04 : Lonely Together

1938 Kata
"Apa Mah?  Besok Mamah mau pigi ke Korea?" tanyaku kaget. Mamah mengangguk sambil mengambil koper besarnya dari gudang. "Nanay merasa kesulitan packing-packing barang sendiri dan menjual barang yang gak perlu.  Jadi Mamah bantu beberes disana sebelum Nanay ikut pindah kemari," jelas Mama, tangannya terus aktif membersihkan debu dari koper besarnya. Buk.  Buk. Ini pakai kemucing ke koper kok kayak lagi menghajar anaknya yang nakal.  Debu-debu melayang heboh, membuatku terbatuk-batuk hebat. "Mhamhahhhh piiiiiiggghhiii bhehrahpahhhh lamahhhh?" "Shehhhvvulllannn!!" sahut Mamah, berusaha menahan batuk. Oh begitu.  What?!  Sebulan!!  Jadi aku serumah hanya berduaan sama brondong m***m itu selama sebulan?  Spontan aku mengkalkulasi tingkat bahaya dan waspada sikon dalam rumah... lampu merah deh kayaknya.  Aku mesti siaga satu dan mempertebal iman!  Apa perlu meminta tolak bala untuk menangkal bujukan setan cilik itu ya?! "Mah, Chacha pengin ngikut ke Korea.  Tapi sial ih, dapat bos jutek yang suka merodi anak orang!  Mana mau dia melepas Chacha pigi leha-leha di Korea?" keluhku manja. "Mau ngapain juga kamu ke Korea?" kata Mamah menanggapi. "Mau mejeng.  Siapa tahu dapat seleb kayak Taeyong-nya NCT itu.  Cute abis kan, Mah.. " "Lah, kan kita punya versi KW-nya.  Tuh, Paman muda!  Jagain dia saja disini.  Kasihan, dia kan masih polos,  gak ngerti apa-apa.  Ntar ada yang gemas, terus menculiknya.. berabe kita," ucap Mamah dengan nada sayang over alay.  Mamah ini kayaknya ngefans banget sama Oh Kam Pret.  Semua perihal bocah itu jadi tak tercela di matanya. Polos dari Hongkong?  Dia tuh rajanya m***m!  Aku jagain dia?  Malah bisa jadi aku yang ditelannya bulat-bulat! Aku merengut kesal, jadi cemburu gegara Mamah seolah lebih sayang padanya daripada  ke aku. "Udah gak usah cemberut.  Jangan diajak berantem tuh Paman muda.  Terus jangan dibikin capek.  Kasihan, masih kecil.  Pekerjaan kasar dan berat-berat kamu kerjain sendiri saja. Kamu kan biasa dirodi bosmu.  Kalau Paman muda masih belum terbiasa kerja keras.  Biarkan tugasnya belajar saja.  Lagian, tangannya lho masih mulus,  sayang jadi kasar dan kusam kalau diperbabukan.. " Nah kan!  Sakit hati enggak sih andai kalian jadi aku?  Jangan-jangan aku ini anak pungut!  Kok Mamah tega bingitz padaku? "Mamah kok gitu sih?!" protesku sebal. "Lah kenapa?  Mamah tahu sifatmu kalau cemburu sama orang.  Awas kalau kamu kerjain dia!  Jangan diajarin yang enggak-enggak! " Hellowww!  Aku ngajarin dia yang enggak-enggak??  Dia mah lebih jago dari aku.  Justru Paman muda yang rajin mengajariku perihal permesuman.  Mamah bisa pingsan andai tahu kenyataannya!   ===== >*~*   Dasar Boss Mantan emang raja tega!         Aku diminta menemaninya ngelembur sampai jam sebelas malam!  Ya, betul!  Ini keterlaluan pakai banget.  Padahal semestinya aku udah gak ada kerjaan.  Jadinya aku cuma terkantuk-kantuk sembari memainkan hapeku disofa ruang kerjanya. Hapeku diminta Boss dirubah ke silent mode, katanya mengganggu konsentrasinya.  Ya iyalah, ini gegara Paman mudaku yang telpon saban lima menit, nanyain kapan aku pulang.  Setelah ku silent, Paman muda beralih chating aku.   Paman muda Woi... Chacha Maricha, buruan pulang!  Aku kan takut sendirian di rumah.  Atau aku kesana?   Me Cemen, ah!  Gitu aja takut.  Gak usah kemari Paman.  Ini udah mau pulang kok.  Bobok dulu gih.    Paman muda Gak mau!  Kelonin dulu..   Me Nahjong...  Emang situ bayi?!   Paman muda Bayi boleh minum ASI kan?  Mau dong jadi sugar baby Chacha...    Me Yiekkkkk!!  Pengin muntah!  Tidur, Paman muda!  Chat sekali lagi, ntar aku kebiri!   Ancamanku kayaknya ampuh.  Terbukti abis itu Oh Kam Pret gak berani chat aku lagi.  Aku tersenyum geli hingga mendengar suara Boss kepoin aku. "Siapa yang mau kamu kebiri?" Astagah!  Beraninya dia mengintip chattinganku.  Lagian, kok mendadak dia udah ada didepanku sih?  Cepat-cepat kututup layar hapeku.  Mataku menatapnya dengan pandangan menuduh. "Saya tidak mengintip.  Kamu sendiri yang mengekspos hapemu," ucapnya membela diri atas tuduhan tanpa suara dariku. See?  Mana mau dia disalahkan?  Udahlah, gak usah diperpanjang lagi.  Gak ada guna,  cuma menghabiskan waktu dan energi! "Boss, udah malem lho," sindirku. "Lalu?" tanyanya bebal. "Sebenarnya aku juga gak ada kerjaan disini, boleh pulang?" jawabku menyabarkan diri. "Siapa bilang kamu tak ada kerjaan disini?" "Nemenin Boss.  Itu kerjaan?" sindirku gusar. "Itu tugas sekretaris kan?" Haishhh.. nyebelin! "Boss kok suka banget memaksaku menemani, buat apa sih?" tanyaku spontan. Dia gak menjawab, malah menatapku aneh.  Aku jadi grogi ditatap seperti itu. "Ayo kita pulang," ajaknya kemudian. Akhirnya!  Aku bangkit berdiri dan meregangkan ototku.  Kretak..  Kretak..   Boss tersenyum menyaksikan tingkahku. "Cha, mobil kamu tinggal di kantor saja.  Saya antar kamu pulang." "Ah, gak usahlah Boss.  Repot.  Lagian, besok aku ke kantor naik apa kalau mobil ditinggal disini?" tolakku langsung. "Sudah malam.  Bahaya menyetir sendiri.  Besok saya jemput kamu." Hah, gak salah dengar nih?  Kok mendadak Boss Mantan berubah jadi malaikat?  Aku sampai melongo, dan dia menyeretku yang lagi bengong ini supaya mengikutinya kayak sapi ompong.  Haisshh, bahasaku jadi kacau balau.  Maklum otak udah korslet, eh kecapekan akibat menunggu Boss ngelembur. Di mobil Boss yang mewah dan wangi,  tak sengaja aku ketiduran.  Saat terbangun aku melihat wajah Boss begitu dekat denganku.  Bibirnya hampir tak berjarak dengan bibirku dan tangannya menyentuh pipiku. "Ehmmm, Boss mau apa?" tanyaku bingung. Plak!  Mendadak dia menepuk pipiku. "Ada nyamuk!" katanya santai. Kampret, tepukannya lumayan keras.  Masa ada nyamuk nyasar di mobil semewah ini?  Mataku berkeliaran mencari jejak nyamuk yang lain dan tatapanku langsung terpaku pada satu benda yang ada di dashboard mobilnya. Itu kondom yang dia minta aku belanja untuknya kan?  Karena aku sengaja memilih kondom dengan tipe paling antik punya untuk ngerjain Boss.  Yang permukaannya kasar, berbulir-bulir, dan rasa jengkol.  ( Author note: anggap aja ada orang gila yang menciptakan kondom limited model itu!)             Boss mengikuti arah tatapanku dan tersenyum miring.  Dia mengambil kondom itu dan menaruhnya di telapak tanganku. "Ini hadiah buat kamu karena sudah menemani saya lembur. " Wajahku sontak merona merah.  Emang aku tipe cewek apaan dikasih hadiah kondom?!  Cih! "Pacar Boss tak suka kondom model ini?"  Ups!  Buat apa aku menanyakan hal selaknat ini?!  Lancang! "Ini bukan untuk pacar saya.  Saya berniat memberikannya untuk Pak Sentot, supir saya yang anaknya sudah setengah lusin tapi masih takut ikut KB.  Tapi melihat kondom model aneh seperti ini, istrinya sangat tersinggung.  Jadi dia terpaksa mengembalikannya pada saya." Astanaga!!  Apa yang telah kulakukan?  Aku udah menyebabkan pasangan yang anaknya seabrek gagal KB!! "Dan sekarang, istri Pak Sentot sudah kebobolan.  Hamil anak ke tujuh!" imbuh Boss seakan menyalahkanku. Apa itu dosaku?  Aku secara gak sengaja udah menambah beban hidup Pak Sentot yang malang.  Wajahku berubah pias, jadi merasa bersalah. "Kamu sengaja melakukannya kan?" bisik Boss di telingaku. Aku menggeleng cepat.  Percuma, Boss tahu aku berbohong. "Mengapa kamu melakukannya?  Karena kamu pikir saya akan memanfaatkan kondom itu bersama dengan pacar saya?  Kamu cemburu?" tuduh Boss. "Tidak!!" bantahku cepat, "itu tak benar!  Udah Boss, aku masuk dulu!" Buru-buru aku keluar dari mobilnya, lalu segera masuk ke rumah.  Fiuhh...  Mengapa tadi rasanya tegang banget?  Capek sekali.  Aku langsung masuk ke kamarku.  Tanpa menyalakan lampu kamar, aku melepas bajuku.  Sesekali jorok gapapa kan?  Malam ini gak usah mandilah.  Aku cuma pengin ganti baju tidur, terus bobok. Aku udah melepas baju dan braku, tinggal mencopot celana dalamku, saat aku mendengar suara napas tercekat. "Siapa?!" tanyaku gemetar sambil meraih jubah kamarku. Aku memakainya secepat mungkin.  Seseorang menyalakan lampu kamar. "Yah, kok sudah pakai jubah sih?  Tadi aku ngelihatnya gak jelas," ucap Paman mudaku menyayangkan, senyumnya terlihat m***m.  Lalu dia memandangku seakan ingin menelanjangiku. Anjritt!!  Dengan gemas kulempar dia dengan benda apapun yang ada di dekatku.  Lah, kok yang kulempar braku sendiri sih?  Asyemmmm!  Dia menangkap braku dengan cekatan lalu mengamatinya dengan seksama. "34C!  Lumayan seksi juga," ucapnya m***m. "Oh Kam Pret!" bentakku gusar. Mataku membelalak melihatnya mencium braku. "Balikin!  Dasar kau b******n cilik m***m!" makiku kesal. "Begini saja gak boleh.  Ya udah, cium isinya boleh kan?" Dia mendekatiku dan langsung kuhadiahi jitakan di kepalanya. "Woi Chacha Maricha, kita kan kekasih.  Masa aku cuma dapat jitakan aja sih?" gerutunya manja. "Itu hadiah buat orang m***m sepertimu!" Dia mencebikkan bibirnya.  Lalu tatapannya jatuh ke lantai.  Dia mengambil sesuatu di lantai dan menunjukkannya padaku sambil tersenyum tengil.  Njirrr, Itu kondom aneh yang tadi dikasih Boss. "Jadi, siapa yang m***m disini?  Woi Chacha Maricha, kok seleramu antik begini sih?" ledek Oh Kam Pret. "Itu bukan punyaku!  Boss yang minta aku membelikan untuknya, tapi dia mengembalikan padaku gegara aku sengaja memilih tipe yang aneh untuk mengerjainya." Lah, ngapain aku menjelaskan sedetail ini?  Paman mudaku gak punya hak menginterograsiku seperti ini. "Ih, ngapain sih tanya segala?!  Bukan urusan Paman muda!  Kepo!" cemoohku sambil berbalik meninggalkannya. Eh, tiba-tiba Paman muda membantingku ke kasur. "Eh, paan sih?!" gerutuku spontan. "Aku gak suka kau dekat-dekat dengan Bossmu itu, Cha!  Jauhi dia!" perintah Paman muda sembari menindih tubuhku. Olala.  Aku lupa.  Paman Muda dan Boss Mantan... mereka saling mencintai. "Kau cemburu, Oh Kam Pret?" tanyaku memancingnya. Dia mengangguk membenarkan.  Ck!  Bagaimana aku bisa membuatnya kembali normal? Deg.  Dadaku tiba-tiba berdebar kencang ketika Paman Muda menyurukkan kepalanya ke dadaku.  Hampir saja kudorong kepalanya menjauh saat teringat misiku untuk membuatnya menjadi pria normal.  Jadi, kubiarkan kepalanya rebah ke dadaku bahkan aku mengelus rambutnya lembut. "Paman,  hubunganku dan Boss udah jadi sejarah.  Kami tak punya hubungan istimewa kok.  Tapi bukan berarti kau boleh maju mendekati Boss, tauk!" Oh Kam Pret mengangguk, sambil terkekeh geli.  Heran!  Lucunya dimana sih?  Karena kesal kupencet hidung mancungnya dengan gemas.  Dia membalasnya dengan menggelitiki pinggangku. Sumpah geli banget!  Aku terkikik dan bergerak kesana-sini, menghindari gelitikannya.  Akibatnya fatal!  Jubah kamarku berantakan, hingga menampilkan separuh lebih dadaku.  Oh Kam Pret menatapnya ternganga. "Chacha Maricha, ini indah.." desisnya sensual. Tangannya terulur menyentuh dadaku.  Ya Tuhan..  Bagai ada aliran listrik yang mengalir dari tangannya.  Aku menggelinjang kegelian.  Jantungku melompat liar. "Oh Kang Pek.. jangan," tolakku namun dengan suara tak tegas. "Jangan berhenti..?" godanya seduktif. Bibirnya menyentuh bibirku lembut lalu melumatnya penuh gairah.  Dan tangannya terus aktif bermain-main di dadaku.  Aku belingsatan dibuatnya.  Apalagi dapat kurasakan bagian bawah tubuhnya yang mengeras.  Aku terbuai oleh permainan lidahnya.  Dari bibirku, lidahnya turun menjelajah ke leherku.  Aku menjerit saat dia menghisap leherku dengan gemas. "Oh... Oh.." Dia tersenyum, kepalanya bergerak semakin turun kebawah.  Saat dia hendak menyibak jubahku,  perutnya tiba-tiba berbunyi. Kriuk..  Kriuk..  Kriuk... Suara itu mengembalikan kesadaranku.  Aku mendorongnya, lalu segera membenahi jubah kamarku. "Chacha, aku lapar..." keluhnya sambil memegang perutnya. Aku batal marah padanya, malah berbalik kasihan dan khawatir padanya. "Paman belum makan malam?" Dia menggeleng lemah, "belum.   Penginnya makan bareng sama Chacha." "Bodoh!!  Kenapa tak makan duluan?  Aku sudah makan di kantor!" Jadi merasa bersalah, sementara di kantor aku makan kekenyangan gegara jatah makan Boss kuembat.  Eh, Oh Kam Pret kelaparan di rumah. "Kenapa gak chat aku?  Kan tadi bisa kubeliin sesuatu," sesalku. "Gak berani.  Takut dikebiri kalau chat Chacha lagi," sahutnya polos, dia memegang miliknya dengan protektif. Hadeh..  Aku lupa tadi udah mengancamnya dengan semena-mena. Segera kumasakkan dia mie instan rasa ramennya Korea.  Jajangmien.  Dia memakannya dengan lahap tapi minta disuapi olehku. "Ih, belepotan kayak anak kecil," cemoohku sambil mengelap sudut bibirnya yang belepotan terkena saus kedelai hitam jajangmien. "Biarin yang penting kan disuapi dan disayang Chacha Marichaku," ucapnya manja. Bikin gemas deh kalau si m***m bertingkah manja begini. "Chacha makan juga dong.." Aku membuka mulut, mau menolaknya, tapi Paman mudaku dengan cepat menyuapiku.  Mau tak mau aku menelan mie hitam itu. "Cukup, aku udah kenyang, " tolakku lagi. Oh Kam Pret tak menyuapiku lagi, namun sebagai gantinya dia menjilati bibirku dengan lidah hangatnya. "Ada saus mie di bibir Chacha, " katanya beralasan. Uh,  dia gak nyadar apa tindakannya membuatku jantungan. Selesai makan aku balik ke kamarku,  ternyata Oh Kam Pret mengekoriku. "Paman muda lupa?  Kamar Paman disana," sindirku padanya. "Aku mau bobok di kamar Chacha," pintanya memelas. "Enggak boleh!  Ntar Paman nakal, grepe-grepe aku," tolakku tegas. "Swear!  Janji gak macam-macam!  Aku cuma kesepian bobok sendirian.  Kangen pelukan Nanay. " Duh, kalau begini Oh Kam Pret terlihat begitu polos.  Kayak anak kecil yang kangen emaknya.  So sweet..   Imut bingitz! Akhirnya aku mengijinkannya bobok di kamarku.  Di ranjangku.  Kami tidur saling berpelukan.  Dengan pipi saling menempel.  Tangan saling bertaut.  Kaki saling menindih.  Rasanya nyaman.  Hatiku tentram.  Menatapnya saja membuatku bahagia. Dia juga nampak sumringah.  Senyumnya selalu berkembang sempurna. Lonely together.  We do it and enjoy it...   ===== >*~* Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN