Chapter 11

1151 Kata
Bab 11 – Aku Tidak Percaya Dia Melakukan Ini Untuk Ku (2/2) Meskipun dia putus asa dan merasa tidak yakin untuk melakukan ini, Sovieshu memanggil pelayan dan sekretarisnya lalu memberi mereka perintah. “Aku butuh wanita dayang untuk melayani Rastha. Kalian semua pasti memiliki saudara perempuan. Jadi aku ingin masing-masing dari kalian merekomendasikan dua orang untuk ku.” Selir kaisar saat ini berada dalam posisi yang aneh, baik dari subjek perhatian dan kecemburuan, bahkan kritik dan juga penghinaan. Sovieshu berpikir bahwa status Rastha sebagai rakyat j.e.l.a.t.a pastilah telah melukai harga diri para bangsawan. Karena alasan ini, beberapa kaisar menikahi selir mereka dari para aristokrat lain untuk menimpa identitas bangsawan, tetapi ada terlalu banyak pembicaaran diluar sana tentang Rastha. Sulit baginya untuk menutupi latar belakangnya. Selama sebulan atau satu tahun, para bangsawan hanya akan berpura-pura bersahabat dengan Rastha, atau bahkan selama Sovieshu terus merawatnya. Karena tidak ada yang mau menjadi sukarelawan, maka dia tidak punya pilihan lain selain memberikan perintah kepada para bawahan nya. Kaisar : “Dia perlu memiliki teman sebaya, jadi perhatikan segala perbedaan usia.” Para pelayan dan sekretarisnya saling bertukar pandang dengan perasaan canggung diantara mereka. *** “Kamu sedang membicarakan b.u.d.a.k yang melarikan diri itu?! Apa kamu gila?” “Ayah! Bagaimana Anda bisa mengatakan itu kepada ibu?” Tangan Baron Lant gemetar dan keringat mengucur deras dari dahinya. “B.u.d.a.k yang melarikan diri? Tidak, dia bukan seperti itu. Dia rakyat jelata...” Baron Lant berusaha berhati-hati menjaga kata-katanya di depan keluarganya. “Bahkan jika dia bukan b.u.d.a.k yang melarikan diri, itu masih tetap menjadi masalah karena semua orang percaya dengan rumor itu.” Baroness Lant, istri dari Baron Lant, meletakkan tangannya di pinggul dan melototi suaminya. “Kamu ingin aku melayani b.u.d.a.k yang melarikan diri?! Orang-orang pasti akan menertawakan mu, dan anakmu Jess, dan juga aku. Kita akan kena imbas. Mereka akan mengatakan bahwa keluarga Baron Lant ada dibawah b.u.d.a.k!” Baron Lant percaya bahwa Rastha adalah wanita yang menawan dan cantik dan berharap suatu hari nanti para bangsawan akan jatuh cinta padanya dan mulai menerimanya. Tapi dia hanya berbicara tentang masa depan, yang entah kapan akan terjadi. Sangat jelas bahwa orang-orang di masyarakat saat ini memiliki pendapat yang buruk mengenai Rastha. Sayangnya, apa yang dikatakan baroness ternyata benar. “Bagaimana dengan keponakan mu saja, Aesi....” Belum lagi Baron Lant melanjutkan kalimatnya, baroness sudah menyalaknya. “Apa kamu mencoba menyarankan masa depan keponakan ku dan menyerahkan dia pada b.u.d.a.k itu? Bahkan diantara keluarga mu, kamu juga memiliki 3 keponakan kan? Kamu juga tidak tahu bagaimana kepribadian mereka. Karena kamu tidak secara langsung mengasuh mereka.” “Ya ampun, lihat lah ini... Kamu mencari alasan lain sekarang.” Ketika Baron dan Baroness Lant beradu argumen satu sama lain, para pelayan dan sekretaris lainnya juga berada diposisi yang sama dirumah mereka. Semua orang menggelengkan kepala ketika berbicara tentang b.u.d.a.k yang melarikan diri ini. Namun mereka tidak bisa mundur dan menyerah seperti permaisuri. Pada akhirnya, Count Pirnu dan Baron Lant diperintahkan oleh kaisar untuk membawa saudara perempuan mereka ke istana selama sebulan. *** Saya pikir Sovieshu akan memaksa saya untuk menanyakan tentang wanita bangsawan lagi. Tetapi entah bagaimana, 3 hari kemudian para wanita dayang-dayang saya memberitahu bahwa Putri dari Count Pirnu dan kerabat jauh dari Baron Lant akan bekerja sebagai wanita dayang Rastha sekarang. Mengesampingkan tentang kerabat jauh Baron Lant, sangat mengejutkan bahwa Putri dari Count Pirnu akan mengambil pekerjaan itu. Permaisuri : “Bukan kah nama nona muda itu adalah Helen?” Saya tahu bahwa keluarga Pirnu memiliki nama yang kuat dalam rumah tangga bangsawan. “Ya, Yang Mulia.” Namun Helen entah bagaimana dia bisa menjadi nona dayang untuk Rastha. “Helen ingin tahu dan memiliki hubungan yang baik dengan ayahnya. Mungkin dia menerima itu demi Count Pirnu, ayahnya.” Permaisuri : “Ya, saya rasa juga begitu.” Saya mengangguk dan tidak membahasnya lagi. Untungnya beberapa jam kemudian, saya benar-benar lupa tentang Rastha ketika saya berjalan-jalan dan menemukan burung tampan yang tempo hari saya temui. Para wanita dayang merasa sangat kagum ketika burung itu terbang dan berdiri di hadapan saya. “Oh burung itu datang lagi kesini.” “Lihat bagaimana dia mendatangi permaisuri. Luar biasa!” Burung itu memiliki catatan lain di kakinya. -Tapi aku lebih pintar dari burung ini. Saya sudah sadar dari mabuk sekarang.- Saya terkekeh saat membaca catatan itu. Memang tidak ada alasan khusus, saya hanya tertawa saja. Saya mengelus burung itu dan dengan cepat menulis balasannya, ­-Sepertinya Anda belum sepenuhnya sadar. Jadi siapa nama burung ini?- Para wanita dayang yang mengintip balasan saya terkekeh lagi. Semua orang berpikir apakah menyenangkan saling bertukar surat seperti itu? Saya mencium kepala burung dan melepaskannya ke langit. Dia sesegera mungkin mengepakkan sayapnya dan terbang menjauh. Seketika burung itu menghilang dari pandangan saya. Kali ini saya mengakhiri surat itu dengan sebuah pertanyaan. Apakah orang yang menerima surat nya akan membalasnya lagi? Saya pikir begitu. *** Nama yang saya lupakan sejenak tiba-tiba muncul kembali ditelinga saya tak lama setelah itu. Kaisar : “Permaisuri, aku datang untuk menanyakan sesuatu tentang Rastha.” Saya terlalu sibuk mendiskusikan tentang persiapan Tahun Baru dengan menteri keuangan ketika Sovieshu membahasnya lagi. “Apakah ini mendesak?” Saya melirik arloji, seolah-olah saya sudah menyelesaikan hari kerja saya. Jika tidak mendesak, kita bisa membicarakannya nanti. Tidak ada waktu untuk membahas tentang Rastha. Alih-alih menjawab saya, Sovieshu memandang sang menteri yang berdiri dengan canggung lalu membuatnya pergi meninggalkan kursinya. Semua pejabat lain terpaksa mengikuti menteri. Dan akhirnya hanya ada kami berdua diruangan itu. Permaisuri : “Apa yang terjadi?” Sovieshu menatap wajah saya dipantulan cahaya meja besar. “Seperti yang ku katakan tadi, ini mengenai Rastha.” Tolong, tidak bisakah dia menyelesaikan masalah selirnya sendiri? Saya mengangguk, berusaha menekan kata-kata di tenggorokan. “Baik. Jadi ada apa?” Kaisar : “Apakah kamu yang menyebarkan desas-desus tentang Rastha adalah b.u.d.a.k yang melarikan diri?” Permaisuri : “Kisah itu lagi?” Kecuali jika dia lebih spesifik dari pembahasan sebelumnya. Terakhir kali dia hanya bertanya apakah saya mengatakan sesuatu yang aneh tentang Rastha? Saya memandangnya dengan gentar. Kaisar : “Tidak hanya wanita dayang-dayang Rastha yang tidak memperlakukan dia dengan baik. Tetapi mereka juga tidak bertindak semestinya sebagaimana wanita dayang untuk Rastha.” Permaisuri : “Yang Mulia, saya tidak ingin terlibat dengan cara apapun persoalan tentang selir Anda.” Kaisar : “Tapi mengapa mereka mengabaikan Rastha disetiap kesempatan? Dan membandingkan semua yang dia lakukan dengan permaisuri. Rastha yang malang menyembunyikan kesedihan itu dari ku dan tidak sepatah katapun dia bilang padaku jika aku tidak melihatnya secara langsung bagaimana wanita dayang itu memperlakukan Rastha. Mereka melakukan itu secara tidak sengaja dan aku melihatnya, aku tidak tahu bahwa itulah yang terjadi.” Permaisuri : “Bukankah seharusnya Anda bertanya langsung pada wanita dayang-dayang itu?” Kaisar : “Aku sudah bertanya, dan mereka berkata bahwa mereka tidak ingin melayani b.u.d.a.k yang melarikan diri.” Permaisuri : “Anda benar-benar tidak masuk akal.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN