirian. Masih dengan jubah mandi yang menjadi satu-satunya kain yang melilit tub