“Dasar, laki-laki gila!” umpat Mahesa, seraya membanting pantatnya ke atas sofa hijau lumut di ruang tamu rumah Jatayu dan melemparkan begitu saja kunci kontak mobilnya ke atas meja. Tak hanya mimik wajahnya yang menjadi kusut karena tertekuk sejak masih berada di rumah mertuanya, tetapi juga rambutnya yang menjadi berantakan karena beberapa kali ia acak-acak sendiri, tersebab rasa kesal yang amat sangat. “Ish! Awas kualat!” kata Jatayu, memperingatkan. Pemuda itu turut mengambil duduk di sofa, di hadapan Mahesa. “Bagaimanapun juga, Pak Dewo itu adalah orang tua. Mertuamu pula! Sama juga orangtuamu sendiri!” Mahesa mendengkus, “Yang namanya orang tua, di mana-mana akan mempermudah urusan anaknya, bukannya malah mempersulit begitu!” sahutnya, bersungut-sungut. Jatayu mengembus napas ber