“Kamu tidak bisa menjadi bagian dari kami bila kamu ingin tetap terjun ke lapangan. Jangan membahas gaji buta dan lain sebagainya. Karena kami juga membutuhkan pimpinan seperti kamu. Jadi, kamu cukup aturkan strategi untuk kami saja.” “Kita sama-sama tahu keadaan kita, Ar. Jadi, kamu tahu lah tanpa harus aku jelaskan panjang lebar.” “Kalaupun suasana sudah memungkinkan dan keadaanmu sudah kembali stabil, baru kamu boleh terjun ke lapangan.” Pandu menatap Arden penuh kekhawatiran. Seulas senyum sengaja ia suguhkan agar lawan bicaranya jauh lebih bisa menerima kenyataan yang baru saja ia sampaikan. Setelah sempat terpaku menatap Pandu yang kembali memakai pakaian serba hitam, Arden tetap terdiam dan perlahan menunduk. Di ruang kerjanya, ia menjadi merasa aneh pada dirinya sendiri padaha