Bertahanlah

983 Kata

"Andra ...." Ardhian segera menghambur ke arah Andra yang tergeletak mengenaskan di lantai. Lelaki itu meletakkan kepala putranya dengan hati-hati di atas paha, sementara tangannya meraih tangan Andra yang terkulai lemah.  "Andra ... bangun, Nak. Ini Papa ...." Sejatinya, Andra masih bisa mendengar suara sang ayah, tetapi untuk sekadar membuka matanya saja, Andra tidak kuat. Napasnya terdengar payah, membuat Ardhian tanpa sadar menitikkan air matanya. Hati orang tua mana yang tidak sakit, kala melihat anaknya terluka parah seperti ini? Terlebih lagi saat Ardhian melihat masih adanya pisau yang tertancap di perut putranya itu, membuat perasaan lelaki itu semakin tercabik-cabik.  Beberapa saat kemudian, Ardhian berteriak kepada siapa saja, untuk segera mendatangkan tandu, agar Andra seger

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN