Bab 9 – Masalah Seorang Wanita Dayang (2/2)
Rastha : “Ketika aku mengunjungi nya, dia memberitahu ku bahwa aku adalah selir, tetapi bukan saudara perempuannya. Begitukah seharusnya, Baron Lant? Atau kah permaisuri membenci ku?”
Setelah upacara penanda tanganan kontrak usai, Baron Lant lah yang mengelola sebagian besar urusan Rastha. Dia mengunjungi nya hari ini tanpa tujuan tertentu, dan sangat terkejut ketika dia mendengar kisah yang tak terduga ini.
Baron Lant : “Anda mengunjungi permaisuri?!”
Rastha : “Ya. Dia telah mengirimkan hadiah ke Rastha. Aku pikir aku harus pergi dan menyambutnya jika dia mengirimkan ku hadiah.”
Baron Lant mengerang saat dia mencubit dahi nya. Rastha memiringkan kepalanya,
“Kenapa? Apakah Rastha melakukan suatu kesalahan?”
“Lebih buruk dari itu...”
Rastha terlihat heran dengan ucapan baron.
Baron Lant : “Posisi Nona Rastha dan permaisuri sangat bertentangan satu sama lain.”
Rastha : “Kenapa? Kan kedua nya melayani suami yang sama.”
Apakah itu yang dikatakan Rastha kepada permaisuri?! Baron Lant mendadak pusing. Namun mata Rastha yang gelap dan besar meyakinkan nya bahwa dia berbuat seolah tidak bersalah. Seseorang tidak akan meminta pertanggung jawaban anak-anak seperti orang dewasa. Rastha lebih tidak tahu apa-apa tentang masyarakat aristokratik daripada sekedar anak-anak aristokratik. Jadi dia menunjukkan beberapa pertimbangan. Meskipun begitu....
Baron Lant : “Nona Rastha, apakah ada yang mencoba mengehentikan Anda ketika Anda mengatakan bahwa ingin mengunjungi permaisuri?”
Rastha : “Sheril dan Kisu.”
Baron Lant : “Siapa mereka?”
Rastha : “Pembantu Rastha. Kaisar yang menugaskan mereka.”
Baron Lant : “Selain dari gadis-gadis pelayan itu apakah Anda memiliki wanita dayang?”
Rastha memiringkan kepalanya lagi, berpikir.
“Hmmm... Tidak?”
Baron Lant segera berdiri dari kursinya. Dan dengan tatapan penuh tekad, dia mencatat semuanya dan kembali menghadap Kaisar Sovieshu. Dia akan melaporkan hasil kunjungannya ke Rastha.
Baron Lant : “Yang Mulia, Nona Rastha sekarang adalah selir Anda. Tetapi dia tidak tahu tentang masyarakat aristokrat. Dia memiliki pelayan-pelayan di sisinya, tetapi dia juga membutuhkan seorang wanita dayang.”
Sekretaris lain yang mendengarkan dari sisi lain berkomentar,
“Apakah seorang wanita bangsawan ada yang mau melayani orang biasa seperti Rastha?”
“Nona Rastha bukan orang awam pertama yang menjadi selir!” Baron Lant membentak sekretaris tersebut, lalu berbalik untuk memohon lagi pada kaisar.
“Setidaknya Anda harus memberinya seorang wanita dayang untuk membimbing nya dalam masyarakat aristokrat.”
Sovieshu membuat suara pertanda setuju.
“Itu adalah sesuatu yang sudah ku pikirkan, Baron Lant.”
Baron Lant : “Baiklah, Yang Mulia.”
Kaisar : “Temukan seorang wanita dayang yang akan bertanggung jawab untuk mengajari Rastha.”
Baron Lant : “Ya, Yang Mulia.”
***
Saya sedang berjalan-jalan di taman istana barat ketika saya melihat seekor burung besar yang tampan bertengger diatas bunga besar. Burung itu sedang memetik bulunya.
Permaisuri : “Burung yang aneh.”
Para nona-nona dayang tidak menyadarinya karena mereka sedang sibuk mengobrol tentang kesia-sia an sekretaris Sovieshu yang berusaha mencari wanita dayang untuk Rastha. Saya mendekatinya dengan hati-hati. Ketika saya mengulurkan tangan, burung itu dengan cepat melompat. Dia mengguncangkan sayapnya dan menyapu paruhnya di punggung tangan saya, seolah-olah dia terbiasa dengan manusia.
‘Apakah burung ini dipelihara oleh bangsawan?’ Pikir saya. Ketika saya membelai kepalanya yang kecil, saya perhatikan selembar kertas yang terikat di kakinya. Saya mengambil dan membuka suratnya. Dan saya menemukan catatan tulisan tangan dalam naskah pendek.
-Saya adalah tamu asing yang akan tiba di Hari Tahun Baru. Saya menulis ini setelah minum anggur.-
Saya tertawa dan para nona dayang penasaran dengan apa yang sedang terjadi.
“Oh ini nampak baru.”
“Cantik.”
“Burung yang sangat tampan. Burung apakah ini?”
“Aku tahu itu burung yang sangat sulit untuk di jinakkan. Bukan kah itu burung yang di gunakan untuk berburu?”
Ketika saya menunjukkan kepada mereka surat itu, nona-nona dayang segera menyemangati saya untuk membalas surat asing tersebut. Saya tersenyum lebar. Apakah ini benar-benar dari orang asing yang sedang mabuk? Akan ada banyak duta besar asing yang akan segera tiba disini untuk Hari Tahun Baru, jadi hal ini sangat tidak biasa.
Biasanya burung-burung itu terbang menuju pagoda burung yang mengeluarkan aroma unik yang akan menarik perhatian mereka. Sungguh menakjubkan bagaimana seekor burung ini terbang sejauh ini. Saya mengeluarkan pena dari saku kecil yang selalu saya bawa dan seorang dayang mengambil selembar kertas dari dekat situ.
-Seekor burung yang mabuk terbang kembali. Jika dia menemukan jalan yang benar, itu akan lebih baik daripada tuan nya.-
Para wanita dayang menjulurkan kepala mereka, mengintip untuk melihat balasan surat saya dan mereka tertawa berbahak-bahak. Lalu saya menyelipkan pena dan mengelus lembut kepala burung itu. Lalu mengikat catatan saya pada kakinya. Burung itu menggigit dengan paruhnya ditangan saya sebelum akhirnya terbang menjauh.
Permaisuri : “Betapa menggemaskannya burung itu.”
Nona Dayang : “Burung itu sepertinya menyukai Anda, Yang Mulia.”
“Ya, bukankah itu luar biasa bahwa burung itu hanya datang ke permaisuri?” Ujar yang lainnya.
Ketika saya kembali ke kamar saya setelah mendengar obrolan para wanita dayang tentang kejadian burung, saya melihat salah satu sekretaris Sovieshu sedang menunggu saya.
Permaisuri : “Apa yang terjadi?”
Sepertinya dia sudah menunggu sebentar, dan dia segera menjawab,
“Kaisar memanggil Anda.”
Wajah para wanita dayang tiba-tiba masam. Begitupun dengan ekspresi wajah saya. Kesenangan melihat burung yang tampan itu segera menghilang dan suasana hati saya menjadi kaku. Sebelumnya, saya tidak pernah keberatan jika Sovieshu memanggil saya, tetapi sekarang saya tidak bisa menahan diri untuk berpikir, ‘Apa lagi yang akan terjadi?’
Permaisuri : “Baiklah, saya mengerti.”
Rastha sekarang adalah seorang selir kaisar dan saya memalingkan upayanya untuk lebih bersahabat dengan saya sebisa mungkin. Itu dia, bukankah ujung-ujung nya akan berakhir tentang Rastha lagi?
‘Apakah dia akan mengkritik saya karena tidak memanggilnya saudara perempuan saya? Tidak. Tidak peduli seberapa banyak Sovieshu memikirkan Rastha, dia tidak akan mungkin melangkah sampai sejauh itu.’ Kini pikiran saya ikut kalut. Selama ini Sovieshu telah melihat bagaimana ibunya ketika dia tumbuh dewasa, dan tahu seperti apa hubungan antara permaisuri dan selir.
Permaisuri : “Tunggu sebentar.”
Setelah memasuki kamar, saya melepas pakaian saya dan berganti menjadi yang lebih formal. Untungnya saya tidak bertemu dengan Rastha lagi ketika saya mengikuti sekretaris ke kamar kaisar. Saya berjalan masuk dan Sovieshu menawari saya secangkir teh dan segera memasuki percakapan,
Kaisar : “Bagaimana pun, selir memang tidak membutuhkan wanita dayang sebanyak permaisuri, kamu seharusnya masih bisa mengurangi nya walau hanya satu atau dua dari mereka. Karena aku akan memberikan itu untuk Rastha satu ataupun dua.”
Permaisuri : “Saya sudah mendengarnya. Saya melihat sekretaris Anda sedang mencari.”
Kaisar : “Namun setelah beberapa hari, tidak ada wanita bangsawan yang muncul untuk menawarkan diri mereka.”
Permaisuri : “Apakah begitu?”
Kaisar : “Aku pikir mereka tidak mau maju karena permaisuri, pemilik istana, tidak maju ke depan juga. Jadi bisakah kamu menemukan wanita dayang untuk Rastha?”