Liburan bersama.

2013 Kata
  Seperti yang Arjuna katakan sebelumnya pada Elina, hari ini Arjuna akan membawa Elina dan Abhimanyu jalan-jalan mengelilingi kota Bali dan tentu saja mengunjungi pantai, salah satunya adalah pantai Kuta.    Sehari sebelumnya, Elina sudah menyiapkan segela keperluan dirinya dan Abhimanyu untuk bermain di pantai karena Elina tahu kalau Arjuna benar-benar akan mengajak Abhimanyu untuk bermain di pantai meskipun ia sudah mengatakan kalau Abhimanyu tidak suka bermain di pantai.   Arjuna itu keras kepala, tapi Elina juga tahu kalau apa yang Arjuna lakukan juga demi kebaikan Abhimanyu sendiri karena itulah ia setuju untuk bermain di pantai.   Elina meletakan semua keperluan yang ia bawa di tempat yang sebelumnya sudah di siapkan oleh orang suruhan Arjuna. Arjuna menurunkan Abhimanyu dari gendongannya, lantas membantu Elina menata barang bawaan mereka yang jumlahnya tidak banyak.   Belum juga 5 menit Arjuna menurunkan Abhimanyu dari gendongannya, Abhimanyu sudah kembali merentangkan kedua tangannya, meminta agar Arjuna menggendongnya.   Arjuna membelai puncak kepala Abhimanyu. "Sebentar ya Kak, Om Juna bantu Bunda dulu."   Elina mendekati Abhimanyu, merangkum wajah Abhimanyu dengan kedua tangannya, menatap dengan intens kedua manik mata Abhimanyu. "Kak Abhi kan sudah besar, masa di gendong terus  sama Om Juna, jalan sendiri kan bisa." Elina menasehati Abhimanyu dengan penuh kelembutan, tak lupa memasang senyum  manis di wajahnya agar Abhimanyu tidak berpikir kalau ia sedang marah.   "Gendong." Abhimanyu mengabaikan ucapan Elina, kembali mendekatkan dirinya pada Arjuna seraya melingkarkan tangannya pada leher Arjuna yang kebetulan sedang berjongkok  tepat di sampingnya.   Elina menghela nafas pasrah saat melihat betapa manjanya Abhimanyu pada Arjuna, bersyukur karena Arjuna tidak merasa risih atau terbebani dengan kemanjaan Abhimanyu.   Arjuna kembali menggendong Abhimanyu begitu ia selesai manata barang yang ia dan Elina bawa.   "Mas minum dulu nih." Arjuna menerima botol berisi air mineral pemberian Elina, menenggaknya sampai habis tak tersisa mengingat ukuran botol tersebut sangat kecil.   Elina juga menyerahkan minuman yang sama pada Abhimanyu, bedanya Abhimanyu tidak meminumnya sampai habis, hanya setengahnya saja.   "Mas mau kesana, mau ikut?" Arjuna  menunjuk tempat di mana ia dan Abhimanyu akan bermain. Elina pun mengangguk dan mereka pun pergi menuju tempat di mana mereka akan bermain pasir.     "Sekarang ayo kita main pasir." Arjuna akan menurunkan Abhimanyu dari gendongannya begitu mereka sampai di pinggir pantai yang sudah terkena terjangan ombak, tapi Abhimanyu malah semakin mengeratkan pelukannya pada leher Arjuna, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Arjuna.    "Enggak mau, Abhi takut." Dengan tegas, Abhimanyu menolak ajakan Arjuna.   "Kenapa enggak mau?"   "Abhi takut tenggelam." Abhimanyu semakin mengeratkan pelukan kedua tangannya pada leher Arjuna begitu pun kedua kakinya yang kini melingkari pinggang Arjuna dengan begitu eratnya.   "Enggak usah takut kan ada Om Juna." Abhimanyu tetap menggeleng, menolak turun dari pangkuan Arjuna.   Elina yang sejak tadi mendengar obrolan antara Arjuna dan Abhimanyu hanya menggeleng. "Kan sudah Elina bilang kalau Abhi takut main di pantai, Mas Juna ngeyel sih."   "Ini masih pagi, Mas masih punya banyak waktu untuk bujuk Abhimanyu biar mau main pasir sama ombak." Arjuna tidak akan menyerah, ia akan terus membujuk Abhimanyu agar Abhimanyu mau main pasir.   "Terserah Mas Juna." Elina memang tak salah saat menjuluki Arjuna sebagai orang yang pantang menyerah karena memang seperti itulah Arjuna. Dia tidak akan menyerah sebelum apa yang ia inginkan tercapai.   "Kamu enggak ganti baju?" Arjuna baru sadar kalau Elina masih memakai kemeja dengan rok panjang yang menutupi kaki jenjangnya, bahkan Elina masih belum melepas kaos kakinya, berbanding terbalik dengan dirinya dan Abhimanyu yang sudah tak memakai alas kaki.   "Mas mau lihat Elina pakai bikini?"   Mata Arjuna sontak membola, menatap Elina dengan tajam. "Jangan dong, nanti Mas bisa di marahin sama Bapak."   Tawa renyah Elina sontak lolos, gemas melihat raut wajah Arjuna yang berubah menjadi menyeramkan.   Jeritan Abhimanyu membuat tawa Elina semakin menjadi, bagaimana mungkin Elina tidak tertawa saat melihat Abhimanyu ketakutan di terjang ombak yang menghantam kaki Arjuna.   Sama seperti Elina, Arjuna pun tak kuasa untuk menahan tawanya, sedangkan Abhimanyu masih terus menjerit, takut ombak tersebut menerjangnya, padahal ia berada di gendongan Abhimanyu.   Elina memilih untuk meninggalkan   Usaha memang tak menghianti hasil, itulah yang kini Arjuna rasakan. Setelah hampir 1 jam membujuk agar Abhimanyu mau main bersamanya di pinggir pantai, akhirnya Abhimanyu main di pinggir pantai, sekarang Abhimanyu malah keasikan main dan tidak mau berhenti.   Abhimanyu asik memainkan perahu yang ia buat, memekik kegirangan saat perahu yang ia taruh di atas air terkena ombak, membuat perahu yang terbuat dari kardus tersebut terjatuh.   Arjuna berdiri tepat di belakang Abhimanyu, menjaga keseimbangan tubuh Abhimanyu agar tidak mudah goyah saat ombak datang menerjang mereka.   Dengan bangga, Arjuna menunjukan pada Elina saat dirinya berhasil membawa Abhimanyu bermain air dan pasir, Elina memberi dua jempol pada Arjuna, sebagai bentuk apresiasi ataskerja keras Arjuna dalam meluluhkan dan membujuk Abhimanyu.   Arjuna tidak memaksa Abhimanyu tapi membujuk Abhimanyu dengan penuh kesabaran dan kelembutan, menunjukan pada Abhimanyu kalau mereka tidak akan tenggelam jika mereka bermain pinggir pantai karena ombaknya sangat kecil.   Elina memutuskan untuk menghampiri keduanya, bergabung dengan Arjuna dan Abhimanyu yang sedang bermain perahu. Elina duduk di samping Arjuna, mendekatkan mulutnya pada telinga Arjuna. "Mas Juna memang hebat."   Pujian yang baru saja Elina katakan tak ayal membuat Arjuna senang, membuat senyum di wajah Arjuna semakin lebar. "Terima kasih Sayang dan apa hadiah buat Mas?" Arjuna mengerling dengan smirk m***m yang kini menghiasi wajahnya. Elina tidak melihatnya karena fokus Arjuna tertuju pada Abhimanyu.    Tadi saat Elina mendekat, Arjuna pikir kalau Elina akan mengecup pipinya, tapi ternyata Elina malah berbisik di telinganya, bisikan yang mampu membuat bulu kuduknya meremang mengingat deru nafas Elina yang hangat menerpa kulitnya yang kini basah terkena air laut.    "Mas Juna mau hadiah apa?" Dengan polosnya Elina bertanya.   Arjuna melirik Elina dengan mata berbinar. "Mau ini," jawab Arjuna seraya menunjuk bibirnya.   Percayalah, Arjuna tidak benar-benar meminta agar Elina mengecup bibirnya, ia hanya ingin menggoda Elina, melihat wajah Elina merona adalah salah satu hal yang paling Arjuna sukai, menurutnya Elina terlihat sangat lucu dan menggemaskan jika sedang malu-malu dan benar saja, wajah Elina seketika merona begitu tahu apa yang Arjuna inginkan.   "Bunda, Abhi lapar." Belum sempat Elina menjawab pertanyaan Arjuna suara Abhimanyu sudah terlebih dahulu  mengintrupsi.    "Baiklah, sudah waktunya kita makan." Arjuna berdiri, di susul Elina yang juga ikut berdiri. Arjuna menghampiri Abhimanyu yang duduk di hadapannya, tanpa kata langsung menggendong Abhimanyu, melangkah pergi meninggalkan pasir yang sejak tadi mereka mainkan di susul Elina yang kini berjalan di samping Arjuna.   Sebelum menuju tempat di mana mereka mengelar tikar tempat mereka beristirahat, Arjuna terlebih dahulu membawa Abhimanyu dan Elina memesan makanan untuk mengisi perut mereka yang sudah kelaparan. Setelah itu baru menuju tempat di mana mereka akan beristirahat.   "Sebelum makan nasi, makan buah dulu ya Kak." Elina membuka kotak makanan yang berisi buah-buahan segar, buah-buahan yang tampak menggoda selera siapun orang yang melihatnya, tapi tidak dengan Abhimanyu.   "Enggak mau, maunya langsung makan nasi." Abhimanyu menutup mulutnya dengan telapak tangan saat Elina akan menyuapinya buah mangga yang sebelumnya sudah Elina potong-potong menjadi bagian kecil.   "Makan buah dulu ya Sayang." Kali ini giliran Arjuna yang bersuara.   Dengan lembut, Arjuna membawa Abhimanyu duduk dalam pangkuannya, menarik lembut telapak tangan Abhimanyu yang sejak tadi menutupi mulutnya. Abhimanyu menggeleng, tetap menolak buah yang akan Elina suapkan.    "Kenapa enggak mau makan buah?" Arjuna mengecup puncuk kepala Abhimanyu yang kini bersandar manja di dadanya.   "Abhi lapar, maunya makan nasi bukan makan buah."   "Iya, tapi sebelum makan nasi alangkah baiknya kalau Kak Abhi makan buah-buahan dulu." Kali ini Elina yang bersuara.   "Makan buah biar kita sehat?"   "Iya, makan buah biar kita sehat. Manfaat makan bauh sebelum makan adalah mencegah agar kita tidak banyak mengkonsumsi nasi." Kali ini giliran Arjuna yang menjawab pertanyaan Abhimanyu.   "Nasi putih?" Abhimanyu kembali bertanya.   "Iya nasi putih, memang biasanya Kak Abhi makan nasi apa?"   "Nasi merah Mas, tapi enggak sepenuhnya nasi merah juga, biasanya aku campur sama nasi putih," jelas Elina.   "Maksudnya?" Arjuna belum sepenuhnya mengerti dengan penjelasan yang Elina berikan.   "Jadi kalau mau masak nasi putih 1 liter, aku masukan 2 sendok nasi merah Mas, karena kalau nasi merah semua Abhimanyunya gak mau, katanya gak enak."   "Tapi sekarang makan nasi putih? Enggak pakai nasi merah?" Abhimanyu menunjuk makanan yang baru saja datang di mana di antara makanan tersebut ada nasi putihnya.   "Iya, sekarang Kak Abhi makan nasi putih karena Bunda enggak masak nasi merah. Sekarang makan buahnya dulu ya biar Kak Abhi sehat." Elina kembali membujuk Abhimanyu, seperti inilah drama jika mereka akan makan, Abhimanyu selalu menolak untuk makan buah-buahan meskipun tahu apa manfaat dari buah-buahan tersebut.   "Harus makan sendiri?"   "Makan sendiri lebih baik Kak. Kak Abhi mau di suapin Bunda atau makan sendiri?"   "Suapin," jawab Abhimanyu cepat.   "Iya, Om Juna yang suapin ya." Abhimanyu mengangguk dan dengan tenang duduk dalam pangkuan Arjuna seraya terus memainkan daun telinga Arjuna dengan tangan kanannya.   "Mana buahnya, biar Mas yang suapin." Elina memberikan kotak yang berisi buah mangga pada Arjuna dan Arjuna pun mulai menyuapi Abhimanyu, bukan hanya Abhimanyu yang Arjuna suapi tapi juga Elina dan dirinya sendiri mengingat porsi buah mangga tersebut memang untuk mereka bertiga.   Setelah selesai makan buah, ketiganya pun mulai menikmati makanan yang tadi sudah mereka pesan. Kali ini Elina tidak membiarkan Arjuna menyuapi Abhimanyu saat Abhimanyu meminta untuk di suapi, tetap meminta agar Abhimanyu makan sendiri, tanpa bantuan darinya ataupun Arjuna.   Elina terlebih dahulu menyelesaikan makananya dan kini sedang sibuk berkutat dengan pekerjaannya, mengurus jadwal untuk Arjuna yang sangat padat.   "Bunda boleh pinjam?"   Elina yang sejak tadi fokus pada tabnya lantas melirik Abhimanyu. "Pinjam apa Kak?"   "Ponselnya," jawab Abhimanyu seraya menunjuk ponsel Elina yang tergeletak di meja.   Dengan tegas Elina menggeleng. "Sekarang Kakak sedang makan, kalau sedang makan tidak boleh main ponsel."   "Bunda juga sedang main ponsel." Abhimanyu berkata dengan begitu polosnya, membuat Arjuna gemas.   "Bunda sudah selesai makan Kak dan Bunda tidak main ponsel, tapi Bunda sedang bekerja, cari uang untuk Kakak." Elina tersenyum seraya mengusap lembut puncak kepala Abhimanyu.   "Nanti kalau Kak Abhi sudah besar Kak Abhi juga kerja, seperti Om Juna dan Bunda." Arjuna mencoba untuk mengalihkan Abhimanyu dan saat Abhimanyu melirik Arjuna saat itulah Elina dengan cepat menyembunyikan ponselnya.   "Cali uang yang banyak?" Arjuna kontan tertawa begitu mendengar pertanyaan polos Abhimanyu.   "Iya, cari uang yang banyak biar Kak Abhi bisa beli apapun yang Kak Abhi mau kalau Kak Abhi punya uang yang banyak."   "Beli pesawat bisa?" Lagi, Abhimanyu bertanya dengan begitu polosnya.   "Bisa dong kalau uangnya ada banyak, memangnya Kak Abhi mau beli pesawat?" Dengan penuh semangat Abhimanyu mengangguk.   "Cita-cita Kak Abhi mau jadi pilot?"   "Abhi mau jadi pilot." Abhimanyu menjawab dengan antusias pertanyaan Arjuna.   "Memangnya tugas pilot itu apa si Kak?"   "Menerbangkan pesawat." Lagi Abhimanyu menjawab dengan antusias pertanyaan Arjuna.   Arjuna dan Abhimanyu terus terlibat obrolan tapi obrolan keduanya terhenti begitu Elina menegur keduanya agar menghabiskan makanannya dulu sebelum nanti lanjut mengobrol.   Sejak tahu kalau Abhimanyu tidak tumbuh seperti anak lain pada umumnya, Elina sudah membiasakan agar Abhimanyu selalu hidup teratur, termasuk saat makan karena makan pun ada adabnya.   Setelah makan, Abhimanyu ingin kembali bermain pasir, tapi Elina melarangnya karena panas matahari yang mulai terik.   Abhimanyu tetap kekeh pada pendiriannya, bahkan mulai merengek saat Elina tak kunjung mengijinkannya untuk bermain pasir, bahkan kini Abhimanyu mulai menangis, dengan sigap Elina memeluk Abhimanyu seraya terus memberi Abhimanyu nasehat.   Arjuna yang baru saja kembali dari kamar mandi terkejut saat melihat Abhimanyu yang menangis dalam pelukan Elina.   "Kak Abhi kenapa menangis?" Abhimanyu menoleh dan tangisnya malah semakin menjadi, membuat Elina dan Arjuna sama-sama tertawa, gemas melihat tingkah laku Abhimanyu.   Padahal sebelum Arjuna datang, tangis Abhimanyu biasa saja, tapi setelah Arjuna datang tangis Abhimanyu malah semakin menjadi.   Arjuna mengambil alih Abhimanyu dari pelukan Elina, menggendong Abhimanyu, mencoba untuk menenangkan Abhimanyu yang masih menangis.   Tadinya Arjuna hanya akan bermain di pantai sampai siang hari, tapi saat melihat betapa senangnya Abhimanyu saat bermain, membuat Arjuna memutuskan untuk bermain di pantai sampai matahari terbenam.   Elina juga tidak menolak karena ia ingin menghabiskan banyak waktu bermain dengan Arjuna dan Abhimanyu di pantai. Ini adalah salah satu momen terbaik bagi Elina, momen yang paling menyenangkan, senang saat melihat Abhimanyu tak takut  lagi saat bermain air di pinggir pantai.   Berkali-kali Elina mengabadikan momen saat Arjuna dan Abhimanyu bermain pasir dan ombak, bukan hanya mengabadikan momen tersebut dalam sebuah poto tapi juga dalam bentuk video.   Saat nanti pulang kembali ke Jakarta, Elina akan menunjukan momen saat Abhimanyu bermain pada kedua orang tuanya yang pasti sangat senang saat melihat betapa bahagianya Abhimanyu.                                             ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN