Percakapan lirih antara Intan dan Dinda mengusik keseriusan Arden yang tengah fokus dengan pekerjaan di laptop. Arden memang bekerja di meja dapur sambil mengawasi kesibukan Intan dan Dinda memasak. Lebih tepatnya, Arden tidak mau jauh-jauh dari Intan dan ingin menjalani sisa waktu yang ia miliki hanya untuk membahagiakan Intan. Seolah, kebersamaan mereka benar-benar hanya akan berlangsung sebentar.
Aku tidak tahu kenapa aku sampai berpikir seperti ini, padahal harusnya aku yakin, aku mampu bersama sekaligus membahagiakannya hingga akhir. Dalam diamnya, Arden mendadak berkaca-kaca bersama desiran nyeri yang tiba-tiba menawan hatinya. Arden juga tidak tahu kenapa ia mendadak dirundung kesedihan layaknya sekarang, hanya karena rasa takutnya kehilangan Intan? Takut? Kenapa aku jadi takut beg
