Bab 6 : Klub Malam

1034 Kata
Malam ini, sesuai dengan persetujuan Bianca, Farah mengajaknya pergi ke salah satu klub malam paling bergengsi di New York, Le Bain. Bianca mengenakan gaun bludru berwarna hitam, sedangkan Farah memilih gaun merah marun yang panjang, dengan belahan tinggi yang memberikan sentuhan seksi namun tetap elegan. Mereka mengenakan mobil mewah Farah, sebuah mobil Mini Cooper Clubman yang meluncur di jalanan ramai kota New York. Bianca bisa merasakan getaran musik dari dalam klub begitu mereka mendekat. "Far, kamu yakin ini ide yang baik?" tanya Bianca ragu, saat mereka berdua melangkah keluar dari mobil Farah dan menuju ke pintu masuk klub. Farah mengedipkan matanya, "Saatnya memberikan pengalaman baru untukmu, Ca." Mereka masuk ke dalam klub yang dipenuhi dengan lampu sorot berwarna-warni dan musik berdentum keras. Suasana ramai dengan orang-orang berdansa di lantai dansa. Bianca merasa sedikit kaku di tengah keramaian itu, tetapi Farah dengan cepat menariknya ke dalam kerumunan. "Waktunya untuk mencoba minuman keras, Ca!" seru Farah di tengah kebisingan. Bianca merasa agak tidak nyaman dengan ide itu, tetapi dia menyadari bahwa ini bagian dari rencana untuk meningkatkan toleransinya terhadap alkohol. Mereka memesan minuman dan menemui tempat duduk di sudut klub yang agak tenang. Bianca memegang gelasnya dengan pandangan ragu. "Apa yang harus aku lakukan dengan ini?" Farah tertawa, "Cobalah sedikit demi sedikit. Kamu harus terbiasa dengan rasanya." Bianca meneguk minumannya dengan hati-hati, merasakan sensasi hangat di tenggorokannya. Wajahnya sedikit berkerut karena rasanya yang tidak biasa. Farah menyeringai, "Bagaimana rasanya?" Bianca mengangkat bahunya, "Rasanya aneh. Tapi aku bisa mengatasinya." Farah menyulut semangatnya, "Bagus, Ca! Kita akan membuatmu menjadi ahli minum dalam waktu singkat." Bianca hanya mengangguk. Sejujurnya, dia sudah mulai merasakan kepalanya berputar. Tapi, Bianca harus menahannya dan tetap sadar agar toleransi alkoholnya naik. Malam semakin larut, dan suasana di klub semakin menggila. Lampu sorot terus berkilauan, musik semakin keras, dan orang-orang semakin hanyut dalam ritme. Farah dan Bianca tertawa dan berdansa di tengah-tengah kerumunan, menikmati malam mereka. Farah tersenyum melihat reaksi Bianca. "Bagaimana, Ca? Apa yang kau rasakan sekarang?" tanyanya, sambil mengangkat gelasnya. Bianca tersenyum tipis, "Ini agak aneh, tapi aku mulai merasa pusing, Far." Farah tertawa, "Kamu akan terbiasa, Ca. Percayalah padaku." Bianca mengangguk, mengikuti apa yang Farah katakan walaupun dalam lubuk hatinya Bianca merasa ragu dengan hal ini. Farah mengajak Bianca ke pinggir lantai dansa, mencari udara segar. Mereka duduk di sofa yang nyaman, menatap orang-orang yang berdansa dengan riang di depan mereka. Bianca masih merasa agak pusing, tetapi dia mencoba untuk tetap bersikap tenang. "Far, aku benar-benar mulai merasa pusing. Apa kita bisa pulang sekarang?" ucap Bianca sedikit teriak. "Hah? Apa?!" teriak Farah di tengah kebisingan. "Aku. Mulai. Merasa. Pusing!" eja Bianca agar Farah dapat mendengarnya. Farah mengangguk, "Tidak apa-apa. Tenang saja!" Gila. Bianca tahu bahwa Farah sudah mabuk berat. Ini tidak baik bagi mereka berdua, karena Farah membawa mobil dan dia harus menyetir pulang. Bianca menarik tangan Farah, "Ayo kita pulang sekarang!" Farah, yang wajahnya semakin berseri-seri karena efek alkohol, melirik Bianca dengan nada acuh. "Oh, Ca, kamu terlalu khawatir. Aku baik-baik saja. Malam ini adalah malam kita bersenang-senang!" Bianca memandang Farah dengan ekspresi khawatir. Dia tahu bahwa mengemudi dalam kondisi mabuk adalah tindakan yang sangat berbahaya. Namun, Farah terlihat tidak ingin mengindahkan permintaan Bianca. "Far, ini serius. Aku tidak ingin kita terlibat dalam kecelakaan atau sesuatu yang lebih buruk lagi," desak Bianca memohon. Farah melepas tangan Bianca, "Relax, Ca. Aku tahu batasanku. Dan percayalah, aku masih bisa mengemudi dengan baik." "Tidak. Kita pulang sekarang!" ucap Bianca menarik tangan Farah. Farah menggelengkan kepala sambil tertawa, "Ca, kamu terlalu khawatir. Kita kan di klub terkenal, apa yang bisa terjadi?" Bianca merasa semakin tidak nyaman. Dia tahu bahwa kecelakaan bisa terjadi kapan saja, di mana saja, dan kepada siapa saja. Mereka berdua saling pandang, ketidaksetujuan tergambar jelas di mata Bianca. Namun, Farah tetap bersikeras. "Tidak, Ca. Aku ingin membuktikan bahwa aku masih bisa mengendalikan diri. Ayo, masih banyak hal menyenangkan yang bisa kita lakukan malam ini." Farah menarik lengan Bianca dan memberikan minuman keras lain agar Bianca mencobanya. Bianca, dengan sangat terpaksa, meneguk minuman itu walaupun dia sudah mulai merasa sangat pusing. Malam semakin larut, dan Bianca merasa semakin terombang-ambing di antara cahaya sorot dan irama musik yang menggila. Dia mencoba berbicara dengan Farah, tetapi suara mereka hilang dalam kerumunan yang semakin membesar. Sensasi pusing membuatnya sulit untuk berkonsentrasi, dan dia merasa semakin hilang dari kesadaran. Farah, di sisi lain, semakin larut dalam kegembiraan. Matanya berbinar-binar, dan tawanya terdengar seperti sorak sorai di tengah kerumunan yang semakin padat. Bianca mencoba mencari tempat yang lebih tenang, tetapi ruangan ini dipenuhi dengan energi yang menggelora. "Far! Aku mau muntah!" teriak Bianca di telinganya. Farah hanya mengangguk-angguk tidak jelas, "Pergi ke kamar mandi." Astaga, Farah sudah mabuk berat. Bianca, yang sudah merasakan mual tertahan di ujung tenggorokannya, keluar dari lantai dansa dengan langkah-langkah yang tidak stabil. Dia bersusah payah menembus kerumunan orang-orang yang bergerombol di sekitar bar. Akhirnya, setelah beberapa perjuangan, Bianca tiba di kamar mandi. Dia membuka pintu dengan cepat, berlutut menghadap toilet duduk, dan segera membungkuk untuk muntah. Sesuatu yang tidak biasa bagi Bianca, yang biasanya menjaga dirinya dengan baik. Dia merasa benar-benar berbeda sekarang. "Astaga, ini benar-benar gila." gumam Bianca perlahan. Setelah meredakan mualnya, Bianca mencuci bibirnya dan mencoba menenangkan diri. Dia tahu bahwa dia harus tetap tenang dan mengatasi kepalanya yang berputar. Namun, seluruh tubuhnya terasa lemas, dan dia merasa sangat lelah. Dengan langkah lunglai, Bianca keluar dari kamar mandi dan berjalan di koridor klub. Bianca harus tetap tersadar karena dia tidak ingin ada sesuatu yang buruk terjadi padanya. Bianca meraba-raba di sekitarnya, mencari Farah yang entah ke mana. Klub semakin ramai dan semakin sulit untuk menemukan Farah yang sudah terlanjur tenggelam dalam atmosfer pesta. Belum sempat Bianca masuk ke dalam ruangan, tubuhnya kehilangan keseimbangan dan hampir saja terjatuh ke lantai. Seseorang dengan cepat meraihnya untuk mencegahnya terjatuh sepenuhnya. "Kamu baik-baik saja?" tanya seorang pria dengan suara yang hampir hilang ditelan oleh musik yang bergemuruh. Bianca menyipitkan matanya, mencoba melihat di tengah keburaman matanya. "Ya, terima kasih," jawabnya pelan. 'Apa pria itu tersenyum?' ucap batin Bianca. Belum sempat Bianca melihat dengan jelas siapa pria itu, dia kehilangan kesadaran sepenuhnya. Semua menjadi gelap, dan tubuhnya terasa rapuh di tangan orang asing itu. Pria itu menghela napas, "Astaga, dia benar-benar bisa menggodaku sejauh ini."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN