"Lebih baik aku membuangnya, walau sepatu itu begitu spesial"
DEGG!!
Yoogi tersentak, perkataan Hyumi bagai setruman yang mengarah langsung pada hatinya dan pikiran negatifnya .
Seakan dirinya adalah sebuah sepatu, dan Yoogi harus bersiap untuk dibuang oleh wanita itu.
"Apa..... Kau akan melakuan hal yang sama padaku, seperti sepatu itu?"
"Menurutmu? Apa yang akan aku lakukan?"Ucapan Hyumi membuat Yoogi terhenyak mendengarnya, tangannya terhenti seketika.
"Tidak akan ada yang tahu kedepannya bagaimana hubungan ini akan berlangsung, kalaupun nanti kita berpisah mungkin itu yang terbaik"
"Tidak ada yang bisa ku lakukan kalau pada akhirnya hal yang tidak di harapkan akan terjadi diantara kita"
Yoogi mengeram kesal, kalimat yang Hyumi ucapkan barusan terdengar begitu menyebalkan di telinganya.
"Kau berkata seolah rasa cintamu padaku sudah tidak ada lagi, seolah semuanya akan pudar dan akhirnya menghilang"
"Apa kau sudah berniat mengakhiri semuanya denganku?"
"Dan berlari ke pelukan pria itu?!! "
"Kalau maksudmu Jongguk kau salah besar"
Yoogi mendongkak, menatap Hyumi dengan pandangan tajam.
"Apanya yang salah? bukannya belakangan ini kau berselingkuh dengannya"
Hyumi menatap Yoogi tak percaya suaminya baru saja menuduhnya, berselingkuh dengan Jongguk? yang benar saja.
"Kau menuduhku berselingkuh? Aku tidak bisa percaya ini"
"Dia temanku, Kami hanya teman!! dia pria yang baik kau menuduhnya seperti itu! bukankah itu keterlaluan"
"Dia tampan dan kaya bukankah pria itu punya masa depan yang bagus?!!"
"Kau pasti akan hidup bahagia bila bersamanya"
Hyumi menghela nafasnya kesal, dia tidak percaya Yoogi akan mengatakan hal seperti itu padanya.
"Lebih baik kau pergi ke kamar Yoora, wanita itu pasti sedang menunggumu"
Hyumi menyingkirkan tangan Yoogi yang berada di sekitar kakinya, Hyumi bangkit berdiri, berjalan dengan cepat menuju tempat tidurnya.
Hyumi membaringkan tubuhnya membelakangi Yoogi yang masih berlutut di tempatnya.
Yoogi menarik nafasnya dalam, sebelum akhirnya dihembuskannya dengan kasar.
Ia mendongak, hatinya sesak semuanya menjadi terasa begitu sulit untuk di hadapi.
Helaan nafas lelah kembali Yoogi hembuskan sebelum akhirnya ia bangkit berdiri.
Yoogi melangkah menuju keluar kamar, namun langkahnya terhenti diambang pintu.
"Yakinkan aku kalau diantara kalian tidak ada hubungan apa-apa"ucapnya tanpa melihat ke arah Hyumi.
BRAK!
Yoogi keluar seraya membanting pintu kamar Hyumi, bersamaan itu sebuah tetes air mata keluar dari sudut matanya, dia tidak percaya Yoogi menuduhnya berselingkuh dengan Jongguk.
Didalam otaknya tidak pernah terbayangkan, bahkan terpikiran hal semacam itu.
Hatinya sakit, Yoogi tidak percaya padanya, rasanya terasa begitu menyakitkan saat seseorang yang kau cintai kehilangan rasa kepercayaannya padamu.
Tidakah Yoogi dapat melihatnya? perasaan dan pertahanannya yang selama ini dia lakukan,, tidakah itu memperlihatkan betapa besar cinta dan kesetiaan Hyumi terhadap Yoogi.
Tidakkah Yoogi melihat semua itu??
**
Pagi menjelang, Hyumi sudah siap dengan pakaian kerjanya.
Sarapan sudah di siapkan nya ,Yoogi dan Yoora sedang duduk di meja makan seraya menyantap sarapan yang Hyumi buat.
Sementara Hyumi, wanita itu tidak mencolek sarapannya yang dia buat sedikitpun, kini ia sedang mengaduk coffee yang dia buat di atas meja pantry.
"Kau makanlah, jangan sampai sakit dan merepotkan calon anak kita"
Hyumi terhenyak mendengarnya, perkataan lembut Yoogi terhadap Yoora baru saja menggoreskan luka di hatinya.
"Ne oppa, sepertinya bayi kita ingin disuapi appanya"
"Arraseo buka mulutmu aaaaaa.. "
Hyumi mendongak ketika merasakan panas pada kedua matanya, ia menyeruput coffeenya sampai habis, menaruhnya pada tempat wastafel.
Hyumi mengambil buah Kiwi yang sudah dikupasnya dan memotongnya menjadi potongan-potongan kecil di atas meja pantry ke dalam kulkas.
Dia melakukannya untuk Yoora, wanita itu sedang hamil buah-buahan bagus untuknya.
Hyumi mengambil botol air minum dan menutup pintu kulkas, tubuhnya berbalik bermaksud mengatakan pada Yoora tentang buah yang dia siapkan, namun suatu hal membuatnya hampir saja menjatuhkan botol air minum kalau saja pegangan tangannya tak menguat.
Yoora dan Yoogi sedang berciuman tepat di hadapannya.
Air mata yang sejak tadi ditahannya lolos begitu saja, Hyumi membalikan tubuhnya cepat, melangkah pergi dari sana dengan hati sesak dan nafas yang tercekat.
"Hyumi"panggil Yoogi yang membuat Hyumi menghentikan langkahnya.
"Kau mau berangkat? Naik mobilku saja"
Hyumi sedang menangis saat ini, dia mencoba mengontrol dirinya.
Dia ingin menolak ajakan Yoogi namun dia harus mencoba tenang.
Takut sebuah isakan akan lolos dan membuat kedua orang itu tahu kalau dirinya sedang menangis.
"Aku naik bus saja, aku duluan"Ucap Hyumi saat merasa bisa menjawabnya.
Hyumi berjalan keluar Rumah dengan cepat, dia sudah tidak tahan dengan isakan yang sejak tadi ditahannya.
Tubuhnya bergetar, air mata itu terus keluar membasahi wajahnya.Hatinya sesak dan hal itu membuatnya kesulitan untuk menghentikan air mata yang terus saja keluar dari sudut matanya. Hyumi menyeka air mata dengan punggung tangannya, pergi menjauh dari sana secepat mungkin.
**
Yoogi mengambil dokumen yang berada di atas meja kerjanya.
Sebuah profil lengkap mengenai Jeon Jongguk.
Berbagai foto pria itu saat menghabiskan momen bersama istrinya, semuanya lengkap berada di sana.
Tangannya mengepal dengan erat, mereka berdua terlihat begitu akrab dan seperti tidak ada batas diantara keduanya membuat sesuatu di dalam hatinya terasa begitu sesak.
Terlihat bagaimana begitu tertariknya pria itu terhadap istrinya, tingkah laku dan perhatiannya begitu jelas terlihat.
Yoogi memijit pelipisnya yang terasa pening, berbagai macam pemikiran yang cukup menguras otaknya saat ini.
"Presdir Min, ayo kita makan siang"ucap Namhyun sekertaris Yoogi yang kini berdiri di ambang pintu.
"Ya"
**
Yoogi dan Namhyun masuk di sebuah Kedai Burger.
"Presdir Min"panggil seseorang yang kini melambaikan tangan padanya dari sudut ruangan.
Yoogi memandangnya malas tapi dia cukup penasaran, banyak hal yang ingin ia tanyakan langsung pada pria itu.
"Ayo Namhyun"ajak Yoogi yang menghampiri Jongguk yang baru saja memanggilnya.
Yoogi mengambil tempat di hadapan Jongguk, sementara Namhyun duduk di hadapan teman Jongguk yang bernama Taehyun di sebuah meja segi empat yang membuat mereka duduk berhadapan.
"Belum memesan kan, aku akan pesankan untuk kalian"tawar Namhyun.
"Aku ikut, ada banyak hal yang ingin ku tambahkan pada Burger spesial milikku"ucap Taehyun yang bangkit berdiri mengikuti Namhyun.
"Presdir Min seperti biasa kan?"Yoogi mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Namhyun.
"Kau Jongguk?"tanya Taehyun.
"Samakan saja denganmu"
"Baiklah"
Namhyun dan Taehyun berjalan ke depan untuk memesan makanan, meninggalkan Jongguk dan Yoogi berdua.
"Sepertinya banyak yang ingin kau tanyakan padaku presdir Min?!!"ucap Jongguk seraya menaruh ponselnya di atas meja dan beralih memandang Yoogi di hadapannya, matanya mengilat cukup tajam menatap Yoogi.
"Aku cukup penasaran dengan satu hal? Seberapa dekat hubungan mu dengan istriku?"
Jongguk tersenyum renyah walau sorot matanya masihlah tajam menatap Yoogi.
"Jujur saja.. aku begitu tertarik dengan istrimu presdir Min, seumur hidupku aku tidak pernah bertemu dengan seorang wanita yang membuatku berambisi untuk dapat memilikinya"
"Tsk! Kau sadar? kau baru saja mengatakan kau tertarik pada wanita bersuami, dan dia adalah istriku"decak Yoogi kesal.
"Aku sadar, sepenuhnya aku dalam keadaan sadar"
"Aku tidak munafik, istrimu adalah wanita yang ku cintai"
"Dan aku berniat mengambilnya darimu"
Tangan Yoogi terkepal dengan erat, walau wajahnya terlihat datar tapi dalam hati pria itu mengeram dengan amarah yang tertahan.
"Carilah info tentangku sesuka hatimu, aku tahu kau penasaran siapa aku sebenarnya"
Jongguk menyeringai, membuat Yoogi menahan mati-matian dirinya agar tidak meninju wajah mulus pria itu dan menciptakan warna kebiruan di sana.
"Kau tahu presdir Min? Rasa ingin memiliki istrimu menguat setelah kejadian malam itu, di malam ulang tahun Perusahaanmu"
"Kau menghakimi istrimu seperti dia yang berbuat salah tanpa berpikir siapa yang sesungguhnya bersalah pada malam itu"
"Kau pikir istrimu yang salah karena tidak bisa mempertahankan emosinya dengan baik, seharusnya tanyakan kenapa dia tidak bisa menahan emosinya sendiri, tanyakan kenapa dia bisa bertindak sejauh itu tanpa memikirkan harga dirinya yang akan malu karena harus membelamu di depan umum"
Yoogi terhenyak, membelanya apa maksudnya?.
"Bukan rahasia lagi kau menikah untuk yang kedua kalinya, karena ingin mendapatkan seorang keturunan yang tidak bisa kau dapatkan dari istri pertamamu"
"Semua orang sudah tahu itu"
"Kau terlihat seperti pria yang tidak cukup hanya dengan satu wanita dalam kehidupanmu"
"Kau terlihat seperti pria serakah yang tidak tahu malu"
"Pemikiranku sama dengan banyak orang di luar sana, kenapa kau masih mempertahankan istri pertamamu hingga saat ini? Apa karena kau mencintainya? Benarkah karena itu? Kalau benar,... Sungguh hentikan omong kosongmu itu tentang Cinta kalau bersamaan itu kau terus menyakitinya"
"Kau membuat ku ingin mengambilnya, dan sudah ku putuskan aku akan mencurinya darimu"
"Tidak akan ku biarkan kau mengambil apa yang menjadi milikku Jongguk-ssi, kalau kau tetap ingin mengambilnya berarti kau harus berjuang keras untuk itu"jelas Yoogi membuat Jongguk mendengus remeh.
"Kita lihat sampai kapan Hyumi akan bertahan untuk hidup bersamamu"
"Lucu sekali predir Min, kelihatan jelas kau bahkan tidak percaya diri dengan ucapan mu sendiri"
"Dalam hatimu kau bahkan mulai meragukan apa Hyumi akan tetap berada di sisimu atau berpaling darimu dan meninggalkanmu. Kau hanyalah pria pengecut yang bahkan tidak bisa menolak permintaan bodoh yang istrimu ajukan"
"Lebih baik lepaskan istrimu, biarkan dia bahagia dengan pria lain di luar sana"
**
Waktu sudah menunjukan pukul 17.00 KST.
JiYeon merapikan tasnya, matanya melirik Hyumi yang berada di sampingnya.
Wanita itu terlihat murung sejak tadi pagi, tidak seperti biasanya.
"Kau tidak pulang? Kau mau lembur lagi?"
Hyumi menghela nafasnya lelah, dia belum mau pulang dan bertemu dengan Yoogi ataupun melihat Yoora, hatinya belum siap untuk bertemu dengan kedua orang itu.
"Eonni, bolehkah aku mampir ke rumahmu? Aku belum mau pulang cepat hari ini"
JiYeon terhenyak, dia tahu Hyumi sedang ada masalah dengan Yoogi.
"Tentu saja boleh, ayo kita ke rumahku"
"Mau ke rumah JiYeon eonni? Bolehkah aku ikut juga?"ucap Chaerin antusias.
"Tentu saja ayo aku akan masak makanan yang enak"
Ketiganya bergegas pergi menuju Apartemen JiYeon.
Hyumi hanya terdiam di sudut ruang seraya menatap keluar jendela yang mulai menggelap.
Wanita itu terlihat begitu murung.
"Kau bisa bercerita pada kami"
Hyumi menoleh pada JiYeon yang menatapnya dengan pandangan sendu.
Chaerin tak kalah sendu, wanita itu cukup khawatir dengan Hyumi. Wanita itu sudah dianggap kakaknya sendiri dan dia akan merasa sakit jika kakaknya terluka.
Terkadang Chaerin tidak mengerti dengan sikap Hyumi yang selalu berada di sisi Yoogi setelah apa yang pria itu perbuat padanya.
Hyumi tersenyum memandang JiYeon, dia tidak mau memerlihatkan rasa sakitnya pada siapapun, lucu sekali karna sesakit hatinya dia Hyumi selalu mau terlihat kalau dia baik-baik saja.
"Tidak ada apa-apa"
Hyumi mendudukan dirinya diatas karpet berbulu didepan sofa panjang milik JiYeon, tangannya meraih sebuah bir yang berada diatas meja dan menenggaknya.
"Aku menginginkannya juga"ucap JiYeon kelewat sendu, sudah berbuan-bulan dia tidak menyentuh minuman tersebut karena kehamilannya.
"Jangan macam-macam eonni, kau manusia terlarang yang menyentuh ini"ucap Hyumi dengan senyum di bibirnya.
"Kejam"
"Bersulang Chaerin-ah"Chaerin dan Hyumi menabrakan kaleng mereka lalu meneguknya.
Sudah berjam-jam ketiganya menghabiskan waktu si Rumah JiYeon, sudah cukup larut baginya untuk bertamu di Rumah seseorang.
Hyumi menyalakan ponselnya yang sejak tadi tidak dia aktifkan.
Cukup terkejut karena pemberitahuan panggilan yang menunjukan angka puluhan.
Nama Jongguk dan Yoogi mendominasi pemberitahuan tersebut, selain dari customers tentunya.
Hyumi menaruh ponselnya begitu saja, ia kembali meneguk minumannya seraya memperhatikan langit malam.
DRRT.... DRRT... DRRT... DDRRRTT...
Ponselnya bergetar, sebuah panggilan masuk.
Hyumi meliiknya sekilas -nama Yoogi tertera di sana.
Tidak peduli, Hyumi tidak menggubrisnya .
Chaerin merasa heran, diliriknya ponsel Hyumi dan menemukan nama Yoogi di sana.
"Eonni kau tidak mengangkatnya?"JiYeon meliik Hyumi dari bulu matanya.
Hyumi menoleh, terlihat kikuk.
"Eum.. Biarkan saja, pasti dia mau tahu aku ada di mana, itu tidak penting"
Hyumi menggerakan jari telunjuknya di bibir kaleng, helaan nafas gusar kerap kali dihembuskannya.
DRRT
Sebuah pesan masuk, Hyumi melirik ponselnya sebelum akhirnya di ambilnya untuk dilihat.
From. Yoogi
Kau ada dimana? Jam segini belum pulang, angkat teleponnya!
Yoogi kembali menghubunginya, Hyumi terdiam merasa tidak mau mengangkat telpon tersebut, berbicara dengan Yoogi membuatnya hatinya terasa sesak kejadian tadi pagi masih membekas jelas di otaknya.
"Aku permisi dulu"
Hyumi bangkit berdiri, berjalan keluar kamar Apartemen JiYeon.
"Yeoboseyo"
"Kau dimana? Sudah larut malam dan kau belum juga kembali"
"............."Hyumi diam, dia tidak mau berbicara dengan Yoogi, dia benar-benar ingin menjauh dari pria itu saat ini.
"Hyumi-Ya,, katakan padaku dimana kau! Apa yang sedang kau lakukan saat ini? "
"Aku akan menjemputmu"
"Tidak usah"ucap Hyumi terbilang cepat.
"Wae?"(Kenapa)
"Aku akan pulang sendiri, aku sibuk"
PIP.
Hyumi memutuskan secara sepihak sambungan telepon tersebut.
Hyumi mendanga, dia merasa cukup lelah seperti baru saja melakukan hal berat yang menguras tenaganya.
Hyumi berbalik, bermaksud kembali masuk ke dalam kamar Apartemen JiYeon namun langkahnya terhenti ketika mendapati Yoogi tengah berdiri di tengah lorong yang mengarah pada pintu lift.
Hyumi mengalihkan pandangannya, Yoogi melangkah maju menghampiri Hyumi, sorot matanya begitu tajam yang mengarah langsung tepat di retina matanya.
Langkah Yoogi terhenti saat dirinya sudah berdiri tepat di hadapan Hyumi.
"Aku mencarimu kemana-mana, ternyata kau ada di sini"
"Kau tidak perlu mencariku, aku bisa pulang sendiri"
"Tidak usah pulang sendiri, aku datang kemari untuk menjemputmu"
"Aku mencarimu di Butik, tapi tempat itu sudah sepi, ternyata kau di sini"
"Ayo pulang"Yoogi ingin meraih sebelah tangan Hyumi, tapi wanita itu menolak dengan bergerak mundur untuk menjauhkan tubuhnya dari Yoogi.
"Aku akan pulang"
"Tapi tidak denganmu"